Perasaan Raka semakin tak karuan. Jelas ini di luar perkiraan, dan yang lebih menakutkan, ia merasa telah masuk jauh ke dalam pusaran lakon itu, menjadi boneka yang digerakkan, bukan lagi sang pengamat. Getir, menelan ludah yang terasa kering. Jantungnya bergemuruh, bukan karena ketakutan biasa, melainkan karena kesadaran yang menusuk: Sang Dalang mengenalnya, lebih dari sekadar nama di arsip. Ia mengenal Raka, masa kecilnya, luka-lukanya. Kayon itu adalah sebuah tanda tangan yang mengerikan, sebuah undangan ke panggung kematian.Tanpa pikir panjang, Raka meraih ponselnya yang tergeletak di meja, tangannya bergetar saat mencari nama Kompol Kirana. Belum sempat ia menekan tombol panggil, ponsel di tangannya bergetar. Nama "Kompol Kirana Prameswari" terpampang di layar. Seolah ditarik benang gaib, Kirana telah lebih dulu merasakannya.“Halo, Kompol?” Suara Raka terdengar serak dan gemetar.“Doktor Raka,” suara Kirana terdengar tegang, namun
Huling Na-update : 2025-09-28 Magbasa pa