Huida Con Un Bebé

Sejak sahabat masa kecil Irfan meninggal, dia membenciku selama sepuluh tahun penuh. Hari kedua setelah menikah, dia langsung mengajukan diri ke organisasi untuk pergi ke perbatasan. Selama sepuluh tahun itu, aku menulis surat tanpa henti, berusaha menunjukkan ketulusanku. Tapi, balasan yang kuterima selalu hanya satu kalimat. [Kalau kamu benar-benar merasa bersalah, lebih baik cepat mati saja!] Namun, saat aku diculik, dia malah menerobos markas penjahat seorang diri, menembus hujan peluru demi menyelamatkanku. Sebelum meninggal, dengan sisa tenaganya, dia menepis tanganku dengan keras. “Menikah denganmu… adalah penyesalan terbesarku….” “Kalau ada kehidupan berikutnya, kumohon jangan pernah datang menggangguku lagi….” Di pemakaman, ibu Irfan menangis penuh penyesalan. “Anakku, ini salahku… aku nggak seharusnya memaksamu….” Ayah Irfan juga menatapku penuh kebencian. “Kamu sudah membunuh Selina, sekarang juga membunuh anakku. Dasar pembawa sial! Kok kamu nggak mati saja?!” Bahkan komandan yang dulu mati-matian mendukung pernikahan kami hanya bisa menggeleng dan menghela napas. “Ini salahku yang dulu memisahkan mereka, aku benar-benar bersalah pada Irfan.” Semua orang merasa kasihan pada Irfan. Termasuk diriku sendiri. Aku dikeluarkan dari organisasi dan malam itu juga, aku menelan racun di tengah sawah yang sepi. Saat membuka mata kembali, aku mendapati diriku kembali ke malam sebelum pernikahan. Kali ini, aku memutuskan untuk merelakan semuanya.

Tout commence par un mariage. Lui cherchant une épouse pour sauver les apparences, et elle une ancienne détenue qui a été condamnée pour un crime qu'elle n'avait pas commis et qui cherche à se réintégrer dans la société. Quand cet inconnu qu'elle a rencontré plus tôt dans la journée lui demande de l'épouser, elle hésite. Plus tard, elle s'est dit qu'un mariage serait sûrement la meilleure façon pour sa réinsertion sociale. Elle voit là un moyen d'éviter de retourner en prison. Dans ce mariage il n'y a aucune place pour l'amour. En tout cas, c'est ce que tout les deux croyaient.

On my 50th wedding anniversary, I took my worn, crumbling marriage certificate to City Hall to renew it. The clerk glanced at it—and froze. “This certificate is fake. Our records show you’ve never been married.” I stared. “Impossible. I’ve been married to Damien Slater for fifty years.” The clerk pulled up his file. “Well…Yes, Mr. Slater is married—but his wife’s name is Vanessa Grant.” Vanessa. His widowed sister-in-law. A military doctor who’d spent decades living among the troops. My hands shook as I returned home and confronted Damien. He didn’t even try to deny it. “I’ve treated you well all these years. Isn’t that enough? Vanessa is my true love. I only ever wanted her—our children, our life.” My son counseled me and said, “To spare your feelings, my parents kept it a secret their whole lives. You’re getting old now. What more do you want?” Only then did I learn the truth. The child I had raised with my own hands was never mine by blood. Decades ago, Vanessa and I gave birth on the same day. To ensure her child would grow up with intellect, privilege, and a future that I could provide, Damien switched our children. My own son? Damien drowned him in the pond the moment he drew breath. And I—fool that I was—raised Vanessa’s boy as my own. I even got him all the way to Claremont University. The truth broke me, and I collapsed. When I opened my eyes again—I was back. Back to the day I went into labor.

Después de que su alma gemela muriera, el Alfa Killian Thorne pasó diez años guardándome rencor. Yo era la sanadora Omega que él nunca quiso, unida a él por deber, no por amor. Para él, yo era un remplazo. Una cicatriz en una unión que ninguno de los dos pidió. No importaba con cuánto esmero sanara sus heridas, ni con cuánta devoción permaneciera a su lado, lo único que me decía era: —Si en serio quieres complacerme, entonces vete. Pero cuando la muerte vino por nosotros, no fui yo quien cayó. Fue él. Mientras se desangraba en mis brazos, Killian me miró por última vez y susurró: —Ojalá nunca te hubiera conocido… En el funeral, su madre lloraba. —Debió quedarse con Selena. Nunca debí permitir que se fuera contigo. Su padre me quería matar con la mirada. —Te salvó la vida tres veces. ¿Por qué se tuvo que morir él y no tú? Todos lamentaban que se hubiera emparejado conmigo. Incluso yo lo lamentaba. Me expulsaron de la manada sin nada. Sin título. Sin la compensación de una Luna. Sin un hogar al que pudiera llamar mío. Y entonces… quizá la Diosa Luna se apiadó de mí. Me dio una última oportunidad para reescribir el destino. Esta vez, no suplicaré por su amor. Esta vez, no lo ataré al dolor. Esta vez, romperé el vínculo antes de que empiece. Ya podía escuchar los engranajes del destino girando, y esta vez, yo daría el primer paso.

