Dikira Konglomerat, Rupanya Melarat
āKok anak-anak manggil kamu āKak Canā?ā tanya Ben, memandangi wajah memikat itu. āMemang nama kamu siapa, sih?ā
āModus!ā
āOke, kalau gitu biar aku tebak. Candra, Canda, Candi, Can ... tik?ā
Dari responsnya yang sempat membeku, Ben kembali berceletuk. āWow, bener ya, kamu Cantik?ā
Bola mata gadis itu bergulir, melirik galak pada Ben. āBukan!ā
Pertemuan pertama mereka yang absurd membuat keduanya terus menerus dipertemukan tanpa sengaja. Cantika adalah tetangga yang tinggal beberapa blok dari rumah Ben. Menurut Ben, semua yang ada di tubuh gadis itu tampak memesona. Tatapan matanya, bibirnya, bentuk tubuhnya, gerak-geriknya, suaranya, bahkan semuanya, terlalu seksi untuk diabaikan. Ditambah lagi penampilannya yang modis benar-benar memanjakan mata.
Tetapi katanya, rumah besar yang ada di kawasan elit itu bukan rumah Cantika. Ketiga bocah yang selalu memanggilnya āKak Canā juga bukan adik kandungnya. Lantas, siapa sebenarnya Cantika? Kenapa Ben sering melihatnya berkeliaran keluar masuk rumah itu? Masa iya, gadis cantik yang membuatnya terpesona itu ... pengasuh anak?