Adisty tiba-tiba mendapatkan telepon dari seorang presdir yang mengajaknya untuk menikah secara mendadak. Berbagai perjuangan di lakukan Adisty untuk menolak pernikahan itu. Karena sebenarnya dia hanyalah seorang karyawan biasa yang di suruh seorang teman untuk menggantikannya di acara perjodohan. Sialnya lagi pria yang menelepon dirinya itu adalah presdir tempatnya bekerja. Pria itu tidak mengetahui jika gadis cantik yang menyamar di acara perjodohan itu adalah karyawannya sendiri. Ricko adalah presdir yang tidak suka di bohongi dan membuang waktu. Setelah mengetahui ia di permainkan karyawannya ia bermaksud menghukum Adisty dalam belenggu pernikahan. Sementara itu Rania adalah sahabat karib Adisty yang mengirimnya di acara perjodohan itu. Karena sebuah kesalahan ia tidak sengaja jatuh cinta pada sekretaris pribadi Ricko. Ikuti kisah menarik mereka dalam "My Love."
Lihat lebih banyak— Seven Years Ago —
"Hei! Sudah kubilang jangan menatap mata mereka, Hikaru!" kesal seorang gadis remaja sambil menutup mata seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun.
Kemudian dengan geregetan, si remaja menolehkan wajah si anak lelaki yang dipanggilnya Hikaru itu dengan cepat sehingga mereka kini saling menatap.
"Dengarkan Onee chan ya, Hikaru. Jangan pernah menatap mata mereka lagi. Kau belum bisa membedakan mana roh jahat dan bukan. Janji?" tanya si remaja perempuan.
"I-iya, Onee chan," jawab si anak lelaki itu sambil menunduk karena merasa bersalah.
"Hei, jangan begitu. Onee chan tidak marah kok. Aku cuma khawatir. Daripada begitu, gimana kalau kita balapan ke arah batu di ujung jalan. Siapapun yang kalah, harus jadi orang yang memaksa Ethan menari," ujar si gadis remaja yang di setujui oleh anak lelaki dengan mengangguk heboh.
"Aku yakin Onee chan yang akan kalah. Terus Ethan Onii chan akan menjampi-jampi Onee chan biar tidak bisa bergerak seharian," ujarnya sambil berlari ke arah batu yang dimaksud.
Sedangkan si remaja perempuan hanya tersenyum menatap si anak lelaki yang sudah berlari gembira. Kemudian tidak lama berselang, ia kini mengalihkan tatapannya ke hantu perempuan berwajah pucat dan setengah wajahnya hancur yang tadi ditatap oleh si anak lelaki. Mata si hantu menghitam dan tersenyum jahat ketika menyadari kalau seorang manusia remaja sedang menatapnya.
Sambil berkomat-kamit dengan bahasa yang tidak di mengerti, tubuh putih pucat setengah transparan yang setengah hancur itu berjalan terseok-seok berusaha mendekati si remaja. Tangan kirinya yang kehitaman seperti tubuh mayat yang membusuk, satu-satunya tangan yang terlihat sehat mulai terangkat. Berusaha menyentuh si remaja. Suhu disekitar hantu mulai menurun, membuat bulu kuduk si remaja meremang.
Sayangnya si remaja perempuan bukannya merasa takut malah tertawa remeh lalu sambil dengan cepat ia menendang kepala si hantu perempuan, tepat di bagian yang terluka yang membuat si hantu terkejut kebingungan.
"Pergi kau! Kalau sekali lagi kau iseng pada adikku, akan kupanggilkan ayahku, biar kau terbakar sekalian dan tidak akan pernah kembali ke nirwana!" bentak si remaja perempuan yang membuat si hantu justru terlihat semakin pucat ketakutan, jika memucat masih dimungkinkan.
"Masih belum mau pergi? Atau mau kupinta penjagaku yang mengutukmu?" geram si remaja lagi.
"~Ma-ma ... af ~," lirih si hantu melenyapkan dirinya menjadi kepulan asap.
