DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI

DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI

Oleh:  Vira Noviyanti  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 Peringkat
72Bab
47.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Perjuangan Arumi untuk membela kedua orang tuanya dari saudarnya sendiri yang semena-mena. "Memang benar, ya, ada pepatah yang mengatakan. Orang tua kaya, anak jadi raja. Anak kaya, orang tua dijadikan pembantu!" ucap Arumi tersenyum miris menantap Mbak Ayu. Sebelum baca jangan lupa disubscribe, guys, buat apresiasi karyaku dan kalian nggak ketinggalan cerita ini karena akan ada notif yang masuk di hp kalian jika sudah ada BAB baru.

Lihat lebih banyak
DIPANDANG RENDAH OLEH SAUDARA SENDIRI Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Kasmariah Kadir
lanjut Doong thooor
2023-02-09 18:03:53
1
user avatar
Kasmariah Kadir
ceritanya menarik
2023-02-09 17:56:20
1
default avatar
Kiyowo Girl
Sukaaaa sekali buku ini... Cuss masuk rak buku jadi favoritku setelah novel punya Kak Qeqe yang Istri pilihan pewaris lumpuh.
2023-02-09 16:12:29
1
user avatar
Chici Alwhy
bukunya bagus
2023-01-11 15:44:56
1
user avatar
Vira Noviyanti
Jangan lupa beri ulasan dan bintang 5 nya, guys...️...️
2023-01-11 11:26:22
1
user avatar
Thya Wijaya
ceritanya keren. lanjutkan mak author
2023-01-10 00:12:27
1
72 Bab
RENDANG BASI part 1
"Bu, Pak! Ini aku bawakan kalian makanan enak. Kan sudah lama kalian tidak makan enak."Mbak Ayu datang memberikan serantang makanan pada Ibu dan Bapak. Ibu dan Bapak menerimanya dengan senang."Apakah makanan ini masih layak dimakan oleh orang tua kita, Mbak?" sindirku."Maksudmu apa bertanya seperti itu?" Matanya melotot menatapku."Apa Ibu dan Bapak selama ini pernah memberikan makanan basi untukmu, Mbak? Sampai hati kamu ngasih makanan basi ke orang tua!"Aku mengeluarkan semua uneg-uneg ku yang selama ini selalu kupendam. Orang tuaku tak pernah berani memprotes apalagi menolak pemberian kakak-kakakku yang tak layak untuk diambil.Bapak memegang pundakku mencoba untuk menenangkanku. Sementara Ibu terdiam namun air matanya tergenang dan siap tumpah."Jaga bicaramu Arumi! Aku nggak pernah ngasih makanan basi ke Bapak dan Ibu. Makanan ini masih enak dan layak!" tukasnya dengan penuh amarah.Aku lantas merebut rantang makanan itu yang masih berada di genggaman Ibu. Lalu membukanya di h
Baca selengkapnya
TEGAS part 2
"Bu, Pak. Tolong ajarkan Arumi untuk sopan sama mbaknya. Jangan menghina makanan!" ucap Mas Pandu penuh penekanan.Mas Pandu menantap tajam ke arahku, ia seperti sedang mengintimidasi Bapak dan Ibu."Jangan ajarkan aku untuk sopan santun sama manusia nggak ada akhlak kaya kalian! Mbak, apa kamu lupa dengan pengorbanan orang tua kita selama ini? Setelah kamu dewasa dan sukses kamu seperti ini membalas jasa orang tua?"Kutarik napas dalam-dalam sebelum mengembuskannya kasar."Sudahlah, Mas, kita pulang aja sekarang. Arumi membuat moodku hancur!"Mbak Ayu lantas menggandeng tangan suaminya dan mengajaknya untuk segera masuk ke dalam mobil."Tunggu! Ada yang ketinggalan!" teriakku seraya berjalan dengan cepat ke arah mobilnya."Mau apa lagi kamu?" bentak Mbak Ayu."Tuh, rendang basimu ketinggalan!"Aku melempar rantang yang berisikan rendang basi itu ke dalam mobil mereka. Wajah Mas Edi terlihat merah padam seakan ingin melahapku."Kamu tahu harga mobil ini berapa, hah?" bentaknya sambil m
Baca selengkapnya
TAK AKAN MISKIN part 3
