Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai

Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai

Oleh:  Bintang Senja  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 Peringkat
27Bab
16.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Arga meminta ijin untuk menikah lagi dengan mantan tunangannya yang sempat hilang. Sebagai syarat, Naima, istri Arga meminta waktu tiga puluh hari. Seharusnya Arga bahagia dan senang, karena setelah tiga puluh hari, Naima memberinya ijin untuk menikah lagi. Namun ternyata, dalam waktu tiga puluh hari, banyak sesuatu yang tak pernah Arga ketahui tiba-tiba terungkap satu demi satu. Ada rahasia yang Naima sembunyikan. Akankah Arga melanjutkan pernikahan keduanya setelah mengetahui rahasia tersebut? Rahasia apa yang disembunyikan Naima dari Arga?

Lihat lebih banyak
Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Fiya Yulia
Lama bener ini thor lanjutannya
2023-09-16 15:41:16
0
user avatar
Romi Zatunia
lanjuutt ..naima harus kuat
2023-09-04 18:26:00
0
user avatar
Dwi Novita
semangat ya Thor,,, aq suka semua novel yg thor bikin. Bab nya gak byk n gak bertele-tele,,,memang sih blm semua di baca, baru baca sinopsis nya aja, nunggu antrian Hehehe,,, semangat,,,
2022-10-11 22:07:52
2
27 Bab
Daftar Rahasia
"Tiga puluh hari saja, mas. Setelah Alifah genap tujuh tahun, aku siap untuk bercerai denganmu." Hanya itu permintaan Naima sebelum berpisah dengan suaminya. Mendengar hal tersebut Arga menghela napas."Tidak ada permintaan lain, selain itu." Arga menatap mata sendu istrinya. Wanita yang ia nikahi delapan tahun lalu."Tidak ada, hanya itu saja." Naima menggeleng. Setiap ucapan yang keluar terasa begitu ringan tanpa ada beban. Arga pikir dengan ia meminta ijin untuk menikah lagi, Naima akan marah dan berteriak histeris. Tapi ternyata Arga salah, justru sang istri memberinya ijin, dan hanya meminta waktu tiga puluh hari. Entah apa yang akan Naima lakukan selama tiga puluh hari itu.Arga masih teringat ketika meminta ijin untuk menikah lagi, saat itu Naima hanya tersenyum lalu berkata. Akan menjawabnya tiga hari kemudian, dan ini adalah dari istrinya. Memberinya ijin untuk menikah, tetapi Naima meminta waktu tiga puluh hari sampai putri mereka genap tujuh tahun."Naima, mas mau ngomong s
Baca selengkapnya
Menaruh Curiga
"Apa maksud Naima menulis semua ini." Arga masih memegangi buku tersebut, ia masih bingung dengan daftar yang tertulis di buku itu. Mungkinkah ada rahasia yang Naima sembunyikan selama ini, tapi apa, kenapa Arga tidak pernah tahu."Aku yakin, pasti ada yang Naima sembunyikan dariku. Lebih baik aku simpan buku ini, suatu saat pasti Naima akan mencarinya." Arga membuka lemari pakaian miliknya, lalu menyimpan buku tersebut.Tiba-tiba saja ponsel Arga berdering, khawatir ada yang penting, lelaki berjas hitam itu langsung mengambil benda pipih miliknya. Ketika di cek, tertera nama Arin di layar ponselnya, Arga menghela napas lalu menggeser tombol berwarna hijau untuk menerima panggilan tersebut.[Sayang kamu di mana, kok lama banget. Aku udah nungguin dari tadi][Iya, sayang. Maaf ya, ini mau berangkat kok][Ya udah buruan]Sambungan telepon terputus, setelah itu Arga kembali mengantongi ponselnya. Gegas melangkah keluar dari kamarnya, Arga harus segera menjemput Arin, jika tidak calon ist
Baca selengkapnya
Pengakuan yang Mengejutkan
Usai mandi Arga bergegas untuk memakai pakaian yang telah Naima siapkan. Sementara wanita itu kini sudah menunggu di bawah, tentunya bersama dengan Alifah. Setelah penampilannya sempurna, Arga beranjak turun. Pandangannya kini tertuju ke arah Naima, istrinya itu terlihat begitu cantik memakai gamis dan jilbab yang warnanya senada."Masya Allah, Naima. Baru kali ini aku melihat Naima begitu cantik dengan penampilannya," gumam Arga dalam hati, matanya seperti tidak bisa berkedip melihat kecantikan istrinya."Papa lihatin, bunda terus. Bunda cantik banget ya, pa." Ucapan yang Alifah lontarkan mampu menyadarkan Arga dari lamunannya. Seketika Arga tersenyum, lalu melangkah mendekati mereka berdua."Bundamu selalu berpenampilan cantik, tapi untuk yang kali ini. Bundamu memang sangat cantik, seperti bidadari surga," puji Arga. Mendengar pujian dari suaminya, Naima hanya tersenyum."Apa sih, mending kita berangkat sekarang saja. Nanti keburu malam," ucap Naima. "Ya sudah, ayok." Arga merangk