"Cih! mentang-mentang sebentar lagi acara tahunan, hantu jadi pada ngumpul!" gerutu si remaja lalu bersiap-siap berlari melanjutkan permainannya dengan si anak lelaki kecil.
Hari itu, tanggal lima bulan Juni adalah hari dimana tiga keluarga shaman atau dukun legendaris dari tiga benua — Iapana, Tailani, dan Kolea Hema — berkumpul. Kali ini mereka berkumpul di pusat energi terbesar tahun itu, yakni di benua Kolea Hema.
Tiga keluarga shaman legendaris itu kini sibuk mempersiapkan diri mereka untuk mengurus ritual yang akan mereka lakukan tepat pada pukul tiga dinihari nanti. Perempuan dalam keluarga; nenek dan ibu sibuk memasak sesajian yang akan digunakan untuk ritual. Sedangkan para prianya; kakek dan ayah sibuk mendoakan benda-benda yang akan digunakan di ritual.
Lalu generasi ketiga mereka, yang seharusnya ikut membantu mengikat kertas-kertas mantra malah hanya bermain.
Tepatnya, dua diantaranya — si remaja perempuan yang bernama Elisa Macbeth dan si anak lelaki kecil yang bernama Hikaru Watai — bermain kejar-kejaran sedangkan si remaja lelaki lainnya, keturunan keluarga Cha — Ethan yang berusia sama dengan Elisa — malah sibuk membaca kitab-kitab shaman.
Sehingga membuat nenek-nenek mereka geram lalu memanggil ketiganya dan memaksa mereka untuk membantu.
"Biarkan saja mereka," ujar Kakek Cha. "Jarang-jarang mereka berkumpul kan," tambahnya lagi sambil terkekeh memandang ketiga cucunya yang sedang cemberut karena mendapatkan jeweran di telinga mereka oleh nenek mereka masing-masing.
"Mereka bisa bermain setelah ritual. Ish!" gerutu si nenek Cha yang paling cerewet — berbanding terbalik dengan cucu semata wayangnya, Ethan — sambil menggiring ketiganya untuk duduk di teras rumah kayu tradisional milik keluarga Cha.
"Nih! Selesaikan ini. Jangan sampai ada yang terlewat atau rusak," ujar nenek Watanabe meletakkan sekeranjang besar kertas-kertas yang sudah dilipat-lipat. "Tempelkan pada talinya dengan benar, ya," katanya lagi sebelum meninggalkan ketiga cucunya. Sedangkan nenek Macbeth yang paling kalem hanya tersenyum dan mengelus sayang ketiga cucunya.
Entah dimulai sejak generasi keberapa, tapi ketiga keluarga itu selalu berkumpul di tanggal dan bulan yang sama di tempat yang diramalkan memiliki energi besar. Sehingga mereka bahkan sudah seperti keluarga. Walaupun berkumpulnya hanya setahun sekali ketika ketiga pintu — surga, neraka, dan bumi — bersinggungan.
Keluarga Macbeth, keluarga yang berasal dari benua Tailani adalah keluarga shaman turun menurun yang disegani di benuanya. Mereka dikenal sebagai shaman pemberi berkat, sehingga apapun dan siapapun yang didoakan oleh mereka akan mendapat keberuntungan.
Satu-satunya keluarga shaman — diantara ketiga keluarga shaman legendaris — yang memiliki pelindung dewa dalam keluarganya yang diturunkan langsung ke keturunan pertamanya.
Ada dua pelindung yang saat ini melindungi keluarga Manoban. Sebuah anomali sebenarnya, karena sebelum Elisa lahir, hanya Inugami — si dewa pembawa berkah yang berbentuk anjing — yang selalu menjaga setiap keturunan langsung keluarga Manoban.
