Latri sangat bersyukur akhirnya dapat mengandung kembali. Bahkan, buah hati keduanya berjenis kelamin laki-laki, sesuai dengan permintaan ayah dan sang ibu mertua. Latri senang bisa menjadi menantu yang berguna. Kebahagiaan hanya berlangsung sebentar, calon bayinya meninggal. Pupus sudah harapan terbesar Latri. Ia sempat terpuruk. Namun, sang suami membawa seorang bayi lucu ke rumah. Mereka akan mengangkatnya sebagai anak. Dan, saat Latri benar-benar menaruh rasa sayang yang besar pada bayi itu. Maka, ia tertampar kenyataan begitu pahit. Hilang sudah kepercayaan pada sang suami. Pria itu bukan suami terbaik, ia telah disuguhkan kebohongan yang apik. Rasa benci pun mengalahkan keinginan untuk mencintai balik Wirya. Bahkan, hendak berpisah.
view moreThe cool night, silent and luxurious in the presidential suite.
Caitlin Lewis had a black blindfold over her eyes, her small hands tightly gripping the sheets, filled with tension and anxiety.
The mattress beside her suddenly sank under a heavy weight pressing down.
She could feel the man reaching out, and Caitlin quickly grabbed his wrist.
“Don’t look at my face!”
The man’s deep, magnetic voice spoke, “Don’t you want to know who you’re giving your first time to?”
Caitlin’s heart ached, warm tears spilling out as she shook her head. “I don’t care who you are. You’re my savior, thank you!”
She couldn’t let anyone know who she was!
If word got out that the eldest daughter of the Lewis family had fallen so low as to sell herself for $200,000, how much ridicule would she face?
Giving her most precious self to a stranger, she felt helpless and sorrowful.
But she had no choice. Her mother was lying in a hospital bed, waiting for money to save her life.
If it weren’t for her father’s coldness and her boyfriend’s betrayal—stealing her shares and kicking her out—she wouldn’t have to resort to this.
A faint, seductive scent filled the air.
The girl was clean, and she smelled good!
The man made another request, “I can give you two million, but I want you to have a baby for me. Would you agree?”
With two million, her mother could be saved!
“I agree…”
“Good girl.”
The man curved his lips into a charming smile, leaning in closer.
Eight months later, one night.
Caitlin was jolted awake by the pungent smell of smoke. She opened her eyes to see flames outside the window, long tongues of fire licking through the frame, igniting the curtains.
Fire!
Realizing the danger, Caitlin, with her large belly, struggled to get up and escape the room.
The living room on the first floor was already ablaze, thick smoke billowing. Caitlin covered her mouth and nose, struggling to move forward.
The worst part was, all the doors and windows in the villa were sealed shut. She managed to find the landline phone, but the line had already been cut.
Outside, she could faintly hear familiar voices. “Once her mother dies, my mom will marry into the Lewis family, and Caitlin will probably never know that I’m also a Lewis daughter.”
Her cousin Jasmine was actually her father’s biological daughter?
“Everything that belongs to her is already in your hands. She has nothing now!”
That was Scott Gilbert’s voice?
He stole her shares and conspired with Jasmine?
“Pour more gasoline. Make sure the fire burns brighter. It’s best if she and that bastard in her belly are burned to ashes.”
“She has to die, only then will we be truly safe.”
It was them. They wanted to silence her!
The chaotic footsteps finally faded, leaving only the roaring fire and suffocating smoke.
The flames licked at her skin, and fear consumed her.
Thinking of her mother still lying in the hospital, she couldn’t die…
Caitlin smashed the window glass, shouting desperately for help. “Help… Fire… Help!”
She didn’t know how much time had passed. Lying on the ground, Caitlin could barely breathe.
In that moment of crisis, the villa door was kicked open, and an elderly figure rushed into the inferno. “Miss! Miss!”
“Dominic, I’m here…”
Hearing the old butler’s voice in her despair, Caitlin was moved to tears.
Dominic kicked aside burning furniture, braving the danger to find the nearly suffocating Caitlin. “Miss, hurry, come with me…”
With Dominic’s help, Caitlin cradled her belly as they headed toward the door. Just as they were about to make it out, a beam fell toward Caitlin.
Seeing this, Dominic pushed Caitlin out of the door, taking the blow himself and becoming trapped under the beam.
