Hasrat Liar Adik Ipar

Hasrat Liar Adik Ipar

last updateLast Updated : 2025-04-20
By:  Setya Ai WidiOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
31Chapters
919views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Falisha meminta cerai karena tidak tahan dengan sikap angkuh dan dingin Arka. Saat itu juga, Arka mengetahui kehamilan Falisha sehingga menuduhnya memiliki selingkuhan yang menyebabkan istrinya kukuh meminta cerai, tetapi Falisha mengelak atas tuduhan tersebut. Arka semakin menyudutkan Falisha, tetapi Falisha mengaku tidak ada hubungan spesial dengan siapa pun kecuali Arka yang notabenenya adalah suaminya sendiri. Namun, betapa terkejutnya Falisha saat Arka mengaku belum pernah menidurinya sekali pun. Falisha bagai disambar petir. Terlebih ketika Arsya, adik iparnya datang di tengah pertikaian yang terjadi, kemudian mengaku bahwa dirinyalah yang sudah meniduri Falisha dan siap bertanggung jawab. Lantas, apa yang akan terjadi dengan Falisha setelahnya? Apakah Arka akan menceraikannya dan membiarkan Falisha hidup dengan Arsya?

View More

Chapter 1

Bab 1

“Akhirnya, penantian kamu selama ini enggak sia-sia, Fal. Kakak seneng lihat kamu bahagia. Kakak doain, sakinah ma waddah wa rahmah, ya.”

Melalui pantulan cermin di hadapan, Falisha melihat senyum semringah dari wajah Thalita, anak Bude Mirna yang sudah menganggapnya seperti adik kandung sendiri.

“Aamiin, terima kasih, ya, Kak. Berkat doa Kak Lita juga, jadi doa Fal terkabul.” Falisha tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya karena menikah dengan laki-laki yang selama ini dia kagumi.

“Kalian ini kok masih di sini. Itu keluarga Nak Arka udah pada dateng.” Suara Mirna membuat Falisha dan Thalita sama-sama menoleh. “Nak Arka juga udah nunggu kamu di depan penghulu, Fal. Masa iya, kamu masih di sini?” Wanita itu melanjutkan sembari melangkah tergopoh-gopoh mendekati Falisha yang sudah siap dengan kebaya pengantin yang dikenakan.

“Fal masih gugup katanya, Ma. Malu, mau ketemu calon suami,” bisik Thalita setengah menggoda, membuat pipi Falisha yang merah merona, semakin merah seperti kepiting rebus.

“Kamu ini godain adikmu aja, Lita. Nanti bukannya rasa seneng yang mendominasi, eee ... malah gugup yang menguasai,” tegur Mirna dengan lirikan yang mengundang tawa Thalita.

Sejak keluarga Arkatama datang melamar, Falisha memang tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya. Bagaimana tidak? Arka adalah sosok lelaki tampan, mirip Oppa Korea yang kulit putihnya tidak kalah dengan Falisha. Lagi pula, Falisha sudah lama mengagumi Arka dan menginginkan untuk dekat dengannya.

“Berarti Fal harus turun sekarang, ya, Bude? Apa Fal udah cantik? Gimana kalau nanti Mas Arka enggak suka sama penampilan Fal, Bude?” Falisha yang sudah tampil cantik, masih kurang percaya diri saat kembali melihat pantulan dirinya di cermin.

Mirna menggeleng-geleng pelan. Wanita itu keheranan karena sikap insecure Falisha yang entah kapan bisa hilang. Padahal bisa dikatakan, anak satu-satunya mendiang Laras dan Aji itu sungguh cantik luar dalam. Siapa pun yang memilikinya, tentu harus bangga karena tidak banyak perempuan berparas cantik, memiliki kepribadian yang baik seperti Falisha.

“Ya turun sekarang dong, Falisha. Masa iya, tahun depan? Memangnya siapa yang mau jadi mempelai Nak Arka kalau bukan kamu? Masa iya, Bude yang duduk di samping Nak Arka gantiin kamu? Bisa-bisa Pakde kamu langsung ngamuk, acaranya bubar. Kamu gimana, sih, Fal?” omel Mirna yang semakin mengundang tawa Thalita.

“Aduh, aduh. Gini banget, ya, punya Mama yang agak lain.” Thalita masih cekikikan.

“Agak lain, agak lain. Enak aja Mama dibilang agak lain. Meskipun agak lain begini, ini mamamu yang udah besarin kamu, Lita.” Mirna menggerutu, tetapi terlihat lucu. Wanita itu selalu menyayangi anak-anaknya, bagaimana bisa betul-betul mengomel?

“Iya, iya, Bude. Bude cantik, kok. Kak Lita sendiri kali yang agak lain, jadi Bude enggak usah dengerin,” ucap Falisha yang segera berdiri, kemudian mengusap-usap lengan Mirna dengan bibir sedikit menahan tawa. “Yuk, kita turun. Fal udah siap, Bude.”

“Yakin, udah enggak gugup? Jangan malu-maluin ya, nanti? Harus cantik dan anggun seperti orangnya. Iya, kan, Lita?” Mirna meminta persetujuan anak pertamanya.

