แชร์

BAB 94. Mendekati Pak Presdir

ผู้เขียน: Bayang Cermin
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-23 20:47:44

"Pagi Pak Yono," sapa Tika ke OB di ruang dapur.

"Pagi Bu. Tumben ibu kemari? Ibu mau minum kopi atau teh? Biar saya antar ke ruang Ibu."

"Iya, nanti Bapak bikinin kopi buat saya ya Tapi entaran juga gak apa kok ... Oh iya, Ini lagi bikin kopi buat siapa Pak? Kelihatan harum sekali? Pasti enak kopi yang ini."

"Oh, ini buat Pak Bos Bu. Sebentar lagi saya antar."

Tanpa banyak bicara, Tika langsung membawa cangkir kopi itu ke ruang Aldiano.

"Bu! Bu! Mau dibawa kemana kopinya Bu?"

"Biar saya aja yang bawa. Kamu bikinin kopi buat saya aja, anter ke ruangan saya ya!" seru Tika berlalu pergi. Menjadikan Pak Yono terperangah.

"Aneh, tumben-tumbenan Ibu Tika mau bantu saya."

TOK!

TOK!

TOK!

"Masuk!" suara bariton pria presdir terdengar tegas dari dalam.

Tika membuka pintu perlahan dengan gelas kopi di atas nampan, masih ditangannya. Langkahnya perlahan masuk. Aldiano masih sibuk mengetik di depan laptop. Namun ia sempatkan melirik ke Tika.

"Kopinya Pak," Tika meletakkan kopi itu di atas meja.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Raya   BAB 116. Tanda Tangan Delia

    Di ruang tunggu bersalin, suasana masih setegang tadi. Masih terdengar tangisan Delia. Nadine duduk di samping Erlan. “Pak, bagaimana saya harus meminta tanda tangan ibunya, kalau kondisi ibunya seperti itu?” “Kamu gak perlu takut. Saya yang akan bertanggung jawab masalah ini. Bawa kemari map itu. Saya akan paksa Delia, untuk menandatangani surat perjanjian itu." Erlan meraih map yang ada di genggaman tangan Nadine.Lalu ia membawa ke dalam ruangan bersalin, menghampiri Delia. “Anak kamu sudah ada Ibu asuhnya, dan sekarang kamu tinggal menandatangani surat perjanjian”ujar Erlan memberikan map itu ke Delia. "Aku gak mau!” jawab Deli merengut. “Kalau kamu nggak mau tanda tangan ini, kamu harus mengurus bayi itu!” Erlan melemparkan map itu ke atas tempat tidur, di samping Delia. Setelah berpikir beberapa saat Delia, bertanya. “Siapa yang kiranya sudi merawat bayi aku?" “Kamu nggak perlu tahu!kamu tahunya hanya tanda tangan di sini. Karena kamu nggak mau merawat bayi itu!" "Oke,

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Raya   BAB 115. Pengalihan Bayi Deli

    "Kamu benar-benar gila Erlan! Aku seperti ini, malah kamu mau cerai! Gak punya hati kamu! Kalau kamu ceraikan aku, kembalikan aset yang udah aku kasih ke kamu!" pekik Delia semakin histeris "Stop Delia! Kamu kasih aku anak cacat, karena semua ulah kamu! Udah ya, aku gak mau ribut-ribut disini. Lebih baik aku pergi!" Erlan melangkah pergi meninggalkan Delia yang terus teriak. "Erlan! Erlan! Jangan pergi! Jahat kamu Er!" tangis Delia semakin keras. "Kamu udah ada pacar baru kan? Awas aja kamu Er!" Delia menahan malu dengan bayinya yang masih merah. Kelainan di wajahnya yang tidak simetris dan kasar, terlihat banyak tonjolan-tonjolan. Bibirnya pun terlihat sumbing. Menjadikan Delia sangat kecewa dengan bayinya. Erlan tidak peduli, ia terus melangkah berjalan keluar ruangan. Dilihatnya Nesya masih menggendong bayi itu. 'Hati kamu memang lembut Nes. Gak seperti nenek sihir itu. Anak sendiri, tapi dia gak mau sentuh sedikitpun.' gumam hati Erlan, sambil mendekati sosok Nesya, duduk d

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Raya   BAB 114 Bayi cacat.