Jadi perlindungan Inugami memang diturunkan dari nenek moyang mereka secara turun menurun karena perjanjian si pemilik Inugami yang asli — yaitu nenek moyang keluarga Macbeth. Namun Elisa adalah sebuah pengecualian karena si gadis remaja berusia enam belas itu terlahir dengan pelindungnya sendiri yakni seekor Kitsune — si dewa pembawa kutukan yang berbentuk rubah berekor sembilan.
Jadi saat ini, hanya Elisa di keturunan Machbeth yang memiliki dua pelindung atas dasar dua elemen yang berbeda, udara dan api — berkah dan kutukan.
Keluarga Watai, keluarga shaman dari benua Iapana. Shaman legendaris yang memiliki kemampuan melihat masa datang, sehingga banyak orang yang sengaja datang ke benua Iapana untuk minta diramal.
Sayangnya jika mereka sengaja meramal masa depan seseorang, usia mereka akan berkurang. Kecuali jika ramalan itu datang dengan sendirinya, maka kemampuan mereka tidak berpengaruh pada usia.
Karenanya, Kakek Watai mengunci kemampuan meramal Hikaru yang akan terbuka setelah Hikaru berusia enam belas tahun. Mereka hanya terlalu takut dengan kemampuan meramal Hikaru yang jauh lebih detil dibanding generasi-generasi Watai sebelumnya.
Walaupun paman Hikaru pernah mengatakan kalau Hikaru memiliki energi yang berbeda jadi kemungkinan Hikaru juga kehilangan usianya sangat tidak mungkin terjadi. Tapi, karena tidak mau ambil resiko, kakek Watai yang merupakan kepala keluarga tertua clan Watai tetap memutuskan untuk menutup setengah kemampuan Hikaru.
Lalu keluarga Cha, shaman legendaris benua Kolea Hema. Sedari dulu, keluarga Cha berkonsentrasi pada pemurnian roh-roh jahat — bahasa kerennya exorcism. Jadi diantara ketiga keluarga, hanya keluarga Cha yang memiliki energi yang begitu besar.
Kemampuan keluarga Cha adalah sebuah blessing, tidak semua keluarga shaman mampu benar-benar memurnikan roh jahat. Walau keluarga Watai dan Macbeth mampu mengusir hantu, mereka tidak mampu memurnikan roh jahat yang memiliki kekuatan berkali-kali lipat dibanding hantu biasa.
Terutama Ethan Cha yang hanya berusia empat hari lebih muda dari Elisa Macbeth. Cucu keluarga Cha itu bukan hanya memiliki energi yang melimpah, namun otak jeniusnya mampu menghapal semua mantera penyucian sejak ia masih duduk di sekolah dasar.
Dan yang semakin menakjubkan, ia mampu merubah benda apapun menjadi senjata untuk membasmi roh jahat tanpa perlu air suci dan doa berhari-hari. Kemampuan yang sama sekali belum pernah dimiliki oleh generasi Cha manapun.
Karena benda yang digunakan untuk penyucian butuh dimurnikan dalam air suci dan doa-doa selama mungkin agar energi yang rersimpan di senjata semakin besar. Karenanya semakin tua benda tersebut, semakin besar energi suci yang tersimpan. Namun jarang ada benda untuk penyucian yang bertahan lebih dari sepuluh tahun karena benda tersebut harus dihancurkan.
Seperti dengan mudahnya benda suci itu menyerap energi murni untuk menghancurkan roh jahat, benda itu juga menyerap sedikit kekuatan jahat dari roh yang disucikannya.
"Onee chan! Yak! Bangun!" gerutu Hikaru ketika mendapati Elisa yang sedang ketiduran. Bukannya mengerjakan yang disuruh malah enak-enakan tidur, pikir Hikaru. "Onii chan, lakukan sesuatu!" katanya lagi menggoyang-goyangkan tangan Ethan yang sedari tadi sibuk dengan pekerjaannya.
"Biarkan saja. Onee chan mu itu kalau sudah tidur tidak berbeda dengan babi," jawahnya tanpa menoleh.
