Jangan Salahkan Aku Selingkuh

Jangan Salahkan Aku Selingkuh

By:  Santavero03   Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
5Chapters
306views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Dian seorang ibu rumah tangga yang setiap harinya bekerja mengurus rumah, anak dan suami. Dian, ibu muda yang begitu patuh dengan suami dan sangat menyayangi keluarga kecilnya. Sementara Arya suaminya tidak pernah memperlakukan Dian layaknya wanita yang ia cintai. Arya di sibukkan dengan pekerjaan. Rumah pun hanya sebagai tempat persinggahan saja. Karena kesibukan di luar rumah, Arya sampai lupa memberi perhatian kepada anak-anaknya terutama kepada Dian, istrinya. Kesabaran Dian pun di uji menghadapi sikap cuek Arya. Dian pun mulai jenuh dengan hari-hari yang ia hadapi. Hingga akhirnya ada celah yang membuat Dian lebih nyaman dengan pria lain. Siapa pria yang akan membuat Dian mendua? Baca novelnya sampai habis ya..

View More
Jangan Salahkan Aku Selingkuh Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
5 Chapters
Bab 1. Nafkah Dua Puluh Tiga Ribu Lima Ratus.
Langkahku tertahan dan segera menoleh cepat, saat mendengar suara tegas dari lisan suamiku. Kemudian pandanganku turun ke lembaran rupiah yang baru saja ia letakkan ke atas meja.Aku segera mengambil dan menggenggam lembaran rupiah itu tanpa menghitung jumlahnya terlebih dahulu. Kemudian kembali ke dapur. Paling jumlahnya hanya dua lembar uang sepuluh ribuan dan tiga lembar uang kertas seribuan, pikirku.Tidak pernah lebih atau pun kurang. Entah bagaimana caranya Mas Arya bisa mengumpulkan uang seribuan yang bagi sebagian orang sudah di remehkan, bahkan kalau tercecer tidak lagi di cari dan di anggap penting.Lembaran rupiah itu ia berikan bukan untuk kepentinganku pribadi, melainkan untuk kebutuhan hidup kami sekeluarga.Dua puluh tiga ribu rupiah. Yah..nafkah untuk tiap harinya yang ia berikan kepadaku. Tidak perlu di tanya apakah uang sebanyak itu cukup untuk kami sekeluarga dengan dua anak balita.Aku tidak pernah meminta lebih selama ini, cukup ia memberikan nafkah yang sewajarn
Read more
Bab 2. Mulai Jenuh
"Dian, semua udah siapkan?" tanya Mas Arya sesaat setelah menginjakkan kaki di teras rumah sepulangnya dari kantor.Aku terperanjat, sebab Mas Arya tidak memberitahu kalau ia akan pulang lebih awal. Sementara jadwal keberangkatannya adalah besok."Be..belum, Mas!" Dian tidak tahu kalau Mas akan berangkat sekarang, kan tadi Mas bilang berangkatnya besok," jawabku."Duh..kamu ini, besok atau hari ini apa bedanya!" kesalnya."I..iya..iya..Mas, Dian segera bereskan!" sahutku dan segera berlari ke kamar mempersiapkan pakaian dan keperluan lainnya sementara Mas Arya pergi mandi."Mas berangkat dulu!" "Iya Mas, hati-hati ya,"Nih.. untuk belanja selama Mas di luar kota," Mas Arya memberikan langsung ke tanganku. Kupikir selama tidak di rumah, ia akan memberikan uang belanja untuk dua hari.Namun tidak, Mas Arya tetap saja memberikan jumlah uang seperti biasanya. Seharusnya ia memberikan dua kali lipat, sebab selama ia pergi tentu saja aku tak bisa meminta. Kali ini kupandangi uang pemberi
Read more
Bab 3. Kenapa Belum Pulang Mas?
Seperti yang Mas Arya janjikan malam ini ia akan pulang. Sedari pagi hingga sore, aku sudah berbenah diri. Mulai dari mempersiapkan makan malam, hingga merapikan rumah.Aku tidak tahu pukul berapa tepatnya ia tiba di rumah. Tugasku hanya menyambut dan menciptakan suasana yang tidak membuatnya jengkel.Aku masih terus menunggu sampai mendapat kabar kalau kepulangannya di batalkan.Sudah hampir pukul dua belas malam. Aku gelisah, mengapa Mas Arya tidak menghubungiku kalau ia tidak jadi pulang malam ini. Terlalu malam kalau aku harus pergi ke rumah tetangga dan meminjam handphone untuk menghubungi Mas Arya, benakku.Aku mengerjap saat silau dari luar jendela menembus kedua netraku."Aku tertidur?!" pekikku tersentak sembari berdiri tegak."Aduh! Mas Arya!" spontan aku berlari ke kamar mencari keberadaannya. Kupikir ia sudah pulang."Tidak ada?! Atau.. jangan-jangan Mas Arya sudah pulang dan aku tertidur. Jadi aku tidak mendengar ia mengetuk pintu!" ocehku panik membayangkan kalau Mas A
Read more
Bab 4. Dimana Kamu.
Setiba di rumah sakit..Aku tidak lagi memperhatikan penampilanku. Tanpa mengganti pakaian terlebih dahulu aku segera menuju ke Rumah sakit. Aroma muntahan Rizky di pakaianku pun tidak lagi kurasakan.Saat Dokter memeriksa, tidak selangkah pun aku jauh darinya. Tangan mungilnya memegang erat jemariku. Sembari menatap lurus wajahnya. Ku seka airmata yang perlahan menetes di pipi ini.Rizky terbaring lemah di saat Mas Arya tidak bersama kami. Hal yang paling aku takutkan selama ini. Tidak hentinya aku meneteskan air mata. Jauh dari keluarga, mungkin itu salah satu yang membuat suasana hati kian memilukan. Setelah menikah aku memutuskan ikut dengan Mas Arya kemana pun ia di pindah tugaskan, termasuk pindah ke kota besar ini. Setelah ku pastikan Rizky terlelap, perlahanku lepaskan jemari mungilnya yang sedari tadi menggenggam jemariku. Aku pun melangkah ke kolidor menuju ruang administrasi. Niatku ingin menanyakan berapa lama lagi Rizky akan di rawat di rumah sakit ini.Aku takut uang y
Read more
Bab 5. Lingerie Siapa?
Aku tidak punya pilihan, setelah Dokter mengijinkan Rizky pulang.Hingga akhirnya aku menerima tawaran Mas Rian. Di tambah lagi rumah kami yang searah, dan kupikir tidak terlalu merepotkannya."Sudah Mas, kami turun di sini saja!" titahku setelah mobil yang di kendarai Mas Rian hampir memasuki kompleks perumahan kami."Kenapa? Kan masih di depan, sedikit lagi," sahutnya."Tidak usah Mas, kami di sini aja , tinggal beberapa langkah lagi kok," tolakku.Namun, mobil mewah ini tidak juga berhenti. Melihat ekspresi wajah Mas Rian, aku pun tidak ingin mengulangi permintaanku.Hingga akhirnya mobil mewahnya itu berhenti tepat di depan rumah kami."Tidak usah Mas, saya bisa sendiri," tolakku lagi. Aku menahan saat Mas Rian ingin ikut mengantar kami ke dalam rumah. "Pulanglah, Mas sudah banyak membantu kami hari ini. Terima kasih banyak, Mas!" "Entah bagaimana aku hari ini jika tidak ada Mas tadi, sekali lagi makasih ya, Mas," ucapku lirih."Sudah tidak usah berlebihan, aku dan Arya kan bert
Read more
DMCA.com Protection Status