“Sebuah tembang… sindiran,” jawab Raka pelan. Ia mulai menerjemahkannya dengan suara lirih. “Lelaki perkasa memegang gada, mengira dunia ada di tangannya. Namun lupa, rahim yang melahirkannya lebih kuat dari baja. Langit runtuh bukan karena gada, tapi karena tangis perempuan yang tak lagi didengar.”Kirana terdiam. Kalimat-kalimat itu terasa menusuknya secara personal. Ia teringat pada ayahnya, seorang lelaki perkasa dengan seragam dan kekuasaan, yang menganggap keluarganya tak lebih dari properti. Ia teringat ibunya, yang tangisnya tak pernah didengar hingga ia memilih pergi. Untuk pertama kalinya, salah satu panggung kematian Sang Dalang tidak hanya membuatnya marah, tetapi juga… tersentuh. Pesan ini, betapapun bengis cara penyampaiannya, terasa benar.“Dia bukan sekadar membunuh,” gumam Kirana, lebih pada dirinya sendiri. “Dia sedang mengirimkan kritik sosial. Ia menghakimi dosa-dosa masyarakat kita satu per sa
최신 업데이트 : 2025-10-12 더 보기