Hikaru mencebik kesal menatap Elisa yang tertidur dan Ethan yang tidak ingin membantu. Namun akhirnya ia mengikuti saran Ethan dengan membiarkan Elisa tertidur, daripada ia diamuk jika membangunkannya dengan paksa.
¤¤¤
Matahari sudah tenggelam dan bulan purnama mulai menyinari malam yang mereka sebut sebagai malam DevaYama, dimana perbatasan antara pintu surga, neraka, dan dunia manusia terbuka. Para tetua, mulai menempati posisi masing-masing.
Di halaman rumah keluarga Cha, sebuah altar yang terbuat dari meja pendek berkayu jati yang ditempatkan di atas sebuah tikar rotan kini sudah berisikan makanan persembahan yang dimasak dan dimanterai. Berbagai jenis masakan dari daging, sayur, dan buah-buahan disusun rapih di atas meja. Dan di bagian tengah belakang terdapat pot dupa yang sudah di tancapkan dupa yang terbakar.
Pada bagian ujung kanan di meja lain yang terpisah, terdapat seekor kambing yang dipanggang secara utuh. Di sisi lainnya, di bagian sebelah kiri juga di meja yang terpisah terdapat seekor bebek yang juga dipanggang secara utuh.
Sekitar satu meter di belakang altar terdapat sebuah penyekat ruangan enam panel yang bergambar naga. Lalu di bagian sisi kanan meja altar yang berisikan makanan, terdapat senjata-senjata yang telah disucikan. Daerah untuk ritual sudah dibentengi oleh tiang-tiang yang dipasang kain berwarna-warni, untaian bunga serta kertas-kertas yang di gantung di tambang.
Para wanitanya sudah duduk di bagian kiri altar dengan mengenakan kostum shaman masing-masing sedangkan dibagian kiri duduklah para pria yang juga mengenakan kostum shaman masing-masing.
Sedangkan ketiga anak-anak — Ethan Cha, Elisa Macbeth, dan Hikaru Watai — duduk di ruang tamu runah keluarga Cha yang sudah dipasangi kertas-kertas jimat agar apapun roh yang datang tidak mengganggu mereka, apalagi merasuki mereka.
Mendekati pukul tiga dinihari, bunyi-bunyian dari genderang, bel, kerincing dan gong mulai ditabuh dan pemimpin mereka, Kakek Cha mulai menari sambil merapal mantera.
Disaat para orang dewasa sibuk merapal mantera, Hikaru tiba-tiba menatap kosong ke satu arah sambil mengucapkan kalimat yang tidak jelas. Sehingga membuat kedua anak remaja, Ethan dan Elisa jadi mengalihkan fokus mereka yang tadinya mengintip ke arah ritual yang sedang berjalan menjadi ke arah Hikaru.
"Dia sedang trans?" tanya Elisa pada Ethan yang berjalan merangkak mendekati Hikaru sambil berusaha fokus mendengarkan apa yang dikatakannya. Elisa baru saja ingin bertanya kembali ketika Ethan menaikkan tangannya memintanya untuk diam.
"Bunuh ... tiga ... keluarga ... terkutuk ... harus ... mati," lirih Ethan yang mencoba membaca gerakan bibir Hikaru.
Tidak sampai semenit, Hikaru tersadar lalu mulai gemetar dan menangis hebat. Membuat kedua anak remaja itu kebingungan.
"Hikaru?!" lirih Elisa mencoba memeluk anak lelaki berusia sembilan tahun itu. Namun gerakannya terhenti di tengah jalan ketika Kitsunenya menampakkan diri menyuruh mereka lari. Sebuah kejadian yang luar biasa karena pelindung Elisa tidak pernah menampakkan dirinya ke orang lain kecuali Elisa. Bahkan keluarga Elisa sendiri.
Jadi akibatnya, bukannya mengikuti permintaan Kitsunenya, Elisa malah terpana karena terkejut. Sedangkan Ethan tidak mengacuhkan kehadiran Kitsune karena sedang sibuk menenangkan Hikaru.
