/ Romansa / Wanita Penggoda sang CEO / Chapter 1. Pertemuan Pertama

공유

Wanita Penggoda sang CEO
Wanita Penggoda sang CEO
작가: mbak miss

Chapter 1. Pertemuan Pertama

작가: mbak miss
last update 최신 업데이트: 2022-11-26 12:11:59

"Hari ini kau ku pertemukan dengan putraku. Buat dia tertarik padamu, pikat dia dengan tubuhmu. Paham?" Mutia berkata dengan penuh penekanan.

Seorang wanita muda hanya mengangguk saja, meski dia tidak tahu pasti apa alasan dibalik permintaan wanita itu. Bahkan, dia sempat tak habis pikir, bagaimana bisa seorang ibu meminta wanita lain untuk menggoda putranya sendiri. Waraskah ibu ini? Atau dia seorang ibu tiri, yang berusaha menjebak anak tirinya untuk menguasai hartanya? Seperti sinetron-sinetron yang pernah dia tonton. Berbagai pertanyaan berkelebat dalam benaknya.

Akan tetapi apapun alasannya, dia tidak peduli. Yang ia pedulikan hanya uang. Karena saat ini, itu yang ia butuhkan agar semua masalahnya segera terselesaikan.

Keduanya berjalan beriringan memasuki sebuah gedung megah, bertuliskan WBS GROUP.

Seorang wanita paruh baya berpenampilan elegan, sangat menunjukkan jika dia seorang wanita dari kelas sosial tinggi, sedangkan satunya lagi wanita muda berpenampilan seksi mengenakan mini dress berwarna merah terang, dengan belahan bukit barisan yang terpampang jelas. Riasan tebal, bibir merah menyala seolah melengkapi penampilan seksi wanita itu.

Dialah Andrina Anastasya, gadis berusia 21 tahun. Yang bersedia menjalankan misi dari Mutia Wibisono. Misi, dimana ia harus menggoda putra wanita itu hingga masuk dalam perangkapnya.

Mutia menawarkan iming-iming sejumlah uang yang sangat besar, jika dia berhasil. Andrina yang tengah dilanda masalah keuangan pun tanpa ragu menerimanya.

"Kita sampai. Persiapkan dirimu!" titah Mutia, ketika mereka berada di lantai tertinggi gedung itu.

Andrina mengangguk mantap.

Tangan tua itu mulai memutar knop pintu, terpampanglah sebuah ruangan yang membuat Andrina berdecak kagum. Ruangan luas dengan interior mewah, yang di desain dengan gaya klasik Eropa.

"Berapa banyak harta anak ibu ini. Pasti dia sangat kaya. Pantas saja ibu ini ingin menjebak laki-laki itu. Hartanya saja tidak akan habis dimakan tujuh turunan," gumam Andrina masih dengan asumsinya sendiri.

"Ikuti langkahku. Aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu." Suara Mutia berhasil memecah kekaguman wanita itu.

Mutia mengajaknya ke sebuah ruangan mirip kamar pribadi yang membuat gadis itu menelan ludah kasar.

"Apakah misinya dilakukan hari ini juga?'' tanyanya dalam hati.

Saat sampai di depan ruangan itu, Andrina bisa mendengar suara aneh dari dalam sana. Suara mirip desah*n dan erang*n saling bersahutan.

Ceklek

Pintu terbuka, Andrina menutup mulutnya tak percaya ketika melihat pemandangan yang baru pertama kali dia saksikan dalam hidupnya, meski tidak terlalu jelas karena berada di balik sebuah pintu. Namun, dia tahu pasti apa yang dilakukan kedua orang itu di dalam sana.

Dua orang tengah memadu kasih dengan mesra. Suasana pagi yang seharusnya dingin menjadi panas akibat ulah mereka. Hubungan mereka terlihat begitu intim.

Dialah Gavindra Wibisono, seorang CEO di perusahaan WBS Group, tengah melakukan hubungan terlarang dengan pasangannya.

Andrina tak bisa lagi menahan mualnya, dia segera keluar untuk memuntahkan semua isi di dalam perutnya.

"Bagaimana, kau ingin lanjut atau berhenti?" tanya Mutia pada gadis yang masih berusaha mengeluarkan isi perutnya.

"Kalau kau berhenti, maka otomatis semua penawaranku juga batal. Dan masalahmu tidak akan pernah terselesaikan."

Ucapan wanita tua itu, benar-benar membuat Andrina bimbang. Ingin sekali dia berhenti sebelum terlanjur basah. Tapi, semua masalahnya seakan menjadi alarm pengingat di kepalanya.

"Saya lanjutkan," putus Andrina setelah memikirkan semua matang-matang.

