Prof. Hansel menatap Anaby dengan sorot mata yang berubah—tidak lagi tajam, melainkan penuh pertanyaan yang belum terjawab. Dalam nada yang masih sarat dengan kehati-hatian, ia bertanya.“Kehilangan apa yang pernah kau alami, sampai kau bisa berbicara sekeras itu?” Tak perlu waktu lama bagi Anaby untuk menjawab. Tatapannya tidak goyah, dan suaranya tetap tenang meski getaran luka lama masih membekas begitu dalam.“Saya sudah kehilangan mama saya sejak kecil,” tuturnya, sedikit bergetar, “dan hampir kehilangan papa yang paling saya cintai... karena kesalahan saya sendiri. Saat itu, saya pikir segalanya sudah hancur. Hidup saya porak-poranda. Tapi saya, memilih untuk tidak menyerah.”Anaby menarik napas pendek, menahan sejenak perih yang kembali mengemuka dalam ingatannya. “Program yang saya kembangkan, Metode Sigma, bukan hanya sekadar proyek akademik. Ini adalah harapan bagi saya, dan untuk papa saya. Sekarang, Papa harus beristirahat, tidak bisa lagi memimpin perusahaan. Maka, saya
Last Updated : 2025-06-10 Read more