“Bapak kenapa?” potong Nindi cepat. Pandangannya fokus pada Daffa yang terbaring tak berdaya dengan kompres di dahinya.“Bapak demam, Bu. Panasnya gak mau turun dari pagi.”Nindi langsung mengambil alih posisi Mila, lalu menempelkan telapak tangannya ke kening Daffa. “Panas banget,” gumamnya cemas.Mendengar suara Nindi, Daffa memaksakan diri untuk membuka matanya yang terasa berat. “Sayang, kamu sudah pulang?” tanyanya lembut.“Mas, kita ke rumah sakit, ya?”“Jangan. Nanti sembuh sendiri kok.”“Jangan keras kepala, Mas!”“Kamu saja yang merawatku, Sayang.”Selama ini, Daffa memang tak pernah mau ke rumah sakit saat sakit. Ia hanya mengandalkan obat dari apotek dan meminta Nindi merawatnya. Namun, situasi saat ini berbeda. Baru kali ini Daffa diserang panas tinggi, membuat Nindi seketika cemas.“Mas, ayolah! Jangan keras kepala!” ulang Nindi.Daffa tetap bergeming.Nindi menghela napas. Karena Daffa sulit dibujuk, ia akhirnya hanya memberikan suaminya obat penurun panas.“Sayang, mau k
Terakhir Diperbarui : 2025-08-23 Baca selengkapnya