Di luar, suara ledakan semakin dekat. Badai energi spiritual menghantam dinding gua.Ia berdiri perlahan, menatap pedang di tangannya. “Ayah…” suaranya pecah.Pedang itu bergetar seolah menjawab bukan dengan kata, tapi dengan panas lembut yang menenangkan, seperti sentuhan tangan Arion terakhir kali.Rayden mengangkat pedang itu tinggi, aura merah dan emas melingkar di sekelilingnya, membentuk pusaran api. Matanya kini benar-benar berubah, bukan lagi manusia dengan mata amber seperti dulu, bukan pula dewa.“Kau memberiku warisanmu, Ayah,” katanya pelan, “Maka aku akan melanjutkannya. Tapi kali ini… dunia akan mengingat nama Duskar bukan karena pengorbanan, tapi karena kemenangan!”BRAAAAK!Dinding gua runtuh.Pasukan Lord Dragon berteriak di luar, tapi Rayden hanya berdiri di tengah kobaran api yang kini melindungi tubuhnya. Setiap batu, setiap tetes darah, setiap bisikan leluhur bersatu di dalam dirinya.Ia memejamkan mata. Angin panas menghembus, membawa satu kalimat terakhir dari ma
Last Updated : 2025-10-24 Read more