All Chapters of PELAYAN ISTANA PEMUAS TUAN PUTRI : Chapter 11 - Chapter 20

Sinar matahari pertama menembus jendela kamar tidur Elara, dan Dayang Clara sudah berdiri di sampingnya, memegang nampan perak yang berisi teh pagi dan, di dalam vas kristal kecil, satu tangkai Anggrek Merah.​“Anggrek dari rumah kaca, Tuan Putri. Saya pikir warnanya sangat cocok dengan suasana hati Anda pagi ini,” kata Clara dengan senyum yang terlalu lebar, nadanya penuh makna tersembunyi. Clara menempatkan vas itu tepat di samping tempat tidur Elara, di mana matanya bisa mengawasi.​Elara merasa tegang. Dia tahu Ariel pasti sudah mencoba menghubunginya, dan bunga ini adalah satu-satunya kesempatan. Dia harus bertindak secara alami.​"Anggrek yang indah, Clara. Terima kasih," jawab Elara, mengambil bunga itu.​Saat ia memuji warna kelopak bunga, jarinya perlahan-lahan menyentuh batang Anggrek. Dia merasakan ada tonjolan kecil yang tidak wajar, sekecil serpihan. Elara tahu itu. Itu adalah pesan Ariel.​"Bisakah Anda mengambilkan buku puisi saya, Clara? Saya merasa ingin membaca beber

Malam menjelang serangan yang dijadwalkan. Istana sunyi. Pesta dansa telah berakhir, dan semua orang, termasuk Pangeran Varen yang puas diri, telah pensiun ke kamar mereka. Hanya Dayang Clara yang masih berpatroli, bayangannya melayang di koridor seperti hantu yang bersemangat.​Ariel tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Jaro, pengawal Varen, telah mencari bros naga perak itu dengan putus asa, yang berarti bukti itu sangat penting. Ariel harus memastikan Jaro tidak menemukannya di Sayap Barat.​Ariel tahu bahwa Jaro tidak akan mencari di lokasi tempat bros itu jatuh: gudang anggur tua, tempat yang dianggap terlalu jauh dan terpencil dari urusan istana.​Berbekal senter minyak kecil, Ariel menyelinap keluar dari Sayap Barat, bergerak cepat melalui lorong-lorong pelayanan yang gelap, menuju ke Sayap Anggur, tempat yang ia masuki beberapa hari lalu untuk menemukan dokumen pemalsuan.​Saat ia mencapai gudang anggur, ia mencium bau lumut dan kelembapan, namun juga bau tan

Pagi itu, Ariel secara resmi mengenakan seragam barunya: jubah berlengan panjang berwarna abu-abu tua dengan aksen perak sederhana, lambang Penjaga Perpustakaan Kerajaan. Itu adalah pakaian yang sopan dan terhormat, jauh berbeda dari linen kasar pelayan. Pindah ke Sayap Perpustakaan adalah seperti memasuki dunia lain. Itu tenang, sunyi, berbau kertas tua dan kayu ek yang dipoles. Ariel kini memiliki kamar pribadinya—kecil, tetapi penuh cahaya, dengan meja tulis, dan yang paling penting, kedamaian. Namun, kedamaian itu terasa dingin. Jaraknya dari Sayap Raja terasa jauh. Hari itu, Elara mengiriminya sebuah buku melalui pelayan istana, diantar dengan formalitas yang kaku: TENTANG FLORA ASTARIA karya Faelan. Pelayan itu menyampaikan pesan resmi, "Tuan Putri ingin Penjaga Perpustakaan memeriksa apakah ada bab yang hilang mengenai Anggrek Merah." Ariel menerim

Malam telah larut, dan di jantung Perpustakaan Kerajaan, Ariel melakukan pengkhianatan paling canggih: pemalsuan. Lampu minyak di atas meja kerjanya diredupkan, membatasi cahaya agar tidak mencapai jendela, menciptakan zona kerja yang tersembunyi di balik bayangan rak buku yang menjulang. Ia mengenakan sarung tangan kulit tipis, bukan untuk kebersihan, tetapi untuk menghindari transfer minyak alami yang dapat merusak keaslian kertas tua yang rapuh.​Proyeknya adalah mahakarya penipuan. Berdasarkan analisis cepat tentang kelemahan klaim Varen—yang ternyata berakar pada silsilah jauh dari garis keturunan ketiga—Ariel membuat ‘Dekrit Lima Klan’. Dokumen itu sendiri bukanlah ancaman bagi takhta, melainkan sebuah kerumitan birokrasi, sebuah dokumen yang jika ditemukan, akan membutuhkan waktu berminggu-minggu bagi Dayang Clara untuk memastikan validitasnya, menyibukkannya dengan sejarah dan hukum yang rumit.​Ariel telah menemukan kertas perkamen yang tepat, yang telah disimpan se

Elara menerima pesan Ariel pada sore hari. Dia menemukan tusukan ganda di halaman judul puisi kuno saat Dayang Clara sedang sibuk memilah-milah beberapa laporan keuangan di seberang ruangan. Jantung Elara berdebar kencang, menyadari bahwa jeda puitis mereka telah usai. Ariel tidak akan mengirimkan kode "Bahaya. Rencana kedua. Sekarang." jika ancamannya tidak segera terjadi. ​Clara tidak lagi mencurigai Ariel sebagai kurir. Itu adalah kemenangan kecil, tetapi Elara tahu Clara telah menggeser fokusnya. Jika Clara kembali menyelidiki Cassian dengan bukti apa pun yang dia kumpulkan dari arsip lama, seluruh sandiwara mereka akan runtuh. ​Elara segera meninggalkan ruangannya dengan dalih bertemu penjahit kerajaan, tetapi tujuannya yang sebenarnya adalah Sayap Ksatria. ​Dia menemukan Cassian di lapangan latihan, tubuhnya basah oleh keringat, berlatih ayunan pedang seorang diri—sebuah kegelisahan yang sempurna untuk penyamarannya. ​"Ksatria," panggil