Fokus anak-anak tersebut kembali teralihkan karena suara keras di halaman keluarga Cha, tempat ritual diadakan. Ketiganya kini bergerak secepat mungkin mengintip dari balik jendela untuk melihat apa yang terjadi. Namun apa yang tiba-tiba ikut menatap mereka di kaca dari arah luar membuatnya terkejut hingga mundur ketakutan.
__________
Ritual berjalan lancar hingga tanpa peringatan tiba-tiba kakek Cha yang memimpin ritual kejang-kejang seperti kerasukan. Sehingga para tetua lainnya yang masih menabuhkan bunyi-bunyian sambil melafalkan alunan matera panjang sempat terhenti karena terkejut.
Kemudian kepala kakek Cha mulai terkulai seperti pingsan namun masih sambil berdiri. Membuat nenek Cha meninggalkan alat musiknya untuk mendekati suaminya dengan cepat.
Keluarga lain yang berada disana baru menyadari kesalahan yang dibuat oleh nenek Cha setelah ia sudah hampir sampai mendekati suaminya. Jadi keadaan sudah tidak dapat lagi diselamatkan karena Kakek Cha yang matanya sudah seluruhnya memerah seperti darah dan wajahnya yang memucat dan dipenuhi urat-urat seperti akar menyeringai menyeramkan. Sang kakek kemudian mulai menebas leher Nenek Cha menggunakan senjata yang tadi digunakannya untuk ritual penyucian.
Keadaan menjadi tidak terkendali ketika para wanita berteriak gemetaran sedangkan para prianya berusaha melafalkan mantera mereka yang terpotong. Namun perbuatan mereka kini sudah tidak lagi mampu memperbaiki keadaan dimana Kakek Cha mulai membantai anak dan kerabatnya satu persatu walau gerakannya terkesan kaku seperti di film-film zombie.
Dalam keadaan yang mencekam hanya Nenek Macbeth yang masih mampu berpikir logis.
"Inugami, lindungi ketiga cucu-cucuku. Bawa mereka pergi dan sembunyikan energi mereka," desisnya lirih karena dirinya sendiri juga sudah terluka akibat beberapa tusukan di perutnya.
Kakek Cha menyeringai senang melihat darah yang menyiprat kemana-mana. Tubuhnya bahkan sudah bermandikan darah kerabat-kerabatnya. Hingga ia teringat ketiga cucunya yang berada dalam ruangan yang membuatnya menoleh memandang ke arah jendela dimana ketiga cucunya sedang memandangnya dengan tatapan ketakutan.
Baru saja ia akan bergerak untuk membunuh ketiga cucunya, seekor siluman rubah penjaga Elisa menghalanginya dengan membakar kain-kain yang membentengi daerah ritual lalu menghilang bersama dengan Inugami dan ketiga cucu shaman legendaris.
¤¤¤
Ketiganya berlari sambil menangis menjauh. Menaiki bukit kecil di belakang rumah keluarga Cha. Tidak peduli kalau tubuh mereka kotor dan terluka gores akibat ranting-ranting pohon.
Meninggalkan api perbuatan Kitsune yang kini sudah membakar rumah keluarga Cha yang terbuat dari kayu. Meninggalkan orang tua, kakek, dan nenek mereka yang tewas akibat Kakek Cha yang kerasukan.
Dan samar-samar mereka mendengar suara teriakan Kakek Cha yang marah seperti kutukan yang mengiringi tiap langkah meteka. kalau ia akan kembali menemukan ketiganya.
Ketiganya mencoba menulikan telinga mereka dan terus berjalan hingga Hikaru terjatuh tiba-tiba akibat demam. Yang kemudian berakhir dengan digendong oleh Ethan.
Mereka tidak menghiraukan ranting-ranting pohon yang melukai kulit mereka dan batu kerikil yang mereka injak. Dalam benak mereka hanya satu, yakni keluar dari daerah milik keluarga Cha.
