Hujan masih turun, menetes deras di atap seng yang berisik. Sinta berdiri kaku di ruang tengah, jantungnya menghentak lebih keras daripada bunyi ketukan yang baru saja terdengar di pintu. Arga mendekat, langkahnya berat, tangannya terulur ke gagang.Tok. Tok. Tok.Ketukan itu terdengar lagi, kali ini lebih keras, seakan seseorang di luar benar-benar tak sabar.“Jangan dibuka,” bisik Sinta dengan suara parau.Arga menoleh, menatap mata istrinya yang penuh rasa takut. Tapi di wajahnya sendiri, ada ketegangan bercampur tekad. “Kalau aku tidak buka, mereka akan terus datang. Lebih baik aku hadapi sekarang.”Tangannya memutar kunci. Pintu berderit, membuka celah ke malam basah di luar.Di ambang pintu, berdiri seorang pria berbadan tegap dengan jas hitam basah oleh hujan. Wajahnya dingin, matanya tajam, seperti tidak terpengaruh cuaca yang menusuk. Ia tersenyum tipis, tapi senyum itu lebih mirip ejekan.“Selamat malam, Tuan Mahendra,” katanya datar.Arga mengepal tangan di balik pintu. “Ja
Last Updated : 2025-07-29 Read more