Baca selengkapnya
Sebuah Syarat
"Tidak mungkin, tradisi ini sudah lama tidak digunakan." Arga menggeleng. Ia masih belum percaya jika tradisi tersebut masih berlaku di keluarganya."Tapi kenyataannya tradisi ini masih berlaku," ucap Naima. Sejenak Arga diam, lalu memandang wajah istrinya."Dan kamu akan melakukan tradisi konyol ini, mengembalikan apa yang sudah aku berikan untukmu?" tanya Arga. Jika dipikir, rasanya mustahil untuk mengembalikan apa yang pernah Arga berikan. Karena selama ini lelaki itu selalu memenuhi kebutuhan istri serta anaknya, meski kurang perhatian. Tapi Arga tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang suami dan ayah."Iya, mas. Mulai dari biaya operasi caecar, operasi angkat rahim, lalu uang nafkah yang pernah kamu berikan." Naima menjelaskannya. Mendengar itu justru Arga tertawa, Naima tidak akan mungkin bisa mengembalikan semua itu, karena jumlahnya tak terhitung."Kenapa kamu ketawa, mas." Naima mengerutkan keningnya. Seketika Arga menghentikan tawanya, lalu memandang wajah istriny
Baca selengkapnya
Syarat dari Arin
"Naima, apa tidak ada syarat yang lain?" tanya Arga. Rasanya syarat yang Naima ajukan cukup berat.Naima menggeleng. "Tidak ada, mas. Kalau Arin tidak setuju ya sudah, aku tidak memaksa kok."Arga mengusap wajahnya dengan gusar, syarat yang begitu sulit. Dan tidak mungkin Arin akan menyetujuinya, Arga paham betul sikap calon istrinya itu. Lelaki yang masih memakai kemeja berwarna putih itu menatap istrinya, berharap Naima mau mengerti, tapi rasanya tidak mungkin."Ya sudah, besok mas bicarakan sama Arin." Arga pasrah, lalu memutuskan untuk masuk ke dalam kamar mandi, lalu membersihkan diri. Ketika hendak menyalakan shower, tiba-tiba Arga kembali menemukan gumpalan rambut. Jumlahnya memang tidak sebanyak seperti sebelumnya, tetapi hal tersebut tetap saja membuat Arga merasa penasaran dan curiga. Setelah itu Arga memutuskan untuk segera membersihkan diri, ia harus menanyakan langsung kepada Naima.Usai mandi Arga bergegas keluar, terlihat jika pakaian ganti sudah berada di atas ranjang
Baca selengkapnya
Ibu Mertua Mati Kutu
"Arin, kamu benar-benar keterlaluan. Aku tidak suka kamu memperlakukan Naima seperti itu. Seharusnya kamu berterima kasih karena Naima sudah memberi ijin untuk kita menikah, tapi seperti ini balasan kamu," geramnya. Arga tidak habis pikir kalau Arin bisa setega itu, ia benar-benar tidak rela jika Naima dijadikan pelayan di hari pernikahan keduanya nanti."Baik, aku bersedia." Naima menjawab dengan mantap, hal tersebut membuat Arin serta Rianty tersenyum bahagia. Tapi tidak dengan Arga, lelaki itu menggeleng tak percaya mendengar jawaban dari istrinya."Naima, kamu tidak perlu melakukan itu. Mas tidak rela kamu menjadi pelayan," ujar Arga. Lelaki itu melangkah mendekati istrinya, ia tahu jika Naima terpaksa menerima syarat yang Arin ajukan."Arga sudahlah, Naima aja setuju. Tapi kenapa kamu seperti itu, lagian dia pantas kok jadi pelayan, asalnya aja anak pelayan. Cuma lagi beruntung aja nikah sama kamu," ucap Arin. Jujur ia kesal melihat Arga yang begitu perhatian kepada Naima."Arin,
Baca selengkapnya
Alasan Pernikahan Naima & Arga