Ketiganya akhirnya berhasil tiba ke desa terdekat setelah hampir enam jam lamanya. Maklum rumah keluarga Cha berada di tempat yang terpencil.
Tubuh mereka yang kotor dan lelah. Pakaian mereka robek di beberapa tempat. Belum lagi luka-luka baret di sekujur tangan, kaki, dan telapak kaki. Ketiganya juga kedinginan karena hujan yang sebelumnya tiba-tiba turun. Membuat tubuh mereka basah.
Dengan berjalan sedikit terseok mereka menembus jalanan pasar. Namun tidak ada satupun orang dewasa disana, baik penjual maupun pembeli yang melirik mereka atau sekedar ingin membantu.
Bahkan ketika ada anak seumuran Hikaru yang bertanya pada ibunya, anak tersebut malah diomeli karena terlalu ingin tahu dan diminta jangan dekat-dekat karena mereka menjijikkan.
¤¤¤
Tiga tahun kemudian.Adisty memejamkan mata kala Ricko mau mendaratkan bibirnya di bibir Adisty.Melihat reaksi istrinya yang seolah membuka pintu untuknya. Ricko melanjutkan aksinya merebahkan Adisty di pembaringan. Kemudian mengecup kelopak mata wanita itu satu persatu. Jari-jari Ricko bergerak turun membuka kancing baju Adisty satu persatu."Tok ... tok ... tok!""Mama ... mama!" teriak Austin dari luar."Oh, sayang milikku sudah menegang haruskah kita berhenti lagi seperti kemarin," keluh Ricko."Iya, Austin di luar sayang. Kasihan dia, kalau lama menunggu. Kamu tahu sendirikan jika dia menangis, susah menenangkannya," sahut Adisty.Adisty membenarkan letak kancingnya lagi dan buru-buru membuka pintu untuk putra kecilnya."Ada sayang?" tanya Adisty."Austin, tidak bisa tidur. Boleh Austin tidur sama mama?" tanya Austin polos."Tidak boleh, Austin harus belajar mandiri tidur di kamar sendiri," ucap Ricko.
"Awas ya, kalau kau sampai meninggalkanku. Ku kejar sampai ujung dunia," balas Ricko. Keduanya tertawa bahagia. Mereka berpandangan satu sama lain, pandangan penuh cinta.Sebuah bunyi telepon mengagetkan keduanya yang sedang bernostalgia."Dari siapa sayang?" tanya Ricko."Kakek," ucap Adisty."Lalu, kenapa wajahmu pucat seperti itu?" tanya Ricko.Adisty tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Berita dari Kakek Fermount mengenai pelaku kejahatan yang mengakibatkan Ricko amnesia kini telah di ketahui siapa pelakunya."Ada apa sayang?" tanya Ricko."Tadi kakek memberitahu jika pelakunya sudah ketemu.""Oh, ya. Siapa pelakunya?" tanya Ricko."Ibu tirimu," jawab Adisty pendek."Sudah kuduga, hanya dia satu-satinya orang di dunia ini yang punya alasan ingin melenyapkanku," kata Ricko."Kata kakek, pihak keamanan telah melihat bukti lewat CCTV kota, orang suruhan itu juga merupakan penjahat yang menjadi buronan se
Setelah melakukan pergumulan semalam, pagi hari Rania mendapati tubuh polosnya tengah di peluk Kevin. Ia terperanjat kaget, melihat laki-laki tampan itu masih memeluknya dengan wajah tak bersalah. Sialnya lagi milik Kevin masih menancap lewat belakang. Rania seakan terjebak, ketika ia bergerak justru benda itu juga ikut bergerak di dalam. Dan Rania tanpa sadar mendesah pelan.Kevin sebenarnya pura-pura tidur, ia sudah bangun dari tadi. Hanya saja ia tidak ingin wanita yang di cintainya segera pergi. Jadi, ia melakukan aksi pura-pura tidur.Lagi-lagi Kevin menghujamkan miliknya dalam keadaan mata terpejam. Rania mendesah hebat, dan Kevin menyukai suara desahan itu. Semakin cepat ia memompa milik Rania, semakin sering ia mendengar desahan wanita itu. Hingga akhirnya mereka melakukan pelepasan lagi.Rania baru sadar jika Kevin pasti tidak tidur. Lelaki itu hanya pura-pura saja. Ia mencubit lengan Kevin dengan kencang."Aww!" teriak Kevin.
