Langit siang itu sedikit mendung, namun suasana di kafe kecil dekat butik tempat Aurel bekerja siang itu terasa hangat dan nyaman. Aroma kopi dan pasta berpadu lembut di udara, sementara suara musik instrumental mengalun pelan. Di meja dekat jendela, Yura dan Yuri sudah duduk sambil menunggu. “Katanya jam dua belas lewat sedikit dia keluar,” ucap Yura sambil melirik jam tangannya. Yuri mengaduk minumannya yang sudah setengah dingin. “Pasti masih di butik, biasa, pelanggan suka nambah pesanan di jam segini.” Yura tertawa kecil. “Aurel tuh paling tidakk bisa nolak pelanggan. Kalau bukan karena kita yang maksa, sepertinya dia tidak akan sempat makan siang.” Benar saja, tak lama kemudian pintu kafe terbuka dan Aurel muncul dengan senyum manis. Rambutnya dikuncir rendah, wajahnya sedikit lelah tapi tetap bersinar. “Maaf ya, aku telat.” “Baru lima menit,” sahut Yura cepat. “Sudah biasa kamu sibuk.” “Yang penting sekarang kamu bisa makan bersama kami,” tambah Yuri sambil melambai
Last Updated : 2025-11-14 Read more