“Harus, dong. Lagian aku juga udah ajarin Falisha gimana caranya bersikap anggun di depan calon mertua, calon suami dan calon keluarga lainnya. Soalnya kan Falisha bakal jadi pusat perhatian, tuh. Jadi harus perfect.” Thalita memeragakan cara berjalan bak seorang model terkenal. “Ah ... jadi inget waktu aku nikah sama Mas Rian,” gumamnya kemudian.

“Ya udah, kalau Falisha udah siap, mending kita turun sekarang. Bisa-bisa nanti Lita menghalunya enggak selesai-selesai,” ajak Mirna yang lantas menggandeng lengan Falisha.

“Ya gimana enggak menghalu, Bude? Kak Lita juga kan penulis, kerjaannya menghalu sepanjang waktu,” bela Falisha seraya mengikuti langkah budenya keluar kamar.

“Nah, Fal aja tahu, masa Mama enggak tahu?” sahut Thalita yang mengekor di belakang.

“Bukannya enggak tahu, tapi udah apal sebetulnya.” Mirna menimpali. “Turun tangga, ayo langkahnya yang anggun, biar kecantikannya jelas terpancar, gitu,” bisiknya kemudian, sembari melempar senyum kepada para tamu undangan yang tidak lain adalah keluarga dekat Arkatama.

“Ma, yang itu siapa? Tinggi, ganteng pula!” bisik Thalita di telinga mamanya.

“Itu Nak Arsya, adiknya Nak Arka. Waktu lamaran kan dia enggak ikut, karena ada kerjaan di Singapura. Mama denger, dia anaknya enggak kalah pinter dari Nak Arka.” Mirna membalas dengan bisikan. “Tapi awas, ya, dilarang naksir! Suamimu mau dikemanain?”

Thalita justru terkekeh kecil mendengar kalimat kedua Mirna. “Harusnya Mama ingetin Fal, kan dia yang bakal sering ketemu sama adik iparnya itu, bukan aku,” balasnya lagi.

Falisha yang mendengar celoteh Thalita dengan mamanya, secara tidak sengaja turut melayangkan pandang ke arah Arsya yang memang tidak kalah menarik dari Arka. Senyumnya menegaskan ketampanan yang dimilikinya. Namun, seketika Falisha mengalihkan pandang ke arah Arka yang sama sekali tidak memperlihatkan senyum di wajahnya.

Tidak lama setelah itu, pernikahan pun berlangsung dengan lancar. Sesuai kesepakatan awal, keluarga Arkatama memboyong Falisha ke kediaman mereka begitu acara pernikahan selesai dilangsungkan. Dan tibalah Falisha di kediaman keluarga Arka yang luas dan mewah.

“Selamat datang di keluarga kami, Falisha. Mama harap kamu betah tinggal di sini, ya.” Salma, mama Arka menghambur memeluk Falisha yang baru saja resmi menjadi anak menantunya. “Oh ya, kalian enggak usah buru-buru mikir buat pindah rumah. Mama sama Papa mau, Falisha tetap tinggal di sini sama kami. Lagian buat apa rumah baru? Nanti sayang rumah ini enggak ada yang nempatin,” lanjutnya sembari mengurai dekapan.

Falisha mengerutkan dahi. “Enggak ada yang nempatin? Maksud Mama?”

“Papa sama Mama masih suka sibuk bolak-balik keluar kota mengurus masalah bisnis. Jadi sayang, kan, kalau rumah ini sepi? Jadi Papa setuju aja sama Mama, kalau lebih baik Falisha di sini biar kalau kita pulang jadi ramai, ada yang menyambut,” jelas Wilis, papa Arka.

“Nah, betul itu kata Papa.” Salma menimpali. “Ya udah, gih, Arka bawa istrinya ke kamar. Kalian pasti capek, kan? Jadi bisa bebersih badan dulu, istirahat, biar nanti power-nya kenceng, ya, kan, Pa?” godanya sambil melirik Arka yang sibuk dengan benda pipih di tangan.

“Iya, Ma.” Arka dengan patuh mengikuti arahan Salma. Dia pun membawa Falisha menuju kamar, dibantu asisten rumah tangga yang membawakan koper milik Falisha.

Setibanya di tempat yang dituju, Falisha takjub melihat luasnya kamar Arka yang bersih dan rapi. Senyum simpul terukir di wajahnya.

“Taruh di situ, ya, Bi. Beresin nanti aja, saya keburu rehat, capek.” Arka menunjuk sudut ruang kamar.

Begitu asisten rumah tangga keluar, Arka segera menutup pintu kamar.

Tanpa diminta, Falisha mendekati sang suami, hendak membantu melepas setelan jas yang dikenakan. Namun, tangannya yang baru terangkat di udara mendadak terhenti ketika mendengar kalimat Arka.

“Aku bisa sendiri,” ujar Arka dingin dengan tatap tajam sekilas, kemudian menjauh dari Falisha. “Oh ya, asal kamu tahu. Aku menikahi kamu karena permintaan Mama-Papa. Pernikahan kita tadi cuma hitam di atas putih, jadi jangan pernah berharap lebih, karena aku sama sekali enggak cinta sama kamu.”

Mendengar kalimat Arka seakan mendengar petir menggelegar yang memekakkan telinga. Falisha sungguh tidak menyangka, kebahagiaannya di hari pertama pernikahannya dengan Arka, harus terhempas begitu saja. Lantas, bisakah Falisha mengambil hati suaminya?

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
31 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status