Caitlin crawled up from the ground, turning to see Dominic engulfed in flames.
Tears overflowed from her eyes as she cried out in agony, “Dominic! Dominic…”
“Run, Miss… Go as far as you can… Never come back…”
“Dominic…”
Caitlin’s eyes were bloodshot, the flames devouring everything, leaving nothing but a burning inferno.
*
Half a month later, in the 59th-floor office of Vanderbilt Enterprises Group.
Sebastian Vanderbilt was dealing with work when his assistant, Xavi, rushed in to report, “Mr. Vanderbilt, our people found a premature newborn at the gate of the villa.”
“What?”
No one else knew the villa’s address, only that girl. Realizing what it meant, Sebastian stood up abruptly. “Where is the baby now?”
“The baby is very weak and sick. I’ve already sent him to the hospital for treatment.”
“To the hospital!”
In the hospital’s incubator, Sebastian saw a baby boy, tiny and delicate, so small and adorable. The moment he saw the baby’s face, his heart softened.
Though the baby was small, his features bore a slight resemblance to Sebastian’s. There was no doubt this was his son.
He had paid two million to have that woman, Camellia, bear him a child, and she had fulfilled her promise!
Thinking of this, Sebastian immediately instructed Xavi, “Go, I need to know where the baby’s mother is now. Bring her here.”
“Yes, sir!”
Xavi led a team to search, and three days later, he returned with a report. “Sir, we’ve searched all over New York, but we couldn’t find a woman named Camellia. We even checked every maternity ward, but there’s no record that matches.”
“Keep looking. I must find that woman!”
Sebastian’s brow furrowed deeply. Where had she gone after giving birth to his child?
Pergantian hari terasa cepat berjalan baginya, begitu juga dengan waktu. Walau satu bulan sudah berlalu sejak peristiwa tak mengenakan terjadi pada sang istri, Wirya tetap saja siaga. Tak sekalipun lengah menjaga dan mengontrol kondisi istrinya.Sikap pria itu juga jadi semakin protektif. Perhatian yang diberikan Wirya tidak pernah berkurang, sesibuk atau sepadat apa pun pekerjaannya. Pria itu tak akan menjadikan sang istri dan buah hati kecil mereka urusan yang kesekian. Ia masih sangat mengutamakan keluarga. Karena, begitu kewajibannya.Misalkan hari ini, Wirya menemani sang istri pergi lagi ke dokter spesialis kandungan guna lakukan pemeriksaan secara rutin, setiap 14 hari sekali. Mengingat usia kehamilan istrinya yang sudah menginjak 10 minggu, maka mereka harus meningkatkan pengawasan, menghindari hal tidak diinginkan."Buumm...buumm." Laksmi berucap cukup lantang seraya mencoba meniru gaya ayahnya yang sedang menyetir dan duduk n
Hingga angka di jam digital di atas meja menunjukkan tepat pukul tiga dini hari, Wirya tidak beranjak tidur. Pria itu belum sekalipun memejamkan mata. Wirya memilih menjaga istrinya. Menyiagakan diri jika terjadi sesuatu yang lebih buruk dan tidak diinginkan nanti.Sementara, Latri sudah mampu berbaring nyaman di tempat tidur mereka. Setelah rasa sakit perutnya menghilang sepenuhnya. Dan, wajah damai wanita itu, manakala sedang tertidur pun menjadi pemandangan yang sangat jarang bisa dinikmati."Aku sudah banyak membuat kamu menderita, Latri," ujar Wirya begitu pelan. Namun, nada bersalah jelas terdengar di dalam suara berat pria itu. Genggaman Wirya pada tangan istrinya kian dieratkan bersamaan dengan rasa sesal semakin menyesakkan dada.Linangan air mata serta pengutaraan ketakutan dari sang istri beberapa jam lalu masih melekat kuat di dalam benak Wirya. Sungguh, ia tak tega dan juga ikut merasakan sakit. "Mungkin permintaan maafku saja tidak akan bisa cukup.
