Rumah besar bergaya kolonial di ujung jalan Dahlia itu masih sama seperti dulu—hangat, wangi melati, dan penuh kenangan masa kecil Leo. Tapi kali ini, langkahnya terasa berat. Ia datang bukan sebagai anak yang rindu ibunya, melainkan sebagai pria yang akan membuat hatinya mungkin hancur. Di belakangnya, Aurel berjalan pelan. Tangan gadis itu menggenggam ujung baju Leo, gugup dan gemetar. “Kau yakin dengan ini, Paman?” suaranya lirih, nyaris tenggelam dalam suara deru angin sore. Leo menoleh, mengelus kepala Aurel lembut. “Kita tidak bisa sembunyi selamanya, Rel. Ibu berhak tahu siapa yang ada di sampingku sekarang.” Begitu mereka melangkah masuk, Widuri—wanita anggun berusia lima puluhan—menyambut dengan senyum lebar. “Leo, akhirnya kamu datang juga. Sudah lama ibu menunggu.” Tapi senyum itu perlahan memudar ketika matanya menangkap Aurel di belakang Leo. “Leo, Aurel?” ucapnya pelan, sedikit heran. “Kenapa kamu datang bersama gadis nakal itu?” Leo menarik napas panjang. “Bu,
Last Updated : 2025-11-04 Read more