Sore di depan rumah megah, seorang pria tampak duduk di kursi rotan, menyapu halaman dengan tatapan kosong. Ia H Darman, pria paruh baya dengan tubuh segar dan kulit legam khas petani desa, dan mata yang menyimpan keteguhan sekaligus kesederhanaan."Assalamualaikum, Aba, Ummi!" terdengar suara lantang dari gerbang depan begitu sepeda motornya berhenti di depan teras.Haji Darman mendongak. Sejenak ia menyipitkan mata karena silau senja. Namun, begitu melihat sosok jangkung dengan ransel besar di punggung, wajahnya langsung bersinar seperti anak kecil diberi hadiah. "Waalaikumussalam, Nabil!" serunya sambil berdiri dengan semangat, hampir tersandung sandal jepit yang kedodoran. "Lho, kamu pulang lagi? Bukannya baru seminggu lalu berangkat ke kota?"Aisyah dari arah dapur, tergopoh keluar, mengeringkan tangannya dengan lap. "Lho, Bil? Kok tumben, Nak?"Nabil menyalami kedua orang tuanya dengan ciuman lembut di tangan. Senyumnya lebar."Masih masa pengenalan kampus, Mi. Pekan depan bar
Terakhir Diperbarui : 2025-05-30 Baca selengkapnya