Aku mencium punggung tangan Bapak dan Ibu dengan takzim. Setelah itu berpamitan untuk pergi bekerja.Aku bekerja di toko roti, selama tak punya kendaraan sendiri aku pergi menggunakan ojek. Pulangnya suka diantarkan temanku yang bernama Ratna.Jika Ratna tak bisa mengantarkan aku pulang, ya ... terpaksa harus menggunakan ojek lagi. Biaya ongkos pulang pergi dengan menggunakan ojek lumayan mahal. Tapi mau bagaimana lagi.Sedikit-sedikit aku menabung dari sisa uang gajiku untuk membeli motor bekas saja. Yang penting masih layak untuk dipakai.Hari ini gajian, aku akan membelikan Bapak dan Ibu rendang di warung Padang sebrang jalan sana.****"Kenapa melamun, Rum?" tanya Ratna."Nggak papa, cuma kurang enak badan aja.""Istirahat dulu sana. Biar aku yang lanjutin ngadonin," titahnya.Aku menurut, duduk di pojokan sambil memijit kening yang terasa berdenyut.Kuteguk air mineral di dalam botol hingga habis setengahnya. Dadaku kembali nyeri ketika mengingat perlakuan kakakku pada Bapak dan I
Baca selengkapnya
JADI BAHAN OMONGAN part 4
"Jangan menangis, lebih baik sekarang kita makan bersama."Bapak mengangguk setuju, kami duduk lesehan di bawah dengan beralaskan tikar. Rumah Bapak belum dikeramik, lantainya hanya dipelur saja."Dihabiskan ya, Pak, Bu, makanannya. Arumi juga beli lauknya lagi yang dipisah, takut nanti kalau malam Bapak sama Ibu lapar. Nanti habis ini Arumi akan masak nasi dan air panas."Aku juga tadi sempat mampir ke tukang buah membeli apel juga mangga untuk orang tuaku, dan membeli obat batuk untuk Bapak di Apotek."Arum, Bapak dan Ibu sudah tua. Tinggal kamu, si bungsu yang belum menikah. Semoga umur Bapak panjang agar bisa melihatmu menikah dengan laki-laki pilihanmu. Laki-laki yang baik, bertanggungjawab, saleh. Dan bisa menjadikanmu istri yang saleha.""Iya, Rum. Jangan terlalu memikirkan Bapak dan Ibu, jika kamu memang sudah ada calon dan ingin menikah. Bawa ke rumah calonmu, kenalkan pada kami," sambung Ibu.kuhela napas panjang dan menatap Ibu juga Bapak secara bergantian, setelahnya aku te
Baca selengkapnya
RENCANA TUHAN part 5
Hari minggu pun tiba, katanya mereka akan sampai di rumah siang kalau tidak sore. Masih tetap sama, meminta Ibu untuk masak makanan enak permintaan mereka."Bu, inget pesan Arumi. Masak sederhana aja, uang yang Arumi kasih jangan dipakai untuk beli seafood atau apapun itu untuk mereka. Kalau mereka nggak mau makan yasudah jangan dipedulikan," ucapku berpesan sebelum berangkat kerja pagi."Iya, Nduk. Tapi boleh nggak Ibu beli ayam satu ekor untuk anak-anak mereka?" tanya Ibu ragu."Boleh, Bu.""Makasih, Nduk."Aku lalu berpamitan pergi bekerja pada Ibu dan Bapak. Bapak badannya masih kurang sehat, ia hanya berbaring saja di atas ranjang dengan kasur kapuk."Nanti Arumi akan izin pulang lebih cepat, Bu," kataku sebelum benar-benar pergi.****"Rum, dengar-dengar toko kita akan gulung tikar," bisik Ratna."Hah, gulung tikar bagaimana? Kenapa begitu?" tanyaku terkejut.Toko roti ini lumayan ramai pembeli. Apalagi jika weekend seperti ini, pendapatan pun cukup banyak. Kenapa bisa sampai gul
Baca selengkapnya
MEREKA DATANG part 6
"Kamu kenal sama pemiliknya? Atau orang yang bekerja di sana?" tanyaku."Aku kenal dengan atasannya. Kalau mau, hari senin langsung datang nanti aku antarkan kalian," ujar Refaldy."Alhamdulillah, makasih, ya. Rejeki emang nggak ke mana ya, Rum." Ratna tersenyum senang mendengar kabar baik itu, begitupun denganku. Allah memang baik, belum sejam aku berdoa tetapi sudah langsung diberi solusi."Boleh aku minta nomor barumu, Rum, buat nanti kabari soal kerjaan?" tanya Refaldy."Oh, iya. Aku lupa ngasih tau kamu kalau sudah ganti nomor."Refaldy tersenyum seraya memberikan ponselnya padaku untuk kucatat nomor baru."Terima kasih."Ia tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang rapih.b1daaaap1"Habis ini kalian mau ke mana?""Mau langsung pulang," jawab Ratna.Refaldy menoleh ke arahku dan bibirnya seperti ini berkata sesuatu. Namun ia tak jadi bicara, malah terlihat salah tingkah."Em, Arumi. Apa mau sekalian lagi aku antarkan pulang?" tanyanya terlihat gugup."Apa kamu mau main ke ruma
Baca selengkapnya
PERDEBATAN part 7
