Lahat ng Kabanata ng Bukan Mantan Biasa: Kabanata 421 - Kabanata 430

Mereka keluar dari hotel. Mobil Lambert terparkir di basemen, sementara mobil Brielle berada di area parkir terbuka di luar."Brielle, kalau ada waktu, kita makan bareng ya?" tanya Lambert dengan nada sedikit enggan berpisah."Aku agak sibuk akhir-akhir ini." Brielle menjawab dengan jujur, karena memang masih ada banyak pekerjaan yang menunggunya.Mata Lambert tampak menyiratkan rasa iba. Walaupun sekarang dia sudah tidak lagi memimpin Laboratorium Kasih, dia tetap mengikuti perkembangan dunia riset. Dia tahu bahwa sekarang Brielle bekerja di MD dan intensitas kerja di MD memang terkenal tinggi di industri itu."Baik. Kalau begitu, aku tunggu sampai kamu selesai dengan pekerjaanmu." Lambert mengangguk mengerti.Brielle juga mengangguk. "Oke, aku duluan ya."Lambert menatap punggung Brielle cukup lama sebelum akhirnya menarik pandangannya dan berjalan menuju lobi ke arah lift.Di kantor MD, Brielle sedang menangani pekerjaannya ketika Levi masuk dengan membawa beberapa dokumen. "Kak Bri

Brielle tertegun. "Pak Jared, bukannya aku sudah menyerahkan kesempatan itu pada Faye?""Aku tahu. Faye juga sudah menyiapkan naskah presentasinya, tapi ...." Jared ragu sejenak sebelum akhirnya berkata, "Barusan Pak Raka meneleponku. Dia secara khusus minta kamu yang naik panggung untuk presentasi. Katanya, konferensi kali ini sangat penting dan nggak boleh ada sedikit pun kesalahan.""Faye juga cukup mampu untuk itu," ujar Brielle, bahkan ini termasuk pujian. Bukan tanpa alasan. Bagaimanapun juga, Faye adalah calon adik ipar Raka. Kalaupun ada sedikit kekeliruan, dengan Devina di sisi Raka, tentu pria itu akan menoleransinya.Jared mulai tampak cemas. "Brielle, ini memang perintah langsung dari Pak Raka. Kamu juga tahu, konferensi kali ini menentukan penampilan perdana MD di bidang bioteknologi. Nggak boleh ada risiko.""Aku benar-benar sibuk. Nggak ada waktu buat menyiapkan naskah presentasi. Maaf." Selesai berkata begitu, Brielle berbalik dan langsung keluar dari ruangan.Keringat

"Acara peluncuran sebesar ini, mana mungkin kulewatkan! Kamu lagi cari tempat duduk? Yuk, duduk bareng aku," kata Lambert sambil tersenyum.Brielle mengangguk, lalu akhirnya duduk di baris ketiga.Lambert tersenyum. "Aku kira kamu yang bakal naik ke panggung untuk presentasi hari ini."Brielle membuka tutup botol air mineral dan meneguk sedikit. "Kadang kesempatan sebaiknya diberikan kepada orang lain."Lambert tertawa kecil. "Tapi aku tetap berharap kamu yang tampil."Hari ini Brielle hanya datang sebagai penonton. Lagi pula, Faye begitu gigih untuk bisa naik ke panggung. Brielle pun ingin melihat hasil usahanya.Tak lama kemudian, pandangannya tertuju ke pintu masuk aula. Di sana, Devina muncul bersama Raline dan Jay. Sebagai putri dari Keluarga Pramudita sekaligus pewaris perusahaan, Raline tentu memiliki hak istimewa untuk hadir di acara mana pun yang diadakan oleh perusahaan besar seperti MD.Begitu Raline melihat Lambert, dia juga langsung melihat Brielle di sampingnya. Seketika,

Raka tidak yakin apakah Brielle bisa menangani situasi di depan mata, tetapi saat dia baru saja hendak berdiri, Brielle sudah naik ke panggung dan menerima mikrofon yang diberikan oleh Jared.Dalam beberapa detik saat menyerahkan mikrofon itu, Jared mendekat. Dengan suara yang hanya bisa didengar oleh Brielle, dia berkata, "Brielle, hanya kamu yang bisa menyelamatkan keadaan ini."Brielle mengangguk ringan ke arahnya. Jared lantas menambahkan, "Harvis kasih aku satu file presentasi PPT. Aku akan bantu tampilkan di layar. Kamu bisa jelaskan sambil menyesuaikan dengan PPT itu. Begini lebih mudah."Brielle kembali mengangguk.Di antara penonton, pandangan Raka tertuju pada Brielle. Saat itu, dia tahu Brielle pasti bisa mengatasinya. Dia masih ingat dengan jelas enam bulan lalu, ketika Brielle memberikan presentasi luar biasa sepenuhnya dalam bahasa Inggris.Raka menyipitkan mata sedikit, tetap duduk di tempatnya tanpa beranjak.Sementara itu, di belakang panggung, Devina sudah bergegas ma

Brielle mengerutkan kening. "Aku nggak tahu apa yang kamu bicarakan.""Kamu tahu aku bakal mempermalukan diri sendiri, 'kan? Kamu sengaja bikin aku malu!" Faye tiba-tiba berteriak histeris.Para tamu di restoran menoleh kaget ke arah mereka. Devina dan Raline segera melangkah cepat, menarik Faye untuk menjauh."Sudah, Faye, jangan begini. Kita pulang dulu ya." Devina merangkul pinggang Faye, berusaha menenangkannya dan membawanya pergi.Wajah Raline pun memerah. Apalagi karena Lambert sedang melihat ke arah mereka dengan tatapan tenang.Faye menatap tajam ke arah Brielle. Dia semakin yakin bahwa semua ini adalah jebakan yang Brielle pasang untuknya. Brielle sengaja memancingnya naik ke panggung, sementara dirinya salah menilai kemampuan sendiri. Dia kira bisa melakukannya, tetapi ternyata justru jatuh ke dalam permainan Brielle. Brielle pun pasti sudah tahu hasilnya sejak awal.Menghadapi tatapan penuh kebencian dari Faye, Brielle tetap menatap balik dengan tenang. "Faye, kesempatan it