Ibuku Bukan Wanita Biasa

Ibuku Bukan Wanita Biasa

Oleh:  Garis_Langit  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
39Bab
6.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Semuanya berawal ketika dua orang pria tak dikenal itu datang. Meneriaki ibunya tentang sebuah fakta yang membuat Randu tercengang. Dan, kemudian. Satu-persatu kebenaran mulai terungkap. Siapa Randu sebenarnya, juga siapa jati diri ibunya sebenarnya. Yang ternyata, bukan seorang wanita biasa. Akankah Randu bisa menerima? Atau justru pemuda itu membenci ibunya?

Lihat lebih banyak
Ibuku Bukan Wanita Biasa Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Yusuf Koplak
uptade ya ko ga ada2 thor
2022-06-27 10:49:33
0
39 Bab
Bayi yang Dititipkan.
Rita tersenyum sumringah begitu melihat mobil putra sulungnya memasuki pekarangan rumah. Tak lama kemudian, Gean keluar dari mobil disusul istrinya Riana.Gean menggandeng Riana kehadapan sang ibu, menyalaminya. "Apa kabar, nak?" tanya Rita begitu antusias sembari mengelus lembut surai rambut Gean. Wajahnya begitu berbinar. "Gean baik, bu." Rita tersenyum lebih lebar, beralih pada menantunya. "Menantu ibu. Kamu udah punya kabar baik buat ibu, kan?" Riana yang baru saja mengecup punggung tangan Rita seketika terdiam. Ia sudah menduga hal ini, karena setiap kali datang berkunjung, Rita selalu melontarkan pertanyaan  yang sama.Dengan senyum getir, Riana mendongak, menatap ibu mertuanya dengan sendu, menggelangkan kepala sebagai jawaban. "Maaf, bu. Hasilnya masih negatif." lirih Riana, menunduk. Senyum yang sedari tadi Rita pasang memudar, berubah menjadi pandangan datar. "Teru
Baca selengkapnya
Adopsi
Riana menutup pintu kamar dengan sangat hati-hati. Untungnya Gean masih tertidur pulas.Begitu masuk Riana hanya berdiri mematung. Hatinya gundah, gelisah. Haruskah ia mengatakan yang sebenarnya pada Gean? Akankah Gean akan mempertanyakan banyak hal?"Bagaimana ini? Apa yang harus kukatakan?" Riana mengusap wajah kasar, menghampiri Gean perlahan. Mengguncang bahu suaminya pelan membangunkan."Mas." panggilnya ragu.Gean menggeliat pelan, membuka matanya perlahan, lalu bangkit untuk duduk.Nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Begitu sadar sepenuhnya, ia menoleh pada sang istri dan membelalak sempurna. Ia terkejut, begitu melihat seorang bayi berapa dalam gendongan Riana."Ri, ini bayi siapa? Kenapa kamu bawa ke sini? Kamu gak culik bayinya, kan? Gak mungkin, kan?" tanya Gean beruntun."Mas, tenang dulu. Biar aku jelasin."
