Hanna ingin mendorong, ingin berteriak, dan hanya di detik pertama ia berhasil mengabaikan. Tapi setelahnya—tubuhnya membalas, tak terkendali. Ada denyut panas yang meledak begitu saja, seolah tubuhnya berkhianat pada logika. Dalam sekejap, semua teori psikologi yang ia hapal runtuh, digantikan oleh satu kenyataan pahit: ia menginginkan ini.Detik kemudian, Hanna yang bergerak lebih aktif. Tangannya menangkup wajah Liam, menariknya lebih dalam, membalas ciuman Liam dengan brutal, liar, penuh gairah yang ia sendiri tidak pahami asalnya.Liam membiarkan dirinya ditarik, bibirnya bergerak seirama dengan milik Hanna, seolah menikmati eksperimen paling berbahaya yang pernah ia lakukan. Saat ia menarik diri, napasnya masih menyapu bibir Hanna, matanya dingin sekaligus berbahaya.“It’s so natural, Hanna…” senyumnya merayap, tajam. “I love it.”Din. Din. Din.Lampu hijau menyala. Mobil melaju kembali, menyisakan Hanna yang menunduk dengan wajah terbakar. Di dalam dadanya, rasa ngeri dan candu
Last Updated : 2025-10-04 Read more