    Oweee! Oweeekh! Hoaaaakh! Tangis bayi tak berdosa, terdengar kembali suara tangisnya yang melengking mengisi udara. Diselingi jeritan penuh amarah Delia meledak-ledak. Wanita itu masih terbaring lemah, namun, bukan rasa sakit yang membuatnya histeris. Tapi kondisi bayi itulah yang membuatnya marah dan malu. Ia tidak mampu menerima kenyataan yang sedang dihadapinya. "Stop Dokter! Jangan bawa bayi itu kemari, ajak dia pergi dari sini. Aku gak mau menyentuhnya! Iiiist.. Memalukan! Menjijikkan!" "Ibu, Ibu gak boleh seperti itu. Bayi ini darah daging Ibu," ujar dokter sambil menggendong bayi itu yang masih menangis. Seolah ia tahu, kalau kehadirannya tidak diterima sang ibu. "Gak mau! Aku bilang gak mau! Buang! Buang aja bayi itu." Dokter dan suster saling bertatapan. Lalu dokter membawa bayi itu keluar menemui ayahnya. Erlan mengerutkan kening saat mendengar teriakan histeris Delia. Dan kini ia melihat bayi di dalam gendongan tangan dokter dalam kondisi cacat. "Ini bayi Bapa

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Raya   BAB 113. Bayi itu

    Di klinik tahanan wanita, Erlan dan Nesya baru tiba, ditemani Eli di belakang mereka.Teriakan mengerang kesakitan suara Delia terdengar hingga di luar klinik.Erlan masuk terlebih dulu. melihat Erlan datang, suara tangisan Delia sedikit terobati. Ia sempatkan untuk tersenyum pada Erlan."Erlan, sakit Er!"Suster menghampiri Erlan. "Bapak suami dari Ibu Delia? Sebaiknya Ibu Delia dibawa ke rumah sakit besar Pak. Disini tidak ada peralatan dan bidan.""Ya, bawa aja sus," jawab Erlan.Namun Delia melihat di belakang Erlan, berdiri seorang wanita cantik."Dia siapa Er?""Dia ini Nesya, pegawai baru di perusahaan kita," jawab Erlan sambil menarik tangan Nesya memperkenalkan ke Delia. Tapi Delia menatap Nesya tajam."Ini pacar baru kamu? Iya?" seru Delia sambil mengadu kesakitan."Stop Delia! Kamu nggak usah banyak tanya dulu. Yang terpenting adalah keselamatan baik kamu!""Oh, jadi kamu nggak mementingkan keselamatan aku ya? Kamu udah punya pacar baru ya?""Delia, kalau misalnya iya, teru

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Raya   BAB 112. Delia Melahirkan.

    "Apa? Delia melahirkan? Lalu—lalu kenapa? Ya, udah. Silahkan kamu tengok dia" jawab Erlan, yang tidak ingin lagi mendengar nama Delia.'Aku baru ingin bicara serius dengan Nesya. Malah diganggu si nenek sihir itu. Aku gak akan peduli. Lebih baik aku suruh Mama yang tengok Delia,' batinnya."Pak! Tapi kan Pak? Delia itu ... " Eli tidak meneruskan ucapan, yang langsung dipotong oleh Erlan."Stop! Jangan bicara yang gak penting lagi yah! Silahkan kamu pergi dari sini!?"Tentu saja Eli pergi dengan penuh pertanyaan. Kenapa dengan sikap Erlan yang tidak mau tahu anaknya sendiri. Seharusnya dia bahagia dengan kelahiran anaknya. Namun ini, malah mengusirnya. Menyuruhnya pergi."Padahal itu kan anak kandungnya. Kenapa Pak Erlan gak peduli? Apa mungkin karena perempuan itu?" gumam Eli sambil melangkah pergi.Erlan kembali membalikkan badannya, memandang Nesya."Maaf, ini bukan urusan kamu. Dan sekarang saya gak mau diganggu siapapun saat sedang bicara dengan kamu.""Tapi Pak? Bukannya itu ana

  • Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Raya   BAB 111. Erlan ingin Mengucapkan Sesuatu.

    Tiga minggu di kantor Delia siang itu."Nesya! Nesya! Tunggu! Kamu mau kemana?" panggil Erlan berlari ke arah Nesya alias Nadine yang sedang berjalan ke arah kantin."Aku mau ke kantin. Ada apa Pak?""Aku juga mau ke kantin. Ayo bareng aku.Biar aku traktir," ujar Erlan memberi senyumnya.Nadine mengangguk. "Boleh. Aku juga udah lapar kok"Mereka jalan beriringan menuju kantin yang letaknya tidak jauh, masih di dalam perkantoran.Siang itu Erlan ingin mengungkapkan apa yang ia tahan selama tiga minggu ini.Sesampai di kantin, Erlan mengajak Nesya sudut di sudut ruangan. Matanya tak henti memandang wajah cantik Nesya yang menggoda."Kamu mau pesan apa Nes?" tanya Erlan sambil membolak balikkan menu."Aku mau ini aja, ayam geprek ... Mbak, saya ayam geprek sama air putih aja yah," Nesya memberikan menu itu ke pelayan."Oke, aku samain aja yah Mbak," ujar Erlan."Kok Bapak makannya sama-samain gitu sih Pak?""Yah, karena pilihanmu juga pilihan aku." jawab Erlan tersenyum.Nesya memandang

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status