Share

5. Mengenang Masa Lalu

Author: Beatrice
last update Last Updated: 2025-05-31 20:51:41

Setelah hari itu, Aluna dan Revon tidak lagi bertemu. Perasaan Aluna mulai membaik, dia kembali mengurus keluarga kecilnya seperti biasa.

Minggu kali ini, Arya mengajak Aluna dan Kiara ke pantai. Aluna sengaja bangun sangat pagi untuk membuat camilan dan makanan yang akan mereka bawa nanti. Arya juga sudah menyewa mobil untuk mereka, katanya bonus dari bos.

Saat Arya bangun dan melihat istrinya tengah berkutat di dapur, dia langsung membantunya. Suasana menjadi lebih romantis dan cepat selesai. Ditambah, mendapatkan jatah pagi setelah selesai memasak.

Mereka berangkat pukul 8 agar bisa di sana lebih lama. Aluna duduk di pinggir pantai sambil tersenyum manis melihat Arya dan Kiara yang saling mengejar. Kemudian tak lama dia juga ditarik ikut bermain kejar-kejaran. Setelah lelah, mereka duduk bersama dan makan siang. Lalu Kiara tertidur karena kelelahan.

"Ingat tidak dengan pantai ini?" Arya mulai buka suara sambil tersenyum manis dengan tatapan penuh arti, menoleh ke arah Aluna dengan tangan kanannya yang senantiasa mengelus rambut Kiara.

Aluna mengernyitkan keningnya, kepalanya sedikit miring. Dia mencoba menggali otaknya, mencari memori saat mereka pacaran dulu. Arya yang melihat itu gemas dan tertawa kecil.

"Tempat di mana aku melamarmu, tempat yang harus kita datangi seminggu sekali karena kamu suka ketenangan dan es krim rasa vanila di sini," ujar Arya panjang lebar.

"Kamu dengan celana pendek putih dan kaos berwarna biru langit. Yang selalu membawa sandal agar sepatu tidak basah. Yang selalu menceburkanku ke air dan berakhir ganti baju," sahut Aluna ikut tertawa kecil.

"Beli satu ikan bakar, makan bersama, pulang setelah senja berlalu," ucap Arya. Tatapannya lebih redup, mata berbinar. Sepoi angin hari ini sangat kalem, suasana yang cukup membantu.

"Tahun-tahun berlalu, tidak pernah aku bosan mencintaimu, Aluna," ungkap Arya tulus.

"Aku sudah bosan mendengarnya," sahut Aluna setengah bercanda. Dia menoleh ke arah pantai.

Arya bangkit, menjauh dari Aluna. Tak lama kemudian kembali dengan dua es krim rasa vanila di tangannya. Memberikan salah satu pada Aluna.

"Masih jualan?" Arya mengangguk.

Es krim vanila itu membawa mereka kembali ke masa lalu, bercerita panjang lebar mengenang masa-masa indah mereka. Suasana pantai dan angin sepoi sangat mendukung. Awan juga membantu mereka untuk menutupi matahari agar teriknya tak begitu menyengat.

"Ingat tidak aku pernah cerita kalau pertama kali aku melihatmu itu di sini?"

Aluna menoleh dengan keningnya yang berkerut.

"Waktu itu aku kemari bersama teman-temanku. Lalu aku melihat para gadis yang sangat asik main di tepi pantai dan salah satunya terpeleset dan berakhir terjatuh di air!"

Aluna reflek melotot, Arya tertawa kecil.

"Malu tahu!!" pekik Aluna. Arya segera memberikan kode untuk berbicara lebih pelan karena Kiara sedang tidur.

Arya kembali bercerita tentang pertemuan pertama kala itu. Sebenarnya, Arya sudah terpesona saat itu. Ditambah dengan beberapa pertemuan lain seperti di toilet siswa, saat Aluna tak sengaja menyenggol minuman yang dia bawa dan berakhir membuat seragamnya basah dan kotor.

Wajah polos Aluna dan kelakuannya yang ceroboh membuat Arya gemas. Dia tidak bisa memarahi gadis yang langsung menunduk dan minta maaf dengan derai air mata. Bahkan akhirnya Arya malah mengajaknya ke kantin untuk makan siang dan dia yang bayar.

Dua hari setelahnya, saat pulang sekolah hujan deras mengguyur dan Aluna lupa membawa payung. Arya dengan percaya dirinya menawarkan jas hujan miliknya pada Aluna dan mengantar Aluna ke halte bus. Setelah Aluna naik bus, Arya baru sadar jika jas hujan yang dia pakai tidak utuh, lehernya sobek dan berakhir basah kuyup sampai di rumah.

Akan tetapi karena kejadian itu Arya jadi mendapatkan nomor telepon Aluna, bahkan mendapat makanan gratis keesokan harinya, spesial buatan Aluna. Namun, ternyata Aluna berbohong. Beberapa hari setelah hari itu, Arya baru tahu jika makanan yang diberikan Aluna adalah pemberian orang lain. Namun, dia tidak marah. Baginya niat Aluna sudah sangat tulus dan cukup untuk membuatnya jatuh hati.

