LEAK

LEAK

Oleh:  Bakasai  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
8 Peringkat
19Bab
2.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Tampan, cerdas, tajir, dan idaman—gambaran seorang pemuda bernama Arjuna. Namun, dibalik itu semua ada rahasia gelap yang tersimpan rapi selama ini. Rahasia yang berhubungan dengan kekuatan mistis—leak. "Apakah kamu akan tetap mencintaiku, setelah mengetahui semuanya, Gayatri?"

Lihat lebih banyak
LEAK Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
IyoniAe
penasaran sama lanjutannya
2021-11-06 16:56:26
1
user avatar
Ilamy Harsa
Harsa datang bawa semangat!!
2021-10-05 22:18:25
1
user avatar
Zedanzee
semoga karyanya semakin berjaya
2021-10-02 12:23:16
1
user avatar
Senjahari_ID24
luar biasa
2021-10-01 19:55:00
1
user avatar
Pixie
👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
2021-07-06 14:24:48
1
user avatar
Risna Pramesti
Sungkem suhu
2021-06-16 20:01:19
1
user avatar
Bakasai
Selamat Membaca, Kawan
2021-06-16 13:27:50
1
user avatar
Effendi Jingga
Lanjutkan! Ngeri-ngeri sedap!
2021-06-01 08:54:27
1
19 Bab
Bab 1
Jum'at kajeng kliwon, tepat tengah malam, dan saat sang rembulan sedang tersenyum lebar. Untuk memberikan cahayanya yang indah pada sebuah kompleks perumahan. Di kota metropolitan yang terkenal dengan sebutan Kota Para Raja—Singaraja. Terlihat sesosok makhluk mistis sedang berdiri tegap di atap genting sebuah rumah mewah berlantai tiga. Sosok itu tampak terlihat sedikit gusar serta bosan karena sudah cukup lama ia berada di sana. Walau sorot matanya masih tetap tajam dalam mengamati keadaan sekitar. Dan di saat rasa keputusasaan mulai hadir menyelimuti jiwanya. Sehingga ia hendak beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut. Tiba-tiba saja muncul sekelebat bayangan hitam yang bergerak cepat menyelusuri jalan di sekitar kompleks perumahan itu. Akhirnya—kau muncul juga, batinnya yang tampak senang sambil menyeringai hingga memperlihatkan barisan gigi yang runcing bagai seekor serigala. Lalu ia mengikuti jejak sosok itu dengan melompat dari satu
Baca selengkapnya
Bab 2
"Hai! Apa kau sudah mendengar berita hari ini?""Berita apa?""Itu, lho. Berita tentang penemuan mayat di bekas pabrik sepatu yang berada gak jauh dari sini.""Ohh, berita itu. Aku sih sudah melihatnya tadi pagi di Instagram.""Trus, gimana menurutmu?""Gimana apanya?""Yah, pendapat kau tentang kasus itu.""Ahh, entahlah. Toh, nanti juga akan ada klarifikasi dari pihak kepolisian. Kita tunggu aja. Aku gak mau berspekulasi apa-apa tentang kasus itu. Hanya membuat kepalaku jadi tambah pusing. Mana tadi habis ulangan matematika secara mendadak. Dasar Pak Dadang sialan. Bikin kesel aja.""Dasar kau aja yang pemalas. Sudah tau kalau Pak Dadang itu sering mengadakan ulangan mendadak. Bukannya rajin belajar, malah nge-game aja kerjaan kau. Ah, sudahlah. Percuma juga aku ngobrol lama-lama sama kau. Lebih baik aku ke kantin aja.""Yah, sudah kau pergi sana! Sekalian belikan aku minuman, ya. Terserah apa aja, yang pentin
Baca selengkapnya
Bab 3
Rasa segar dan sejuk langsung menyapa raut wajah Arjuna. Tatkala bulir-bulir air telah merayap membasahi tiap permukaan kulitnya yang berwarna sawo matang. Ia tampak sangat menikmati sensasi kesegaran yang dirasakannya itu. Hingga membasuh mukanya berkali-kali dan hal tersebut membuat kontur rahangnya yang oval semakin terlukis jelas oleh air.Apalagi sinar mentari yang menerebos masuk melalui jendela kecil yang ada di sisi kiri, juga ikut-ikutan membelai raut muka Arjuna. Sehingga membuat bulir-bulir air yang menempel di wajahnya menjadi berkilauan bagai berlian. Sungguh sebuah pemandangan yang indah dan mampu menggetarkan jiwa. Jika ada kau hawa yang melihatnya.Tidak hanya membasuh wajah, Arjuna juga merapikan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan. Dengan menggunakan kedua tangan yang sudah dibasahi oleh air. Lalu mengusapkannya satu kali, semua sudah menjadi rapi seperti sediakala. Hal itu bisa terjadi, karena gaya rambut undercut-nya sangat mudah dirapi
