Cinta yang Telah Menjadi Masa Lalu
Keributan pecah di rumah sakit.
Keluarga pasien mengamuk, pisau terhunus dan diayunkan membabi buta.
Refleks, aku mendorong suamiku, Elvano Wiratama, agar selamat.
Namun, bukannya menghindar, dia justru menarik tanganku, menjadikanku tameng hidup demi melindungi adik juniornya.
Pisau itu menembus perutku.
Dan seketika… bayi kecilku yang baru saja terbentuk, hilang untuk selamanya.
Saat para rekan dokter histeris berusaha membawaku ke ICU,
suamiku malah menarik tubuhku jatuh dari brankar. Wajahnya dingin tanpa rasa iba.
“Selamatkan dulu juniorku!” bentaknya bengis.
“Kalau dia sampai celaka, kalian semua…akan kupecat!”
Suasana membeku. Semua mata terbelalak, kaget sekaligus marah.
“Elvano, kamu sudah gila! Lihat dia… dia cuma lecet sedikit, sementara istrimu… dia sekarat!”
Aku menahan darah yang terus mengalir dari perutku. Aku mengangguk pasrah.
“Nggak apa-apa… lakukan saja… begitu,” ucapku lirih, nafasku berat.
Elvano, setelah utang ini terbayar, aku tak lagi berutang apa pun padamu.