All Chapters of Jodoh Untuk Om Dokter: Chapter 11 - Chapter 20

Rara masih berada di apartemen milik kekasihnya yang terlihat sangat berantakan, untuk hal itu membantu membersihkan apartemen tersebut. Ada bekas rokok sampai berbotol-botol minuman yang dia dapatkan di dalam sana yang sudah terlihat kosong. Sepertinya semalam kekasihnya itu baru saja pesta bersama teman-temannya, tapi kenapa pesta? Ah tidak, mungkin saja kekasihnya tengah galau karena ditinggal menikah olehnya, dan dia mengajak teman temannya untuk menemaninya malam ini. Ya, mungkin seperti itu. Semua pekerjaan telah selesai, apartemen yang semula kotor dan berantakan kini mulai bersih. Kini Rara hanya perlu membuatkan sarapan untuk kekasih hatinya. Di dalam dapur dengan musik yang dia bunyikan untuk menemaninya memasak, Rara terlihat sangat fokus memasak. Dia cukup pintar memasak, meski tidak terlalu enak tapi setidaknya masih bisa dimakan. Namun saat dia hendak membuang sampah dari makanan yang dia gunakan, dia merasa ada sesuatu yang aneh di dalam tong sampah tersebut. Untuk

"Rara... Rara...." Karena suara musik DJ yang terdengar amat kencang tak bisa membuat Rara mendengar jelas panggilan dari sahabatnya Geby. Karena suara musik itu juga yang membuat Rara tidak bisa berhenti menari di tengah-tengah banyaknya manusia yang tengah menari menikmati musik DJ yang terdengar begitu asik. "Ra..." Akhirnya Geby berteriak tepat di telinga Rara. Rara sampai merasa terganggu, dia tengah sibuk menari tapi sahabatnya itu tidak bisa berhenti memanggilnya." "Ada apa?" Seru Rara dengan raut wajahnya yang kesal. "Bokap sama Nyokap lo hubungi gue! Bahkan ada nomor baru yang hubungi gue, gue yakin kalau nomor baru itu suami lo yang mencoba hubungi gue, karena dia ngirim pesan sama gue kalau dia nyariin lo!" Teriaknya, dia sengaja berteriak supaya suaranya tidak tenggelam oleh musik yang terdengar saat itu. "Hah? Bokap? Nyokap? Dan suami? Mereka hubungi lo?" Geby menganggukan kepalanya, "Iya, kayaknya mereka nyari lo deh. Kayaknya lo harus pulang deh, Ra." Rara menol

Perkataan ibunya benar-benar membuatnya merasa sangat sedih, dia merasa begitu terluka dan merasa tak menyangka kalau ibunya akan mengatakan sesuatu yang begitu sensitif. Dia tahu kalau ibunya tengah marah padanya karena kelakuannya kemarin malam. Namun tak disangka kalau murkanya membawa kematian. Rara sangat menyayangi kedua orang tuanya, dia tahu kalau dia memang sering sekali membuat kesalahan. Namun tak pernah dia pikirkan kalau dia sangat menginginkan kematian orang tuanya. Sekali pun dia terdidik tegas dan merasa kalau hidupnya tertekan dan banyak tuntutan, tapi dia sangat menyayangi mereka. Tak pernah sekali pun dia berpikir seperti yang dikatakan oleh ibunya. Beberapa menit yang lalu ibunya telah pulang, setelah banyak berbincang dengannya, ibunya memutuskan untuk pulang dan sekarang Rara tengah menyendiri di kamarnya dengan derai air matanya yang terus terlihat, bahkan matanya mulai bengkak karena banyak menangis. Dia belum makan sama sekali, karena merasa tidak berseler

Rara bosan sekali berada di rumah sakit, mau sampai kapan dia ada di rumah sakit? Setelah menemani suaminya makan sampai habis, sekarang suaminya melarangnya untuk pulang. Karena katanya suaminya tidak akan pulang malam sesuai prediksi dia sendiri. Davin bilang kalau dia ingin pulang bersama dengan istrinya. Namun Rara tidak mau menunggu. Sekali pun Davin sudah memberikan fasilitas yang baik di dalam ruangannya ini. Ruangan Davin memang cukup luas, disana juga ada televisi, bahkan ada tempat tidur. Selama menemani suaminya itu makan, Rara mendengar semua celotehan suaminya yang menceritakan banyak hal. Bercerita soal awal mula kenapa dia jadi Dokter, dan soal apa pengalaman pertama dia semenjak menjadi Dokter, dan semua tentang Dokter. Rara bosan dan jengah mendengar ceritanya. Beberapa kali mencoba mengalihkan pembahasan itu, tapi tetap saja Davin kembali melanjutkannya, tak peduli soal apa istrinya ini tidak suka sekali pun. Karena Davin sangat menyukai bercerita, dia suka berce

"Hari ini, apa kamu akan bermain lagi bersama temanmu?" Rara mengalihkan perhatiannya dari ponselnya pada suaminya yang tengah sibuk siap-siap untuk pergi bekerja. Dia mengedikan bahunya acuh menjawab pertanyaan suaminya. "Jawab dengan mulutmu, kamu dimiliki anugrah untuk bicara, jadi gunakan sebaik-baiknya!" Perintahnya dengan sangat tegas. Rara menghembuskan nafasnya dengan panjang, "Gak, gue gak punya jadwal main sama teman. Kayaknya, gue cuma mau di rumah aja, tidur seharian sambil nonton drama korea." Davin menganggukan kepalanya dengan puas. "Puas?" "Belum," balasnya dengan acuh. Rara mendengus kesal mendengarnya. Biarkan saja kalau suaminya tidak puas, Rara memilih untuk kembali menscroll sosial medianya yang tengah heboh saat ini. "Rara, biasakan bicara sopan pada saya! Berhenti mengatakan lo-gue, tapi ubah menjadi aku kamu! Dan jangan panggil saya Om lagi, karena saya bukan gadun kamu! Saya suami kamu yang dimana kamu harus memanggil saya dengan sopan," tegurnya denga