Baca selengkapnya
Bab 4
"Ayah!"Pekik keduanya secara bersamaan, seiring dengan tubuh yang langsung membeku. Sedangkan guru yang ada di depan mereka terlihat membungkukkan badan sambil menyapa, "Selamat pagi, Pak Direktur dan Wakil Direktur." Lalu setelah itu segera memasuki ruang BK yang bersebelahan dengan ruang para guru. "Kenapa Ayah datang kemari?" tanya Mahesa dengan kepala yang menunduk. "Apa itu menjadi masalah bagimu, anakku?" tanya balik pria paruh baya itu yang berdiri tepat di hadapannya. Mahesa tidak bisa menjawab pertayaan tersebut. Hanya mampu terdiam dan semakin menunduk. Hal yang sama juga dilakukan oleh Arjuna. Apalagi sosok pria berkacamata yang ada di depannya sedang berbisik, yang membuat kedua bola mata Arjuna hendak meloncat keluar.Setelah itu, pria tersebut meninggakan Arjuna yang diikuti oleh ayahnya Mahesa. Begitu suara langkah keduanya tak terdengar lagi. Mahesa langsung mendekati Arjuna dan bertanya tentang apa yang terjadi. Namun
Baca selengkapnya
Bab 5
Arjuna yang merasakan adanya tekanan seperti itu terlihat tampak tenang. Tak memperlihatkan kegusaran sama sekali. Baik di raut wajah atau gerakan tubuh."Karena aku tahu kalau Shima sedang berbohong kepada kita," jawab Arjuna dengan senyuman kecil."Begitu, yah. Kira-kira kenapa dia harus berbohong seperti itu kepada kita? Bukankah kita temannya?""Entahlah. Tapi, setahuku tak sedikit yang seperti itu. Demi menjaga nama baik yang telah meninggal."Begitu Arjuna selesai bicara, Mahesa datang menghampiri dengan bulir-bulir air di dahinya. "Wah, apa aku datang tidak tepat pada waktunya? Sepertinya dari tadi ada yang sedang asyik mojok terus," celetuknya dengan nada yang menyindir.Karena Arjuna sedang malas menanggapi celotehan itu. Maka ia lebih memilih menjauh dengan meninggalkan ruang tamu. Menuju ke mobilnya yang terparkir di seberang rumahnya Shima.Sedangkan Mahesa masih diam di sana bersama Gayatri—di ruang tamu. Pojok ruangan, dekat jendela.
Baca selengkapnya
Bab 6
Baru saja sosok bertopeng itu selesai bicara. Tiba-tiba tanah yang diinjaknya bergetar hebat. Hingga beberapa bebatuan di sekitarnya terangkat dari tanah. Lalu keadaan lingkungan secara mendadak menjadi gelap gulita untuk beberapa saat. Sebelum kembali terang seperti sediakala.Dan saat itulah, lingkungan sekitar telah berubah total. Tidak lagi berada di pekarangan rumah. Tetapi, di alam niskala. Alam yang diciptakan oleh si kepala babi. Untuk memberikan keuntungan tersendiri dalam pertaruangan."Wohoho. Kau sungguh keren, Babi. Bisa membuat alam niskala1) seperti ini. Apa kastamu, Babi?" tanya sosok bertopeng itu sambil melihat sekelilingnya dengan saksama untuk mencari keberadaan si kepala babi.Tidak ada jawaban yang ia dapatkan. Hanya suara denyutan yang terdengar. Suara yang berasal dari dinding daging serta lemak yang mengelilinginya."Baiklah, baiklah. Kau pasti tidak akan menja .... "Belum saja sosok bertop
Baca selengkapnya
Bab 7