"Mana ada kegadisan bisa dikembalikan, ternyata selain kampungan, pikiranmu juga ngawur," ucap Rianty. Berusaha menahan emosinya, padahal ucapan yang Naima lontarkan mampu membuat darahnya mendidih."Mama bilang aku ngawur, padahal yang mama lakukan juga ngawur," sahut Naima. Rianty menyunggingkan senyumnya. "Saya tidak ngawur, itu adalah tradisi di keluarga saya. Siapa saja yang telah bercerai, maka harus mengembalikan apapun yang sudah diberikan. Terlebih dia seorang istri, jadi kamu harus melakukannya.""Tradisi itu sudah lama tidak digunakan, mama sengaja mau membuat .... ""Siapa bilang tradisi itu tidak digunakan lagi, nyatanya sampai sekarang tradisi itu masih berlaku." Rianty memotong ucapan Naima. Sejenak wanita berhijab itu terdiam, ia harus bisa memutar otak untuk melawan ibu mertuanya."Oh, tapi yang mas Arga katakan. Katanya tradisi itu sudah tidak berlaku lagi," ucap Naima. Ia dapat melihat jika sang ibu mertua tengah menahan amarahnya."Kamu jangan percaya dengan Arga,
Baca selengkapnya
Surat Perjanjian
Malam sudah larut, tepatnya pukul sebelas Arga baru saja sampai di rumah. Lelaki itu baru saja selesai mengurus apa saja yang dibutuhkan saat menikah nanti. Mulai dari tempat, dekor, catering dan masih banyak lagi, Arin ingin acara pernikahan yang mewah. Bahkan wanita itu sendiri yang memilih hotel tempat acara itu berlangsung.Arga hanya bisa menurut tanpa berkomentar apapun, terlebih ibunya juga ikut turun tangan. Keinginan seorang perempuan jika tidak terpenuhi, nantinya hanya membuat masalah. Itu sebabnya Arga memilih untuk mengalah dan menurut, meski begitu pikirannya benar-benar tidak tenang. Ia masih belum rela jika nantinya harus kehilangan Naima."Huft, hari yang sangat melelahkan." Arga memegangi tengkuknya yang terasa begitu pegal. Lelaki itu baru saja sampai di rumah, melihat keadaan rumah yang sudah sepi. Arga buru-buru masuk ke dalam kamarnya.Terlihat jika Naima sudah tertidur, tentu saja istrinya sudah tidur karena hari sudah larut. Padahal ada sesuatu yang ingin Arga
Baca selengkapnya
Kemarahan Arga
"Buruan turun, mas. Nanti sarapannya keburu dingin, Alifah juga udah nungguin," ucap Naima, sontak Arga mendongak. Setelah itu ia bangkit dan melangkah mengikuti istrinya yang sudah keluar dari kamar terlebih dahulu.Setibanya di bawah, terlihat Naima dan Alifah sudah menunggu. Jujur perdebatan tadi masih saja menguasai hati dan pikirannya. Arga melangkah menuju meja makan di mana istri dan anaknya sudah menunggu. Lelaki itu menarik kursi untuk duduk, dengan cepat Naima mengambil piring yang ada di hadapan suaminya, lalu diisi dengan nasi goreng."Naima kamu kenapa?" tanya Arga ketika melihat istrinya tengah memegangi kepalanya. Wajahnya terlihat pucat, tetapi jika ditanya Naima selalu menjawab jika dirinya baik-baik saja."Enggak apa-apa kok, mas. Ya sudah aku siapin bekal dulu untuk kalian." Naima bangkit dan beranjak meninggalkan meja makan, Arga terus menatap punggung istrinya yang kini sudah menghilang dari balik dinding.Sepuluh menit kemudian Naima kembali dengan membawa dua ko
Baca selengkapnya
Kepergian Naima
"Arga kamu pasti akan menyesal setelah mengetahui semuanya." Frans berjalan menghampiri Naima."Naima kamu baik-baik saja kan?" tanya Frans dengan raut wajah khawatir, terlebih ketika melihat wajah Naima yang sudah pucat."Aku baik-baik saja." Naima menghembuskan napasnya secara perlahan, ucapan yang Arga lontarkan masih saja terngiang di telinga, membuat rasa sakit di kepala semakin menjadi."Naima lebih baik kamu istirahat dulu," saran Frans, ia khawatir jika kondisi Naima kembali drop. Terlebih mengingat pertengkaran tadi dengan Arga."Aku baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir," pungkasnya. Naima berusaha tegar meskipun hatinya sudah hancur. Ia tidak ingin terlihat lemah di mata orang lain."Kalau begitu aku anterin pulang ya." Frans kembali bersuara."Tidak usah, soalnya aku tidak langsung pulang," tolaknya. Naima ingin menenangkan diri terlebih dahulu, setelah itu ia baru akan pulang ke rumah."Ya sudah, tapi ingat jangan lakukan hal yang membahayakan dirimu," pesan Frans. Ta
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status