Menjandakan Istri Demi Selingkuhan
"Annasta binti Lukman, pada hari ini kuceraikan kamu dan kuharamkan kakimu memasuki rumah ini!" tegas Jasen suamiku.
Bagai tersambar petir kalimat sakral keluar dari bibi tipis yang menggoda milik Jasen--suamiku. Beberapa hari aku sembuhkan luka dan mencoba mengerti akan inginnya.
Akhirnya aku terusir dari rumah yang sudah menaungiku selama delapan tahun ke belakang. Ironi sekali aku terusir dari rumahku sendiri hanya karena kata sudah usang. Pernikahan yang seharusnya indah kini harus terhempas kala netra ini melihat lelakiku membawa masuk wanita lain.
'Inikah penyebab kata usang itu terlontar?' batinku. Cinta yang dulu hanya untukku kini telah berbagi. Hidup bagai tersayat sembilu kala jagoannku ikut terluka atas perilaku ayahnya.
Dengan berat hati, akupun berkemas semua barang hasil keringatku sendiri. Tanpa aku sadari ada putraku yang melihat keserakahan wanita tersebut ketika menginginkan kalung berlian hadiah dari omanya. Pria kecil itu tidak mampu menahan wanita rubah tersebut. Namun ada yang membuat hati ini sakit kala gadis kecilku datang dan melihat aku berkemas.
"Bunda mau pergi ya, jangan lupa oleh-oleh buat Amel!" pintanya.
Apa yang terjadi dengan rumah tanggaku?
Bagaimana aku menatap dunia?