Baca selengkapnya
Pria Tidak Dikenal
18 tahun kemudianRiana tidak menduga, setelah 18 tahun berlalu ia akan kembali lagi menginjakkan kaki ke rumah ini. Rumah milik Rita, mertuanya. Setelah lebih dari 25 tahun tidak pernah mendapat pengakuan dari mertuanya.Kemarin, Rita mengundang keluarganya untuk hadir diacara ulang tahunya. Tentu saja Riana sangat antusias, apalagi Randu putranya belum pernah sama sekali berkumpul dengan keluarga sang Ayah. Riana tersenyum lega, kehadiran Randu disambut hangat oleh kerabat lain. Meski Rita masih bersikap dingin. Randu bahkan ditarik ke sana- ke mari hingga anak itu kebingungan. Sedangkan Gean, sudah melipir pergi bersama adiknya entah ke mana. Tinggalah Riana bersama Sari, istri dari Rian adik Gean. Rita memiliki dua putra,Gean adalah putra sulungnya, dan Rian adalah bungsunya. Rian menikah dengan sari beberapa bulan sebelum Gean dan Riana mengadopsi anak. Usia dua kakak beradik itu mem
Baca selengkapnya
Kecurigaan Gean
"Lalu, kau pikir aku SUDI MEMBERIKAN PUTRAKU PADA KALIAN?!!" Riana berteriak nyalang, "sentuh putraku, kubunuh kalian!" "Riana!" Plakk Satu tamparan mendarat pada wajah pria yang baru saja meneriakkan namanya. "Sentuh putraku, kuhancurkan kalian!" suara Riana dalam, penuh penekanan. Juga tatapan yang mengintimidasi. Namun, pria yang ditamparnya barusan balik menatap, mendekat satu langkah pada Riana."Jangan karena kini kau memiliki kehidupan yang berbeda, kau merasa bukan bagian dari kami. Ingatlah, Riana. Bahwa kau tidak akan pernah bisa lepas dari belenggu yang mengikat erat jiwamu. Meski kini, kau tidak bersama kami." ucapnya pelan, meremat pundak Riana kuat hingga wanita itu meringis. "Karena itu, seharusnya kalian takut untuk mengusikku kembali. Apa kau pikir, aku tidak sanggup menghancurkan kalian?!" setelah mengatakan itu, Riana melenggang pergi dengan langkah tergesa."KAU-! KEMBALI
Baca selengkapnya
Siapa Sebenarnya?
Riana duduk di tepi ranjang, semenjak pulang dari kediaman Rita. Sikap Riana berubah, ia jadi lebih banyak diam. Gean yang baru saja keluar dari kamar mandi, mengusak rambutnya yang basah. Menghela napas panjang begitu melihat Riana seperti orang kehilangan jiwa. Pria yang berusia setengah abad itu menghampiri sang istri. Duduk di sampingnya, menyelipkan anak rambut Riana ke belakang telinga. "Ada yang ganggu pikiran kamu?" bisik Gean. Riana menoleh, binar matanya meredup. Kesedihan terpancar jelas dalam netra jernih itu. "Kamu kenapa?" tanya Gean sekali lagi. "Aku... kepikiran Randu." terang Riana lirih, jelas sekali gundah."Ada apa sama dia?" "Randu..." jeda sejenak, Riana menarik napas panjang sebelum melanjutkan, "dia udah tahu semuanya. Dia udah tahu... kalau dia bukan anak kandung kita."Handuk yang Gean pegang terlepas dari genggaman, jatuh meluruh ke lantai. Gean sendiri
Baca selengkapnya
Misteri Sebuah Gedung
Riana baru saja memasuki ruangan ketika seorang pria berkepala plontos mengikutinya dari belakang. Menjulurkan sebuah map berwarna hitam. Berisi beberapa informasi yang Riana minta sebelumnya. "Mereka berkembang menjadi lebih besar dibanding sebelumnya. Bahkan setelah tragedi itu. Pemerintah tidak membiarkan mereka meredup. Pembongkaran markas dulu, membangun markas baru yang lebih besar dan fasilitas yang lebih lengkap. Mereka juga memasok beberapa senjata memasok beberapa senjata yang hanya dimiliki negara tertentu. Juga..." dia menjeda ucapannya. "Juga?" Riana berbalik, menatap pria didepannya tanpa ekspresi. "Semakin banyak orang mereka, semakin banyak orang tua yang kehilangan putranya." Riana menghela napas, memijat pelipisnya. Pria yang berbicara dengannya adalah pria yang sama dengan yang menelponnya."Apa itu masuk akal?" "Anda tahu bagaimana cara kerja mereka." jawab Paul. Riana duduk di k
Baca selengkapnya
Cerita Gean
Ketiga pria itu mendobrak pintu, tapi tidak menemukan apa pun. Semua barang ada di tempatnya, ruangan juga sama seperti semula. Tidak ada siapa-siapa juga di sana. Tidak ada yang aneh, ketiga pria itu pikir mereka hanya salah dengar, lalu kembali menutup pintunya. Randu bernapas lega, setidaknya untuk saat ini dia aman. Pemuda itu bersembunyi di balik kartu-kardus makanan yang ditumpuk tinggi. Lalu, pemuda itu berjalan perlahan mendekati pintu. Meski Randu aman sekarang, tapi ketiga pria itu tidak beranjak dari tempat. Masih membahas perihal tadi yang membuat Randu semakin menajamkan indera pendengarannya. "Jadi, itu alasan Nona datang ke sini setelah sekian lama?" tanya Rey. Paul mengangguk. "Kupikir mereka akan berhenti setelah kejadian itu. Bukankah karena itu pula mereka menderita kerugian besar? Juga banyak merenggut anggota hebat mereka." kali ini Felix bersuara. 