Mutia tersenyum tipis mendengarnya. "Bagus! Aku suka gadis konsisten sepertimu."

"Segera selesaikan urusanmu. Aku akan memergoki dua cecunguk itu. Dan kau masuk setelah mendengar kode dariku. Paham, Gadis Muda?"

Andrina hanya mengangguk, karena perutnya terasa seperti diaduk-aduk setiap kali mengingat peristiwa beberapa menit lalu.

----------------

Di dalam ruangan....

"Astaga, Gavin!'' Pekikan Wanita paruh baya menghentikan aktifitas panas mereka.

Terdengar decakan pelan dari bibir mungil seseorang yang bersama Gavin karena suara itu sangat mengganggu sebelum mereka mencapai puncaknya.

''Ada apa, Mommy pagi-pagi sudah kemari?'' tanya Gavin.

Dengan santainya, dia memakai kembali pakaiannya di depan sang ibu, seolah tidak terjadi apa-apa.

''Ini salah, Gavin. Kamu tidak boleh seperti ini terus. Mommy lebih senang, kalau kamu berhubungan dengan wanita di Club malam daripada dengannya,'' keluh Mutia dengan menunjuk tepat di depan wajah seseorang.

Wanita itu melirik sinis seseorang di depannya.

''Ih, Mommy jahat,'' ucap orang itu dengan manja.

Dialah Erickson Liem, seorang CEO salah satu perusahaan yang menjalin hubungan terlarang dengan Gavin. Sebenarnya, Erick tidaklah seperti itu. Saat berhadapan dengan orang lain, ia akan bersikap seperti laki-laki normal pada umumnya, tegas dan berwibawa. Terlebih di depan rekan bisnisnya. Hanya saja, sifat gemulainya akan kambuh, jika berhadapan dengan sang kekasih hati, Gavin.

''Diam kamu!'' bentak Mutia.

Malas meladeni wanita tua itu, Erick memilih masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

''Mommy ada urusan apa kemari? Sebaiknya, mommy pulang, jika cuma marah-marah disini,'' kata Gavin dengan datar.

''Keterlaluan kamu, Gavin! Kamu mengusir ibumu sendiri, hanya demi dia,'' geram Mutia.

Mutia mencoba mengatur nafasnya beberapa kali, untuk menetralisir amarah dalam dadanya.

"Mommy membawa seseorang. Mommy dengar kamu sedang mencari sekretaris," ucap Mutia dengan nada dibuat sehalus mungkin, agar putranya luluh.

Gavin hanya menanggapi dengan wajah datar.

Mutia menepuk tangannya tiga kali.

Masuklah, Andrina dengan pakaian kekurangan bahannya.

"Hai...," sapa wanita itu.

Dia mengerlingkan sebelah matanya ke arah Gavin.

Tak dapat dipungkiri, Gavin sangatlah tampan. Otot-otot tubuhnya terpahat sempurna. Wanita itu menggigit bibir bawahnya, membayangkan bagaimana, jika tangannya menyentuh tubuh kekar itu. Terlihat sangat liat dan menggair*hkan. Matanya, tertuju pada bibir Gavin yang terlihat begitu menggoda. Bagaimana, jika bibir itu menyentuh lembut permukaan bibi*nya.

Namun sejurus kemudian, bayangan peristiwa tadi, berkelebat dalam ingatannya. Andrina berusaha menyadarkan diri dari segala pikiran kotor yang bersarang dalam otaknya. Seketika kekagumannya sirna setelah mengetahui sebuah kenyataan, bahwa pria di hadapannya seorang Gay.

"Siapa dia, Mom?" tanya Gavin dengan memperhatikan intens wanita di depannya.

"Perkenalkan dirimu," titah Mutia.

"Baik, Nyonya."

Andrina maju selangkah mendekati Gavin.

"Perkenalkan nama saya Andrina Anastasya. Saya ditugaskan oleh Nyonya Mutia untuk menjadi sekretaris pribadi Anda," kata Andrina dengan nada sensual.

Sebagai salam perkenalan, Andrina menyentuh tangan kekar pria itu.

"Bagaimana cantik dan seksi, bukan?" Mutia bertanya pada putranya.

"Buat apa cantik? Jika otaknya tidak memadai. Yang kubutuhkan sekretaris cerdas. Bukan sekretaris yang pamer tubuh," sarkas Gavin dengan pedasnya.

Andrina dibuat menganga mendengar itu, tangannya terkepal kuat. "Si*l! Belum apa-apa dia sudah meremehkanku," makinya dalam hati.