Beberapa bulan setelah kenal, akhirnya Arya menyatakan cintanya pada Aluna setelah pulang sekolah. Aluna juga langsung menerimanya karena dia punya rasa yang sama. Setelah pacaran mereka sering berangkat dan pulang bersama, jalan-jalan dan pergi ke pantai. Sampai lulus dan harus LDR karena sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Sempat hampir putus, tapi nyatanya mereka berdua bisa mempertahankan hubungan mereka. Arya sangat sabar dan selalu mengingatkan Aluna jika mereka masih bisa bersama. Arya selalu menyempatkan pergi ke tempat kerja Aluna saat luang, atau sekadar mengantar atau menjemput wanita itu. Semua perjuangannya membuahkan hasil di saat Aluna menerima lamarannya dan mereka menikah.

Jalan mereka bisa dibilang sangat lancar, bahkan cobaannya hanya tentang ego Aluna. Sampai sekarang.

"Sayang, matahari sudah terbenam, mau pulang atau mencari penginapan?" ujar Arya sambil menatap Aluna dengan kedua alisnya yang sengaja dinaik-turunkan dengan nada menggoda.

"Pulang saja, jangan menghamburkan uang lagi," sahut Aluna dengan nada sebal.

"Kamu masih capek, ya?" tanya Aluna kemudian. Kali ini nadanya lebih lembut. Tatapannya redup ke arah Arya.

"Tidak, Sayang. Ayo aku bantu gendong Kiara. Kamu nggak apa-apa beresin semua sendirian? Atau begini saja, tunggu aku dulu. Setelah aku baringkan Kiara di mobil, aku kembali kemari membantumu ya," ucap Arya.

Laki-laki itu dengan sigap menggendong Kiara dan pergi ke mobil. Aluna bahkan baru sempat membuka mulutnya. Tak lama kemudian Arya kembali, mereka membereskan tikar dan barang-barang di atasnya bersama-sama, lalu membawanya ke mobil.

"Kamu di belakang saja sama Kiara," ucap Arya dengan nada lembut dan senyum manis. Tangan kanannya mengusap pipi Aluna ringan.

"Nanti nggak ada yang ngajak ngobrol kamu, gimana kalau kamu ngantuk?" sahut Aluna tak enak hati.

"Nggak apa-apa, kamu juga pasti capek banget, kan? Kalau ngantuk kamu bisa senderan dan tidur sebentar," ucap Arya. Senyumnya terbit semakin tinggi, dia menarik pinggang Aluna dan memeluknya erat sambil mengelus punggungnya.

"Kalau kamu bahagia, aku juga bahagia. Dan kamu memang harus bahagia. Aku nikahin kamu biar kamu bahagia." Arya mengecup kepala Aluna dengan sayang. Dia selalu melakukan itu agar Aluna tenang dan benar, Aluna memeluknya lebih erat, menutup matanya sebentar untuk menikmati kecupan dari suaminya.

Saat Arya hendak melepaskan pelukan mereka, Aluna mengeratkannya.

"Sebentar ... saja," gumam Aluna di dada Arya.

Arya mengangguk, dia kembali mengeratkan pelukannya dan mengelus punggung Aluna dengan sayang. Mereka menikmati suasana itu, Aluna juga ingin membiarkan memori hari ini terbentuk dengan indah di otaknya dan menetap. Rasanya dia bahkan tidak ingin pulang, tidak ingin pergi ke mana pun. Pantai ini adalah tempat terbaik dan penuh kenangan manis mereka berdua.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    5. Mengenang Masa Lalu

    Setelah hari itu, Aluna dan Revon tidak lagi bertemu. Perasaan Aluna mulai membaik, dia kembali mengurus keluarga kecilnya seperti biasa.Minggu kali ini, Arya mengajak Aluna dan Kiara ke pantai. Aluna sengaja bangun sangat pagi untuk membuat camilan dan makanan yang akan mereka bawa nanti. Arya juga sudah menyewa mobil untuk mereka, katanya bonus dari bos.Saat Arya bangun dan melihat istrinya tengah berkutat di dapur, dia langsung membantunya. Suasana menjadi lebih romantis dan cepat selesai. Ditambah, mendapatkan jatah pagi setelah selesai memasak.Mereka berangkat pukul 8 agar bisa di sana lebih lama. Aluna duduk di pinggir pantai sambil tersenyum manis melihat Arya dan Kiara yang saling mengejar. Kemudian tak lama dia juga ditarik ikut bermain kejar-kejaran. Setelah lelah, mereka duduk bersama dan makan siang. Lalu Kiara tertidur karena kelelahan."Ingat tidak dengan pantai ini?" Arya mulai buka suara sambil tersenyum manis dengan tatapan penuh arti, menoleh ke arah Aluna dengan

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    4. Perasaan Lancang yang Kembali Hadir