Di ruangan kelas yang berbeda, hal yang sama juga terjadi. Nyaris sama, hanya saja Mahesa tidak setenang Arjuna. Dalam menyingkapi situasi ketika semua pasang mata menatap dirinya. Sehingga keadaan kelasnya semakin gaduh."Eh! Asal kalian tahu saja, ya. Kalau aku juga tidak tahu apa-apa tentang hal ini. Memang, ini aturan pasti atas ide atau persetujuan dari ayahku sama ayahnya Arjuna. Tapi, sekali lagi aku tegaskan ke kalian semua. Kalau aku tidak tahu apa-apa tentang aturan baru ini. Dan aku juga tidak suka dengan aturan baru ini. Sama seperti kalian!" omel Mahesa dengan nada tinggi sambil berdiri.Lalu tanpa memedulikan sorakan serta cemohan teman-temannya, Mahesa segera berjalan untuk meninggalkan kelas. Namun, sebelum itu ia sempat berkata, "Aku akan menemui Kepala Yayasan, dan menyelesaikan hal ini. Agar aturan tadi tidak jadi diberlakukan kepada kita." Dengan nada yang jauh lebih lantang dari tadi.Ucapan Mahesa itu langsung disambut sorak-sorai oleh semua t
Baca selengkapnya
Bab 8
Kini giliran Mahesa yang bicara. Ia mengungkapkan keberatan terhadap aturan baru itu persis seperti Bima. Hanya saja nada bicaranya sedikit lancang dan lantang. Hingga seluruh area ruangan dipenuhi oleh suaranya."Aturan baru itu sama saja membunuh kami semua. Walau alasannya demi mendapat nilai ujian kelulusan yang tinggi. Tetap saja itu seperti menjadikan kami budak. Budak pendidikan oleh kaum otoriter sekolah."Suasana seketika menjadi mencekam begitu Mahesa selesai bicara. Hingga membuat jantung mereka berlima berdegup sangat kencang. Sampai-sampai keringat dingin mulai bercucuran membasahi punggung. Apalagi sosok yang ada di depan mereka menampilkan raut wajah yang datar. Tanpa senyum, tanpa tawa."Budak? Apa kamu mengerti arti kata itu, Mahesa? Sehingga kamu berani memakai kata itu. Andai saja ayahmu ada di sini, mungkin beliau akan merasa sangat malu. Karena mendengar kata itu, diucapkan oleh darah dagingnya sendiri."Ucapan itu benar-benar menohok hat
Baca selengkapnya
Bab 9
"Sungguh aku tidak menyangka hal itu. Benar-benar diluar dugaan," ucap Bima setelah keluar dari ruangan tersebut.Mahesa yang mendengar itu langsung tertawa sambil menoleh ke belakang dan berkata, "Apa hal ini sudah kalian rencanakan, Arjuna? Karena dari tadi aku lihat kau begitu tenang. Tapi, saat kau mulai bica .... ""Sudah, aku yakin Arjuna tidak seperti yang kau katakan, Mahesa. Bukankah begitu, Arjuna?" tanya Bima yang memotong ucapan Mahesa untuk membela Arjuna sambil menoleh ke belakang."Biarkan dia berpikir demikian. Yang penting aturan baru itu sudah tidak berlaku lagi," jawab Arjuna dengan raut wajah datar."Aku sungguh heran dengan kalian berdua. Tidak pernah akur, tapi hebatnya, masih bisa tetap berteman akrab. Sunggu kalian manusia aneh," komentar anak perwakilan kelas bahasa sambil tertawa kecil.Sedangkan Gayatri yang berjalan paling depan hanya diam dan tidak menoleh sama sekali. Namun, secara mendadak langkahnya terhenti. Sehingg
Baca selengkapnya
Bab 10
Gayatri.Nama tersebut terjabarkan sangat jelas di hati Arjuna. Sebelum ia berbalik agar sosok perempuan berambut sebahu itu tidak melihat dirinya. Arjuna kembali duduk di meja tadi dan mulai membaca.Namun, baru selesai satu halaman. Tiba-tiba Gayatri datang menghampiri dan langsung duduk di samping kanan. Dengan membawa sebuah novel karangan Marie Lu—The Rose Society. "Apa kau pencinta Dan Brown, Arjuna?" tanya Gayatri tanpa sungkan sambil tersenyum."Tidak juga," jawab Arjuna tanpa menoleh sambil tetap membaca.Mendengar jawaban Arjuna seperti itu, dengan nada bicara yang tidak enak didengar. Gayatri langsung menunduk dan membuka sampul novel yang ada di hadapannya. Ia mulai berkonsentrasi untuk membaca satu persatu kata yang tercetak di sana."Arjuna, aku ingin minta maaf kepadamu," ucap Gayatri setelah sekian menit membaca."Minta maaf? Untuk apa?" tanya Arjuna sambil tetap membaca."Hal y
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status