"Lepaskan tanganku! Jangan pernah kau ulangi perbuatanmu ini, jika ingin diterima bekerja disini." Gavin menarik paksa tangannya yang berada di genggaman tangan lembut Andrina, lalu berlalu begitu saja ke dalam kamar mandi untuk membersikan diri

"Siapa kau?" tanya Erick yang baru selesai dengan urusannya.

Pria itu tampak lebih segar dari sebelumnya, dan ketampanannya semakin terpancar.

"Perkenalkan, saya Andrina sekertaris baru Tuan Gavin." Andrina kembali memperkenalkan diri.

Erick memindai penampilan wanita itu dari atas sampai bawah. Matanya menyorot tajam kearah wanita itu. Andai dia pria normal, mungkin dia sudah tertarik dengan kemolekan tubuh wanita di hadapannya.

"Apa kau tidak punya pakaian yang lebih layak dari ini?" tanya Erick memandang sinis Andrina.

"Memangnya kenapa dengan pakaian saya?"Andrina bertanya dengan tampang polosnya.

"Kau seperti ingin menjajakan tubuhmu," kata Erick dengan sinis.

Bohong, jika Andrina tak sakit hati mendengar hinaan itu, bahkan dia tak mendapat pembelaan sedikitpun dari Mutia. Justru wanita tua itu, dengan santainya melenggang pergi meninggalkan dirinya berdua bersama pria itu.

Andrina menghela nafas pasrah. Terpaksa, dia harus menyelesaikan semua ini sendiri.

"Apa Anda takut tersaingi, Tuan?"

Wanita itu menyeringai ketika melihat wajah kesal pria bermata sipit itu.

"Jangan bermimpi kau akan merebut Gavin dariku," kecam Erick.

"Oh, ya? Kalau saya berhasil, bagaimana?" tanya Andrina yang seolah menantang pria itu.

"Tak'kan ku biarkan itu terjadi!" tegas Erick menunjuk wajah Andrina.

"Mari, kita buktikan!"

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 27. Di mana Gavin?

    Setelah mendatangi apartemen yang kini menjadi hak milik Andrina, Erick melajukan mobilnya menuju ke kediaman mewah Mutia. Bukan hal sulit baginya untuk masuk ke sana. Karena sebelum hubungan terlarangnya bersama Gavin terbongkar, dia sering bertandang ke kediaman mewah itu."Gavin! Gavin! Keluar kamu!" Suara bass Erick menggema di ruang utama.Pria itu terus berteriak memanggil nama Gavin, berharap pria itu segera menunjukkan batang hidungnya."Gavin, keluar! Aku tau kamu di dalam!""Keluarlah! Aku ingin bicara.""Gavin!"Teriakan itu berhasil mengusik ketenangan Mutia yang tengah bersantai di gazebo samping rumah. Wanita paruh baya itu berdecak kesal sembari meletakkan kasar majalah yang sejak tadi menjadi temannya."Anak ini kalau dibiarkan akan semakin menjadi."Mutia segera beranjak untuk menghampiri sumber keributan yang ada di rumahnya."Heh, apa kamu gak pernah diajari sopan santun!" hardik Mutia, "masuk rumah orang bukannya salam malah teriak-teriak macam orang gila, ini ruma

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 25. Seperti Simpanan Pria Kaya

    "Tuan ... Tolong dengarkan saya dulu!" Andrina terus mengekor kemanapun Gavin melangkah. Dia berusaha menjelaskan kejadian yang sebenarnya mengenai peristiwa malam itu."Jangan seperti ini! Saya minta waktu Anda semenit saja.""Saya mohon, Tuan."Akan tetapi, Gavin seakan menulikan telinga. Pria itu justru sibuk berkemas memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper daripada menanggapi ucapan wanita itu."Tuan, tolong jangan pergi! Dengarkan saya dulu.""Tuan, malam itu—"Andrina meneguk ludah kasar saat mendapat tatapan tajam dari Gavin. Nyalinya mendadak ciut saat merasakan aura mencekam di hadapannya. Namun, wanita itu tak ingin menyerah begitu saja tekadnya sudah kuat untuk memberitahu kejadian yang sebenarnya."Malam itu ... saya—""Diam, Andrina! Atau ‘ku robek mulutmu," gertak Gavin.Dia benar-benar tidak ingin diingatkan dengan peristiwa malam sialan itu. Akibat kejadian itu, dia telah mengkhianati Eric