"Walaupun orang sederhana tapi Refaldy punya etika dan sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Nggak kaya kamu dan istrimu, Mas."Mungkin ucapanku ini sedikit lancang dan terlihat kasar untuknya. Tapi biarlah, biar mereka semua sadar."Rum, aku balik ya. Mas, Mbak, saya balik dulu. Assalamualaikum.""Iya, Waalaikumsalam. Maafkan keluargaku, ya."Refaldy berpamitan pulang, mungkin ia merasa tidak enak hati melihat pertengkaran antara adik dan kakak seperti ini."Kalau mau sama Arum harus kaya!" teriak Mbak Ayu dengan ketus yang sedaritadi hanya memantau perdebatan kami.Refaldy menoleh dan menatap Mbak Ayu dengan wajah datar, lalu menoleh ke arahku juga dengan tatapan kasihan. Mungkin ia kasihan dengan hidupku."Nggak hanya kaya, tapi juga berattitude, Mbak," sahut Refaldy.Setelahnya ia tancap gas dan pergi dari halaman rumahku. Aku pun masuk ke dalam rumah dan menemui Ibu juga Bapak.Kucium punggung tangannya dengan takzim lalu duduk di tengah-tengah Ibu dan Bapak.Sepertinya jang
Baca selengkapnya
MARAHNYA SI BUNGSU part 8
"Sudah jangan berdebat, semuanya duduk dan makan bersama!" bentak Bapak.Mbak Delia menghentakkan kakinya seperti anak kecil, lalu menatapku dengan tatapan tak suka. Cih, peduli amat.Kami semua duduk lesehan di lantai, makanan sudah terhidang di sini. Ibu mulai mengambilkan nasi beserta lauknya untuk Bapak."Sini biar Ibu ambilkan nasi untukmu, Nak." Ibu mengulurkan tangannya namun Mas Aron malah memutar bola mata. Ingin rasanya aku colok kedua matanya itu. Tidak sopan banget seperti itu pada Ibu."Nggak selera, Bu. Biasanya aku di Jakarta makan makanan yang enak," dalihnya."Iya, benar. Kami semua biasanya makan enak. Lah, ini, apaan, Bu. Cuma ayam, sayur bening dan tahu tempe beserta sambal dan lalapannya," sambung Mbak Wisna yang dianggukin oleh suaminya."Makan aja apa yang sudah tersedia di sini. Masih bisa makan aja sudah bersyukur. Memangnya dulu kalian makan apa waktu kecil?!" ketus Bapak.Mas Aron, Mbak Ayu dan Mbak Wisna terdiam dengan ucapan Bapak yang menohok.Bapak menar
Baca selengkapnya
PESAN BAPAK part 9
Mas Aron mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Rahangnya mengeras dengan gigi gemeretak."Kamu sudah sangat keterlaluan, Arum. Aku ini Masmu, bukan teman, sahabat atau pacarmu yang bisa seenak kau bentak-bentak! Sopan santun sedikit padaku!"Plak!Satu tamparan ia layangankan di pipi kananku, membuat pipi ini kemerahan dan menimbulkan rasa panas hingga perih.Aku tersenyum miris menatapnya. Mas Aron menatapku balik dengan sengit, napasnya memburu seperti hewan yang siap menerkam buruannya."Mana lagi yang ingin kau tampar, Mas. Ini, atau ini!"Aku menyodorkan wajahku pada Mas Aron seraya mendorong dorong tubuhnya."Selain kau gagal jadi anak Bapak dan Ibu! Kau pun gagal mendidik anakmu juga gagal jadi seorang Kakak!" bentakku."Apa kalian pikir nggak dosa buat orang tua sampai menangis begitu. Ingat, susahmu dulu sama siapa? Setelah sukses seperti kacang lupa kulitnya! Wong pada dableg kabeeeh!"Tutatap satu-satu wajahnya dengan penuh kesal dan juga amarah. Ingin rasanya kupuk*l kep
Baca selengkapnya
TANGISAN BAPAK, IBU part 10
"Apa-apaan sih kamu, Rum. Kamu sudah benar-benar kurang ajar sama kita!" bentak Mas Aron."Si Arum kayanya sudah gila nih!" sahut Mbak Delia."Orang kampung, kelakuannya juga kampungan!" maki Mas Dion."Kutampar kamu, Rum, menyebalkan sekali!" Mbak Wisna menimpali.Masih banyak lagi umpatan serta caci maki dari mereka kepadaku. Kutatap mereka tanpa rasa takut apalagi merasa bersalah, karena memang aku tak bersalah."Nantangin kamu, Rum?" bentak Mbak Ayu.Aku masih diam tak merespon caci maki dari mereka. Dan itu membuat mereka semua semakin kesal padaku."Pantes, nggak ada cowok kaya yang mau sama kamu. Kelakuan kamu menyeramkan seperti ini, yang naksir paling mentok standar. Cuma punya motor!" sindir Mbak Delia."Mau pulang sendiri, atau aku usir?" tekanku pada mereka."Kamu ngusir kami?" tanya Mbak Ayu sengit."JAWAB! Mau pulang sendiri atau mau aku usir!"Aku berteriak sangat kencang membuat mereka semua kaget dan saling tatap satu sama lainnya."Demi Allah. Biar Allah miskinkan kal
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status