Ketika Xu Anran menghembuskan napas terakhir, ia baru menyadari bahwa suaminya, Qin Xiaokun, adalah serigala berbulu domba. Dengan ilusi cinta, Qin Xiaokun menguras hartanya, menghancurkan keluarganya, bahkan mengakhiri hidupnya dengan mobil demi bersama cinta sejatinya. Namun, ketika Xu Anran membuka mata kembali, ia telah kembali ke hari pernikahannya dengan Qin Xiaokun, lima tahun lalu. Para bajingan itu tidak akan pernah bisa menyentuh apa pun miliknya lagi! Semua penderitaan di kehidupan sebelumnya akan ia balas satu per satu. Di depan semua orang, ia menghampiri rival Qin Xiaokun, Jiang Rongyan, dan tersenyum seraya bertanya, "Tuan Jiang, maukah Anda menikahi saya?" Di belakangnya, terlihat wajah-wajah keluarga Qin yang tidak suka. Jiang Rongyan menerima tawarannya. Ini adalah skenario balasan yang sempurna untuk Qin Xiaokun. -Xu Anran hanya ingin menjauhi hubungan asmara di kehidupan ini, tetapi ia tidak menyangka setelah perjanjian pernikahan berakhir, pria itu menolak melepaskannya! Jiang Rongyan, "Kau mau kabur setelah memanfaatkan saya? Heh, jangan bermimpi."

Have you ever experienced love at first sight? What would you do if you encountered the person of your dreams? And if there was nearly a decade of age difference, would you still be willing to fight for love against all odds? Meet Akira Kaneko, a sixteen-year-old high school student whose heart is stolen at first glance by Inei Mizuki, a twenty-six-year-old man who mysteriously crosses her path. Then there’s Gin Hiroshi, Akira’s trusted confidant and best friend, silently bearing the weight of unspoken love for her. Embark on their captivating journey of love, where Akira must navigate a poignant dilemma—a choice between the man who embodies her dreams and the one who has faithfully stood by her side through time.

Clara baru saja diusir dari kediamannya sendiri. Orang tuanya belum lama meninggal. Namun, bukannya mendapat topangan dari kerabatnya, mereka malah merampas semua harta yang ditinggalkan oleh kedua orang tua Clara. Clara berjalan tak tentu arah. Ia hanya diperbolehkan membawa pakaian-pakaiannya sendiri. Tanpa diberi uang sepeserpun. Ia tidur dimanapun dirasa tempat itu mampu menghalanginya dari turunnya hujan dan panas. Wajahnya yang cantik jelita mulai terlihat kotor akibat tak terawat. Siang itu, Clara beristirahat di bangku taman tempat anak-anak TK bermain. Berjalan cukup jauh membuat tubuhnya cukup lelah. Belum sempat memejamkan mata ia mendengar suara anak kecil yang memanggilnya 'mama'. "Mama? Mama ngapain disini? Kenapa mama gak pernah pulang? Papa bilang, mama pergi jauh sekali. Kenapa mama jahat sama Devan?" Ucap anak itu pada Clara. Clara hanya bisa terdiam cukup lama mendengar perkataan anak itu. Seingatnya ia belum pernah melakukan hubungan dengan siapapun. Tapi, kenapa anak ini memanggilnya mama?

Arion Ortega, pengusahaa kaya raya. Pewaris tunggal Ortega holding jatuh cinta pada pandangan pertama dengan wanita yang belum ia kenal. 5 tahun kemudian dia menemukan wanita itu. Thalita Aryashuta, wanita yang ditinggalkan oleh tunangannya

Ava Knight, une avocate en difficulté, fait face à la trahison ultime lorsque son petit ami et sa meilleure amie complotent pour la faire accuser de leurs crimes et s'emparer de son cabinet. Désespérée et brisée, Ava cherche à noyer sa douleur dans l'alcool — une décision qui la conduit à passer une nuit inoubliable avec Xander Blackthorn, un milliardaire aussi séduisant que gâté. Le lendemain, sa vie prend un tournant inattendu lorsque Xander lui propose un contrat de mariage : en échange de son aide pour laver son nom et lui éviter la prison, Ava devra accepter une union qui ressemble davantage à une servitude qu'à un véritable mariage. Malgré les comportements autoritaires de Xander, Ava est déterminée à endurer et à se battre pour récupérer ce qui lui a été volé — et faire payer ceux qui l'ont trahie. Mais à mesure qu'ils traversent ensemble les épreuves de leur relation tumultueuse, des sentiments inattendus commencent à naître entre eux. Cependant, le cœur de Xander, brisé par un amour passé, pourra-t-il à nouveau s'ouvrir ? Et lorsque son ex-petite amie refera surface, restera-t-il fidèle à Ava ? Plongez dans ce récit envoûtant de trahison, de vengeance et de passion, où l'amour et la confiance sont mis à rude épreuve, et où personne n'est à l'abri des mensonges.

At Manatee high, where wealth whispers through the marble halls and last names open doors, Emma Carter stands out for all the wrong reasons. She’s there on a scholarship — smart, quiet, and completely out of place among the designer uniforms and polished smiles. Her father works long hours as a construction worker, and her mother’s absence still echoes through every choice she makes. All Emma wants is to survive senior year unnoticed. Connor Hayes Charming, confident, and born into old money, he moves through school like he owns it — because, in a way, he does. But behind the perfect image lies someone quietly restless, bored of the shallow routines and expectations his family forces on him. When a class project throws Emma and Connor together, their worlds collide. What starts as polite conversation turns into stolen glances, late-night talks, and moments that make Emma question everything she’s been taught about people like him. For the first time, Connor finds someone who doesn’t care about his last name — someone who sees him. But no everyone is happy about it ,The whispers start. And soon, Emma isn’t sure if she’s part of Connor’s world — or just an experiment in rebellion. As emotions deepen, the line between love and heartbreak blurs. Emma learns that privilege comes with its own cages, and Connor realizes that sincerity can’t be bought. Together, they must decide whether what they have can survive the pressure of judgment, jealousy, and fear — or if love alone isn’t enough to bridge two very different worlds. “Emma and Connor” is a coming-of-age romance about class, courage, and finding where you belong — even when the world tells you that you don’t.