"Bagaimana Dok, kondisi suami saya?" tanya Adisty cemas."Kami sudah melakukan pengecekan, setidaknya tidak ada pendarahan di otaknya. Itu sudah merupakan kabar yang bagus," kata dokter."Iya, tapi apakah dia akan koma ... atau_,""Tenanglah, Nyonya. Kami akan berusaha yang terbaik," kata dokter."Iya," jawab Adisty lemah. Ia kembali melihat Ricko di balik kaca. Air matanya mengalir dengan sendirinya. Ia menyalahkan dirinya sendiri kenapa harus memaksa agar ingatan Ricko pulih."Berdoalah Nyonya, suami Anda bisa melewati masa kritisnya malam ini. Jika masa kritis berhasil di lewati, kemungkinan besar ia dapat sembuh," terang dokter.Adisty hanya menjawabnya dengan anggukan. "Kalau begitu, saya permisi dulu Nyonya untuk mengecek pasien lainnya," kata dokter pergi meninggalkan Adisty."Bagaimana keadaan Tuan Ricko?" tanya Kevin yang tiba-tiba muncul bersama Rania."Dia ... aku tidak bisa menjelaskannya. Kalian lihat s
"Tidak usah gugup, biasa saja," kata Adisty. Ricko tersenyum datar. Ia merasa Adisty bisa membaca pikirannya."Aku mandi dulu," kata Ricko untuk menghindari suasana yang canggung.ya," jawab Adisty. Wanita itu merebahkan tubuhnya yang penat karena jalan-jalan di Mall.Terdengar suara gemericik air shower kamar mandi. Adisty memilih memejamkan matanya sambil menunggu Ricko selesai mandi. Ia tiba-tiba terbangun teringat sesuatu. Lalu ia beringsut turun dari ranjang."Ada apa?" tanya Ricko yang baru saja keluar dari kamar mandi.Melihat tubuh Ricko yang hanya berbalut handuk saja sebatas perut dan buliran air menetes di rambutnya yang basah. Membasahi tubuh sixpack pria itu. Adisty menelan salivanya."Eh, tidak apa-apa. Aku hanya mau ambil ini," kata Adisty meraih ponselnya. Padahal sebelumnya ia ingin melihat sesuatu di dalam tasnya yang baru saja di beli di Mall tadi."Ada yang ingin kau telepon?" tanya Ricko mengernyitkan dahiny
Seperti biasa Adisty menunggu Ricko pulang kerja. Kali ini ia menunggu tidak di rumah melainkan di Mall untuk membeli keperluan bayi. Ia merasa bosan jika di rumah terus, apalagi Ricko kerja sampai sore. Malahan terkadang pulang sampai malam. Alhasil, Adisty bosan jika terus-terusan di rumah.Adisty memakai longdres pendek selutut dengan kardigan yang menutupi lengannya. Ia menenteng sebuah tas kecil berwarna putih mengkilap. Tak ada yang tahu jika tas yang di bawanya itu limited edition.Kaki Adisty yang berbalut flat shoes mengingat kehamilannya sudah usia tidak muda lagi. Tentunya ia akan mudah kecapekan tidak seperti dulu. Dua orang pelayan setianya mengikuti pergerakan Adisty kemanapun. Mereka selalu siap sedia jika Adisty menginginkan bantuan.Di telinga Adisty terdengar tawa yang tak begitu asing. Ia melihat dua orang wanita tengah mengobrol di cafe yang tak jauh dari temptanya berdiri. Adisty merasa kenal dengan wanita itu. Mereka adala
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen