"Aku... aku tidak punya, tolong! Aku benar-benar tidak tahu apa yang kamu bicarakan. Hotel ini dibangun sepuluh tahun lalu, dan aku tidak pernah melihat ada kotak musik." Adinata tergagap, tubuhnya terlihat gemetar. Keringat membasahi dahinya, bibirnya bergetar ketika ia berusaha menenangkan diri di hadapan Evan. "Ta...tapi aku bisa memesannya sekarang juga! Katakan saja jenis apa yang kamu mau. Aku akan mendapatkannya, aku janji!"Evan menatapnya, ekspresinya tenang namun sulit terbaca."Lakukan sekarang," ucapnya dingin. "Aku mau yang bisa memainkan lagu nina bobo."Adinata mengangguk cepat. "Ya... ya, akan segera kuurus!"Sementara itu, di lantai atas hotel, di dalam sebuah ruangan mewah, sebuah pertemuan sedang berlangsung.Ruangan itu terang benderang, elegan, dan tenang. Empat orang duduk mengelilingi meja kayu ek yang mengilap, dua di antaranya adalah Faris Wiratama dan Isabel Ardiani, dengan putri mereka, Hannah Wiratama duduk di antara keduanya, dan yang keempat adalah seorang
Read more