“Saya mau anter kamu pulang, Ivy!” Lexton terkekeh. Namun, Ivy menolak. “Nggak usah, Kak! Turunin saya dulu, plis!” Ivy mencoba keluar dari dekapan kuat Lexton, tetapi usahanya seperti menjaring angin. Sia-sia!Lexton memutar bola matanya, tidak peduli dengan penolakan Ivy. Namun, ia menurunkan gadis muda itu di sofa. Tanpa jeda, ia mengapit kedua lutut Ivy dengan kakinya, lalu menunduk dekat dengan wajah gadis manis nan lugu itu.“Kau akan pulang denganku!” ujar Lexton menekankan setiap kata. “Sekarang, kita sarapan! Oke?”Ivy mengangguk, menurut. Namun, lagi-lagi ia berkomentar di luar topik pembicaraan. Katanya, “Aku nggak lihat kamu sikat gigi, tapi napasmu nggak bau!”Lexton hampir menyembur karena tak bisa menahan tawanya. Ia membuang muka sambil tergelak. Ketika ia berniat berbalik dan menatap Ivy, gadis itu ternyata bergerak maju, mendekati bibirnya dan mengendus. “Benar! Tidak ada bau mulut pagi hari. Cocok untuk ciuman selamat pagi!”Lexton tertegun. Hampir lupa bagaima
Last Updated : 2025-11-02 Read more