Suasana stasiun MRT sore itu padat tapi teratur.Orang-orang berjas, pegawai, mahasiswa, semua berjalan cepat seolah dikejar waktu.Di antara kerumunan itu, Keinarra berdiri di depan mesin tiket otomatis, mengeluarkan kartu e-money dari dompet kecilnya.“Sudah lama enggak naik MRT,” gumamnya pelan sambil menempelkan kartu.Beep.Layar menampilkan saldo—cukup untuk dua kali perjalanan.“Lumayan,” desahnya lega.Ia melangkah menuju gate, dan saat menempelkan kartu sekali lagi—suara khas beep itu terdengar ganda.Beep. Beep.Ia menoleh spontan.Reyhan berdiri tepat di belakangnya.Tanpa jas, hanya mengenakan kemeja yang digulung sampai siku, wajahnya tampak jauh lebih manusiawi daripada versi podium MHN Group tadi pagi.Keinarra refleks mundur setengah langkah.“Mas… ngapain di sini?”“Naik MRT,” jawab Reyhan santai. “Sama seperti kamu.”Keinarra mendengus. “Enggak usah pura-pura.”“Aku enggak pura-pura. Aku Cuma … ingin pulang dengan cara yang kamu pilih.”Nada suaranya
최신 업데이트 : 2025-10-20 더 보기