Kami berlari pulang sambil tertawa dan bergandengan tangan. Sementara ibu mengikuti kamii sambil terus mengomel. Hingga akhirnya memasuki halaman belakang rumah. Napas kami tersengal, dan tawa kami masih tersisa. Namun, tawa itu langsung lenyap begitu kami melihat pemandangan di ruang tengah. Bapak, Kakek, dan Tante Arini berdiri dengan wajah tegang, jelas ditarik oleh teriakan Ibu dari halaman. Dan Ibu, berdiri di ambang pintu dengan tangan di pinggang, menatap kami dengan tatapan paling galak yang pernah kulihat. "Bagus sekali!" omel Ibu, suaranya menggema. "Sudah punya anak, kelakuan masih saja seperti ini! Main air di sungai! Kalau masuk angin bagaimana? Kalau Dipta butuh kalian bagaimana?!" Aku dan Fatih saling pandang, "Maaf, Bu," kataku dan Fatih hampir bersamaan. "Sudah, sudah, jangan dimarahi terus," Tante Arini menengahi, meskipun sudut bibirnya berkedut menahan senyum. "Yang penting mereka tidak apa-apa. Cepat kalian ke atas, mandi dan ganti baju kering. Nanti T
Last Updated : 2025-08-29 Read more