Baca selengkapnya
Misi Rahasia
Randu baru saja selesai berganti pakaian setelah jam olahraga, ketika seseorang masuk dan menepuk bahunya dari belakang cukup keras, hingga membuat pemuda itu berjengit kaget."Ow, Randu!" Dika, orang yang menepuk Randu itu berseru girang.Randu mendelik, "Kenapa?""Sepertinya kau baru saja mendapat surat cinta?" Dika terkekeh."Surat cinta?" pemuda itu mengernyit."Yap, di mejamu ada sepucuk surat juga sebuket mawar biru.""Dari siapa?" tanya Randu heran.Dika mengendikkan bahu, pertanda tidak tahu, "mungkin dari kekasihmu.""Tidak ada kekasih!" sanggah Randu cepat."Kalau begitu dari orang yang menyukaimu!"Randu berbalik pada Dika, menatap temannya itu dengan pandangan datar, "Jangan mengada-ada!""Lihat saja sendiri kalau tidak percaya. At
Baca selengkapnya
Sebuah Berkas
Dika menganga menyaksikan sesuatu yang tidak pernah dia lihat secara nyata. Bangunan rahasia yang dia pikir hanya ada di film-film, kini terpampang jelas di depan matanya. "Darimana kau tahu tempat ini?" tanya Dika masih dengan pandangan takjub. Matanya menelisik pada setiap inci bangunan yang mereka lewati. "Ibuku." Dika menoleh, "Kau dan ibumu menemukan tempat ini?" Randu menggeleng, "Ibuku pemilik tempat ini." "Oh..." Dika mengangguk-ngangguk, untuk beberapa detik selanjutnya, pemuda itu melotot, "HAH?!" "Kecilkan suaramu!" peringat Randu. "Ibumu, ibumu yang baik hati dan lemah lembut itu, pemilik tempat ini? Tempat sangar ini? Kau mau aku percaya pada omong kosongmu?!" "Terserah, tapi itulah kenyataannya." Randu berjalan mendahului Dika yang masih ternganga tidak percaya. Pemuda itu memimpin jalan, berjalan pelan, tenang agar tidak ketahuan. Sama sepe
Baca selengkapnya
Personil Elite Lost
Riana berjalan melewati orang-orang yang masih berpeluh di dahinya. Mereka berjajar di sepanjang jalan. Langkah Riana cepat dan tegas, wajah cantik tanpa kerutan itu terlihat kusut. "Kenapa kalian LENGAH?!!!" sentak Riana diakhir kalimatnya, seraya berhenti melangkah dan berbalik menatap semua rekannya. Wanita itu memijat pelipisnya, "apa yang hilang?" "Berkas lost." jawab Paul cepat. Riana memejamkan mata rapat, kepalanya mendadak pening. Sudah dipastikan, siapa pun yang mengambilkan berkas itu, pasti berhubungan dengan lost. Entah mereka adalah orang-orang Lost atau bukan. Yang jelas, Riana tidak bisa membiarkan siapa pun mengambil berkas itu darinya. "Berapa orang?""Dua..." jawab seseorang di sisi kiri Riana, lirih. "Mereka hanya dua orang, tapi kalian tidak sanggup menangkap mereka?!!" Nada bicara Riana meninggi, kesal setengah mati. Barisan pria kekar yang tadi mengejar Randu serentak menunduk. "Kalian memiliki tubuh tinggi yang kekar, tapi kalian begitu lambat hingga ke
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status