"Wirya...," gumam Latri tak keras. Nyaris seperti berbisik. Suaranya begitu kecil. "Maaf," ucap wanita itu tak enak hati."Maaf karena sikapku kasar tadi siang padamu, Wi."Beberapa hari belakangan, ia dan sang suami sudah tak lagi tidur dalam satu kamar yang sama sesuai permintaannya. Sang suani pun menurut, tidak mempunyai alasan kuat untuk menolak. Namun, saat melihat Wirya seperti malam ini, Latri menjadi tak tega dan mengasihani suaminya. "Jangan tidur di sini. Lebih baik di kasur."Wirya mampu merasakan jika ada sentuhan lembut pada pipi kanannya. Ia memilih merapatkan pejaman mata seraya meraih tangan sang istri guna digenggam erat. Wirya sangat suka momen dimana istrinya masih menunjukkan kepedulian, meski hubungan mereka kian memburuk pasca perdebatan yang terjadi siang tadi."Di sini kamu pasti tidak akan merasa nyaman untuk tidur. Pindah ke kasur, Wi." Latri coba membujuk suaminya.Wirya tak menanggapi perkataan sang istri, m
Ucapan Wira terus saja terngiang di telinga Wirya hingga menambah ketidaktenangan yang melingkupi dirinya. Wirya bahkan kian tak bisa berpikir jernih, konsentrasi dalam bekerja tak lagi tersisa. Ia lantas mengambil keputusan nekat, yakni membatalkan pertemuan bersama salah satu klien yang penting secara sepihak.Wirya tak ingin terlalu memikirkan konsekuensi yang akan diterima oleh perusahaan serta bisnisnya. Untuk sekarang, Wirya lebih mengutamakan penyelesaian dari masalahnya dengan sang istri. Wirya hendak mengajukan permohonan pada Latri. Berharap, istrinya bersedia mengabulkan, walauterasa berat.Untuk Wirya, tidak akan pernah mudah meminta sang istri menggugurkan calon anak kedua mereka. Ia sungguh tidak sanggup membunuh nyawa darah dagingnya. Namun, Wirya tak punya alternatif lain guna menyelamatkan sang istri."Kenapa pulang cepat, Wi? Siang ini bukannya kamu punya jadwal bertemu dengan PT. Sejahtera?" Latri bertanya, ingin mengetahui a
Wirya tak bisa menikmati sarapan dengan suasana hati damai atau tentram pagi ini. Sebab, memang aura dan suasana yang kini melingkupi dirinya dan sang istri sedang tidak enak. Efek keberanian mengungkap sederet fakta di masa lalu pada wanita itu harus bisa ia terima mulai sekarang.Semua tak akan pernah bisa sama lagi seperti sebelumnya. Hubungan mereka berdua rasanya kian jadi memburuk. Dan hal tersebut sungguh sulit bagi Wirya. Hati kecilnya tidak ingin ada perubahan.Akan tetapi, terlalu mustahil untuk dapat terkabul. Karma sedang berlaku untuknya. Wirya tidak dapat menghindari. Terlepas dari rasa sesal yang membelenggu setia."Sayang ...,"Manakala, mendengar panggilan dari sang suami, maka Latri segera memindahkan pandangan pada sepasang mata suaminya. Meski, tidak bertahan lama. Mungkin enam detik. "Ada apa?" tanya wanita itu dengan nada datar."Masih tidak enak badan? Mau aku antar ke dokter?"Latri
Wirya baru sampai di kediamannya pada pukul sebelas malam.Dan, saat sudah injakkan kaki di ruang tamu yang masih terang oleh nyala dari sinar lampu, Wirya segera saja memusatkan perhatian ke arah sofa, di sana tampaklah istrinya sedang tertidur pulas saat ini. Wirya terpaku sejenak, kala disuguhkan pemandangan wajah damai sang istri. Hati pria itu menghangat.Tatapan Wirya yang teduh senantiasa masih tertuju ke sosok sang istri bersamaan dengan menipisnya jarak di antara mereka karena Wirya yang juga kian berjalan mendekat ke arah sofa. Ulasan senyuman terlihat di wajah pria itu, dikala membelai secara halus pipi kiri sang istri. Sementara, pergerakan kecil ditunjukkan Latri,tatkala merasakan ada sentuhan tangan milik seseorang. Lalu, kedua matanya terbuka."Kenapa tidak tidur di kamar? Di sini udaranya dingin, Sayang." Wirya berujar dengan begitu lembut.Latri yang hendak melontarkan sejumlah kata. Namun, diurungkan. Wanita itu memilih untuk memejamkan m
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments