Tous les chapitres de : Chapitre 31 - Chapitre 40

Di bawah panggung, barisan nona bangsawan dan para tuan muda masih ternganga tak percaya. Elena gadis yang mereka hina tadi memiliki dua elemen? Tentu hal ini sangat mengejutkan dan mengguncang rasa iri mereka. Kanaya yang duduk di depan mereka mengepalkan hanfunya erat. Ada sesuatu yang berkilat sekilas dalam matanya, campuran kaget dan rasa tak tenang.“Aneh,” gumam Kanaya pelan. “Kenapa aku tiba-tiba khawatir pada Kak Elena?” Wajahnya terlihat khawatir. Jasmine dan Arvina yang berada paling dekat segera menoleh padanya.“Apa maksudmu, Nona Kanaya?” Arvina mengerutkan kening.“Memangnya apa yang Elena lakukan?” tanya Jasmine menimpali. Di sebelah mereka beberapa tuan muda juga mulai melirik karena penasaran apa Kanaya katakan tadi. Casper, pemuda yang paling dekat posisi duduknya dengan Kanaya, langsung mencondongkan badan. Wajahnya dingin, suaranya datar tapi tajam menusuk.“Nona Kanaya. Katakan yang sebenarnya. Elena melakukan kecurangan, bukan?” tudingnya tanpa memiliki bukti

Arena kembali hening ketika Elena perlahan berbicara.“Bagaimana jika saya bisa membuktikan kalau saya tidak melakukan ritual kotor atau curang?” Suara itu begitu tenang, namun menusuk.Casper Kalingga tertawa rendah, sinis. “Kalau kau bisa membuktikan.” pemuda itu mengangkat satu tangannya dan menunjuk ke arah Elena, “aku akan memotong tanganku sendiri.”Elena tersenyum tipis, senyuman dingin kemudian mengangguk. “Baik. Sepertinya itu sepadan.”Casper mengangkat dagunya, matanya menyipit tajam. “Kalau kau yang terbukti melakukan ritual kotor, apa yang akan kau bayar? Tentu kau harus mendapatkan hukuman karena telah melakukan kecurangan di tes peserta ujian ini.” Elena menatapnya balik tanpa gentar. “Apa yang kau inginkan?”Casper memasukkan satu tangan ke balik mantel panjangnya, sikapnya sombong sekali. “Aku ingin kau menjilat satu per satu sepatu milik semua orang yang ada di sini.”Suara orang-orang langsung pecah dengan tawa kotor dan sorakan. Mereka mengangguk bersemangat tanpa

Casper Kalingga terpaku sesaat. Ia sama sekali tidak menyangka, bukan hanya satu, tapi tiga Tetua Saintis datang sekaligus. Bahkan Tetua Saintis Antonio sendiri datang turun gunung, itu bukan hal biasa. Jika tidak ada keadaan genting. Casper spontan melirik ke arah Putra Mahkota Daniel. Daniel pun terlihat sama kagetnya. Mereka bahkan sama-sama bergumam dalam hati, ‘bagaimana bisa Tetua Saintis Antonio tiba di tempat ini, siapa yang memanggilnya?’ pikir mereka. Tapi walau terkejut, Casper tetap tersenyum percaya diri. Pemuda itu bahkan tertawa pelan. “Bahkan sekalipun ada Tetua Saintis Antonio hadir di sini, Elena tetap akan kalah. Justru ini semakin baik. Ini akan membuktikan dengan sangat jelas bahwa Elena menggunakan ritual kotor,” ujarnya dengan penuh kepercayaan diri tinggi. Casper segera berdiri memberi hormat dengan tubuh tegak. Ia merasa momen ini adalah panggung kemenangannya.“Maafkan saya telah menyela para Tetua Saintis. Tapi orang yang menggunakan ritual kotor itu adal

Rasa takut langsung menjalar di seluruh tubuh Casper ketika Elena berdiri di hadapannya dengan tatapan sedingin es. Para bangsawan yang menonton dari area khusus menahan napas. Tidak ada seorang pun yang berani bersuara.Elena melangkah pelan. Dia melemparkan sebuah pedang panjang yang berkilau ke tanah di depan Casper. Suara logamnya memantul di arena, membuat bulu kuduk merinding.Elena tersenyum tipis. “Silakan,” ucap Elena pelan. “Kau ingin bukti? Bukti paling adil adalah darahmu sendiri.”Casper menatap pedang iu, bibirnya bergetar hebat. Tangan Casper gemetar saat dia perlahan membungkuk, meraih pedang itu. Tangannya benar-benar menggigil hebat.Orang-orang mulai mundur selangkah. Casper menutup mata, menggertakkan gigi. Tak ada pilihan lain, karena jika tidak masalah ini akan ke tangan kaisar sendiri. Bahkan bisa dihukum oleh langit. Lalu dengan gerakan cepat pedang itu mengayun.Crashhh! Darah langsung menyembur. Jeritan Casper menggema di seluruh arena.“Arrrgghhhhhh!”Semu

Setelah keluar dari toko Hanfu milik Mina dan juga pergi ke pengadilan kekaisaran untuk mengurus surat pernyataanpemisahan diri dari keluarga Adipati Dirgantara, Elena akhirnya kembali ke kediaman itu.Surat itu memang belum jadi, perlu proses beberapa bulan. Karena Elena telah terbukti bukan putri asli dari Adipati Dirgantara maka semuanya lebih mudah. Hanya saja prosesnya lama, tapi Elena tidak terburu-buru. Ia masih harus mengumpulkan tael emas. Semuanya akan tepat waktunya.“Nona yakin dengan surat pemisahan diri itu?” tanya Cani di sela-sela mereka berjalan. “Tentu.” Elena menjawab mantap. Cani terlihat ragu, tapi ia tetap berkata, “Kenapa Nona tidak menunggu Adipati Dirgantara yang mengurusnya?” Elena menghela napasnya dan berkata, “Menunggu mereka pasti akan lama, Cani. Apa lagi, aku sudah membahas hal ini pada Adipati, tapi dia tidak ingin membahasnya. Aku tahu, dia pasti tidak akan melepaskanku setelah tahu aku punya elemen.” Mata Elena menerawang saat kemarin ia mendenga