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 25. Remuk Redam

    "Tuan, sadar! Tolong, jangan seperti ini! Ini tidak benar." Andrina berteriak berusaha menjauhkan tangan Gavin yang membelit erat tubuhnya.Gadis itu berusaha menjauhkan wajahnya dari serangan bibir atasannya. Gavin seperti orang kesetanan yang ingin melahap habis dirinya."Tuan Gavin, sadar! Tolong lepaskan saya!" "Tubuhmu wangi, Andrina. Aku suka," ucapnya lirih mirip seperti suara desahan."Anda kenapa? Kenapa jadi seperti ini? Aku mohon, lepaskan aku! Hiks ... Hiks...."Wanita itu meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari kungkungan atasannya. Air mata mulai mengenang di kedua matanya.Namun, semakin dia berusaha keras memberontak semakin membuat naluri Gavin tertantang. Pria itu justru membenturkan tubuh mungil sang sekretaris ke sebuah dinding, lalu menyerangnya dengan brutal, bahkan tidak mengindahkan permohonan Andrina yang meminta dilepaskan."Tuan, hentikan!" seru Andrina yang mulai kewalahan menghadapi serangan atasannya.Air mata lolos begitu saja ketika Gavin mula

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 24. Melaksanakan Rencana

    "Ingat! Selalu didekatku, jangan jauh-jauh!" bisik Gavin ketika mereka hendak memasuki lobby hotel bintang lima.Andrina mengangguk tanda paham."Usir setiap wanita yang mendekatiku! Terserah bagaimanapun caranya, aku tidak peduli.""Baik, Tuan."Keduanya terus berjalan hingga memasuki sebuah ruangan luas tempat acara diadakan. Suasana ballroom sangat meriah, alunan musik mengalun merdu menyapa pendengaran sepasang bos dan sekretaris itu. Si empu acara tampak menyapa satu per satu tamunya didampingi pasangannya, termasuk menyapa Gavin dan Andrina. Senyum ramah tak pernah pudar dari keduanya."Selamat datang, Gavin! Lama aku tidak melihatmu. Kau sudah sebesar dan setampan ini," seru Tuan Rendra seraya menepuk pelan kedua lengan pria itu.Gavin tersenyum tipis menanggapi. "Bagaimana kabar Mutia? Aku juga lama tak jumpa dengan mommy-mu." Giliran istri Tuan Rendra yang bertanya.Semua itu hanya basa-basi belaka. Sesungguhnya, wanita itu juga sudah mengetahui rencana istri almarhum sahaba

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 23. Rencana Tidak Berlaku

    "Apa kau pikir aku jatuh hati padamu?"Wanita itu semakin merapatkan tubuhnya pada pintu ketika melihat Gavin bergerak pelan mendekatinya. Sungguh hatinya merasa ketar-ketir saat ini."Katakan, Andrina!" bisik Gavin yang sudah menghimpit tubuhnya, bahkan gadis itu harus menahan nafas karena sapuan hangat nafas pria itu menerpa kulit wajahnya."Ma-maaf atas kelancangan saya, Tu-tuan. Bisakah Anda menyingkir?" Kedua tangan wanita itu menahan dada bidang yang hendak menempel pada tubuhnya."Tatap aku dan jawab pertanyaanku!"Seakan dihipnotis, Andrina menuruti perintah atasannya. Tatapannya terpaku pada manik coklat yang sejak tadi menatap lekat ke arahnya. Percayalah! Ritme jantungnya semakin tidak terkontrol."Apa kau pikir kau pikir, aku jatuh hati padamu?" Gavin mengulang pertanyaannya."Jawab saja! Aku butuh jawabanmu."Andrina mengangguk pelan. Dia refleks menutup mata saat melihat Gavin semakin memangkas jarak. Ingin rasanya, dia terlepas dari posisi ini, tetapi kenapa kakinya ter

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 22. Rencana Terselubung

    "Datanglah ke acara ini!" Mutia menyodorkan sebuah undangan ke hadapan putranya.Gavin tampak melirik sekilas, tidak niatan sedikitpun untuk meraih apalagi menyentuh undangan itu."Kenapa bukan mommy saja? Biasanya mommy yang antusias mendatangi acara-acara seperti itu.""Mommy ada acara di waktu yang sama Gavin! bisa, tidak? Sekali ini saja ... Turuti mommy. Kalau mommy tidak ada halangan, mom tidak akan repot-repot menemuinmu," sahut Mutia dengan menahan kekesalannya."Ya kalau mom ada halangan, mom tidak usah hadir, gitu aja kok repot," sahut Gavin seraya menunjuk dagu undangan di depannya."Jika si pemilik acara bukan sahabat baik daddy-mu, mommy tidak akan sebingung ini. Dia termasuk orang yang berjasa untuk perusahaan ini.""Jika tidak ada dia, mungkin perusahaan ini sudah gulung tikar puluhan tahun lalu. Sebab daddy-mu lebih sibuk mengurus wanita itu daripada bisnisnya," sambungnya."Jangan pernah menyebut dua keparat itu di depanku, meskipun mereka sudah mati rasa benciku tida

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status