Pagi itu, setelah semalaman hampir tidak tidur, Nayla bangun dengan kepala berat dan mata yang perih. Ruangan kosnya yang kecil terasa semakin sempit, seolah dindingnya bergerak perlahan mendekat. Di meja, tumpukan lamaran yang sudah ia kirim semalam seperti menatap balik padanya—diam, tapi menekan.Satu hal yang ia tahu: semua pintu terasa tertutup.Dan hari ini, ia harus mengetuk pintu terakhir yang paling ingin ia hindari.lAyahnya.Atau lebih tepatnya, pria yang dulu menjadi ayahnya hingga perceraian membuat mereka seperti dua orang asing yang kebetulan berbagi darah.Nayla mengikat rambutnya buru-buru, mencuci wajah, lalu meraih tas. Perutnya keroncongan, tapi ia tidak punya selera untuk makan. Setengah karena uangnya tinggal sisa kecil, setengah lagi karena pikirannya dipenuhi rasa takut.Ia keluar kamar dan mengunci pintu pelan.Di depan gang, ia menahan napas sebelum memesan ojek.Tujuan: rumah ayahnya.Rumah yang dulunya ia hafal tiap sudutnya, tapi sejak pernikahan baru ayah
Last Updated : 2025-11-28 Read more