    Aluna melancarkan tamparan keras ke pipi kanan Revon. Matanya melotot, kedua tangannya menggenggam erat."Maksudnya apa kamu ngomong kayak tadi?" pekik Aluna seraya menunjuk ke arah wajah Revon.Revon tertawa kecil, lalu menarik lengan Aluna dan menghimpit tubuhnya ke mobil. Revon merapatkan tubuhnya, wajahnya mendekat sampai hidung mereka bersentuhan. Aluna berusaha memberontak, membuat Revon mengeratkan cengkramannya pada lengan Aluna, satu tangan lainnya mencengkram pinggang Aluna. Dia sengaja menunggu wanita di depannya menyerah."Apa sih maumu?!" Aluna kembali memekik. "Kamu yakin mau memberikannya?" ujar Rivon sambil menyeringai.Kedua mata Aluna menelisik mata tajam laki-laki di depannya. Dia berusaha mencari tahu apa yang Revon pikirkan tapi nihil, dia tidak menemukan apapun."Aku mau Kiara. Bukan hanya tahu kalau aku adalah ayah kandungnya, tapi juga memiliki hak milik legal atas dirinya. Dia juga harus tinggal bersamaku!" tukas Revon tegas.Aluna memberontak kembali, namun

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    3. Ranjang Hangat Tuan Presdir

    Aluna nampak sangat lelah dengan wajah tanpa make-up. Wanita yang telah melahirkan seorang gadis cantik itu, masih tertidur pulas dengan selimut tebal yang menutupi tubuh mungilnya. Kondisi kamar yang masih gelap dengan tirai yang sengaja tidak dibuka, Aluna merasa tubuhnya lebih santai dari biasanya. Satu minggu tidak bertemu sang suami nyatanya sangat cepat berlalu. Anehnya, tidak ada rasa rindu dalam hati Aluna. Dia malah senang, beban di hatinya seakan tidak pernah ada. Satu minggu, rasanya Aluna terbuai dan berharap ini akan menjadi selamanya. Tidak perlu bangun sangat pagi, menyiapkan seluruh kebutuhan rumah tangga. Bersih-bersih rumah, pergi ke pasar dan memasak. Tidak ada yang meneriakinya dan memakinya di pagi hari. Tidak ada yang memarahinya dan menyuruh ini itu. Aluna merasa, kehidupan yang dia dambakan telah tercapai. Senyum kecil terbit di bibir tebalnya. Sepasang mata bulat itu masih tertutup, belum mau keluar dari alam mimpi. Hingga sebuah tangan besar menangkup wajah

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    2. Rahasia yang Terancam

    Sebuah silau mobil membuat tubuh Aluna tersentak. Dia segera bangkit dari sofa dan tersenyum sangat manis, berlari ke arah pintu dan membuka pintu dengan riang. Mulutnya terbuka, pikirannya tentang segala hal buruk sirna begitu saja. Perasaannya yang kesal, sedih dan kecewa seakan hilang ditelan malam. Namun, pakaian rapi dengan tuxedo mahal, kemeja putih bersih dan dasi senada itu sama sekali bukan suaminya. Aluna mendongak, matanya memicing menyesuaikan cahaya berusaha mengenali wajah di depannya. Jantungnya tersentak seolah baru saja tersandung dan terjun dari gunung dan masuk jurang. Wajah lelah itu pucat seketika, bibirnya bergetar, tubuhnya kaku. Kedua tangannya yang ada di kusen pintu jatuh ke samping kanan dan kiri tubuhnya. "Revon?" Dahi Aluna berkerut, kedua alis tebal itu hampir bersambung. Dia mundur beberapa langkah, kemudian semakin cepat saat tangan besar pria di depannya mendorongnya ke dalam. Memaksanya duduk di sofa. "Merindukanku, huh? Kamu benar-benar membuatku

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    1. Rahasia yang Terkubur

    Sudah lima tahun dia menikah dengan Arya, bahagia dengan kehidupan sederhana dengan seorang gadis kecil yang cantik dan pintar. Namun, Arya tidak pernah tahu jika gadis kecil yang sangat dia sayangi bukan darah dagingnya, dan Aluna juga tidak pernah punya nyali untuk mengatakannya. Saat Aluna menghembuskan napas resah, Arya tiba-tiba datang memeluknya dari belakang. Menyembunyikan kepalanya di ceruk leher sang istri, mencari rasa nyaman setelah pulang bekerja. Aluna menarik kedua tangan Arya, membuatnya semakin erat memeluknya. Dia tersenyum kecil, perasaannya masih campur aduk. “Hari ini lembur lagi, Mas?” tanya Aluna dengan nada lembut. Tangan kanannya terulur hendak mengelus kepala Arya. “Ya,” jawab Arya singkat. Pria itu menjauh, membuka kemejanya dan menaruhnya di sembarang tempat. Melihat itu, Aluna menghela napas panjang. Dia tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. “Mas, tidak pernah kamu melihat keranjang kotor di dekat pintu kamar mandi, hum?” ujarnya pelan dan le

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status