Home / Fantasi / 30 Hari Bertukar Badan / BAB 5 - Mulai Berakting

Share

BAB 5 - Mulai Berakting

Author: Rahmani Rima
last update Last Updated: 2024-03-02 18:55:58

Tamara menikmati sikap hangat ibu yang selalu memanjakan dan memperhatikan banyak hal kecil padanya. Kini saat makan berdua, matanya tak henti menatap ibu yang tengah menuangkan kembali bubur Udang ke mangkuk yang ada didepannya.

“Kamu laper banget ya?”

Tamara tersenyum, “Masakan ibu enak.”

Ibu ikut tersenyum, “Makasih sayang. Ibu seneng kamu suka.”

“Bu, aku mau ke kantor hari ini.”

“Loh, emang udah baikkan? Kamu udah gak pusing lagi?”

Tamara menggeleng, “Aku lupa ada janji sama penulis lain.”

“Oh, Erik ya? Erik apa kabar, sayang?”

Tamara melotot, “Hah? Eum, baik, bu.”

“Udah lama Erik gak ke rumah. Kamu ajakin ya nanti.”

“Iya, bu, nanti aku ajakkin.”

“Progress buku dia sekarang gimana? Bagus?”

Tamara menggaruk rambutnya, “Bagus kayaknya, bu.”

“Kok kayaknya?”

“Eum... soalnya aku lupa.”

“Oalah, sangking banyaknya penulis yang ada dibawah naungan kamu, kamu sampe lupa ya. Kasian anak ibu.” Ibu mengelus lembut punggung tangan Tamara.

“Hehe, iya bu.”

“Kalo kamu mau, ibu bisa bilang sama mbak Indah buat ngurangin penulis yang kamu urusin bukunya. Ibu gak tega liat kamu stress.”

Tamara membetulkan kacamatanya, “Gak usah bu, aku sanggup kok handel semuanya. Gampang lah.”

“Ya udah kalo itu mau kamu. Oyah, tadi pagi ayah bilang paket kamu udah dikirim. Kemungkinan empat hari lagi baru sampe.”

“Paket apa, bu?” tanya Tamara antusias, “Paket jaket winter edisi terbatas ya?”

Ibu mengernyit, “Jaket winter? Sejak kapan kamu suka?”

Tamara berpikir cepat untuk menjawab pertanyaan ibu, “Eum, aku gak sengaja liat di internet, bu, jaket winternya bagus yang dari Moscow.”

“Oh, kamu mau? Nanti ibu bilang ke ayah ya buat di beliin.”

“Iya, bu, yang warna pink ya.”

“Kamu... mau warna pink?”

“Emangnya kenapa, bu? Jelek ya?”

Ibu menggeleng, “Bukan. Kamu ‘kan gak suka warna pink, sayang."

Tamara melongo. Ia tidak tahu apa-apa soal Kirana, “Eum... terserah ibu deh warnanya mau apa, aku ikut aja.”

“Iya, nanti ibu liat-liat katalognya dulu terus kita beli samaan.”

Tamara mengangguk. Ia kembali menyantap bubur Udang yang rasanya enaaaak sekali. Ketika tiba-tiba ia teringat mengenai Kirana yang di teriaki Reno di rumahnya, membuatnya makan dengan buru-buru.

“Makannya pelan-pelan aja, sayang, nanti keselek.”

“Aku baru inget ada jadwal bimbingan pagi, bu. Jadi aku ke kantor sekarang ya.”

Ibu melihat jam tangan yang bertengger ditangannya, “Sepagi ini?”

Tamara mengangguk. Ia bangkit dan minum air putih hingga tandas, “Aku pergi ya, bu, daaah.”

“Eh, kamu lupa sesuatu.”

Tamara menatap ibu lalu melihat tas tangan yang ia bawa. Tas tangan usang keluaran sepuluh tahun lalu. Dengan seksama ia mengecek isian tas tangannya. Ada ponsel, dompet, kunci mobil dan parfum bayi. Cuma itu yang bisa ia bawa di kamar Kirana.

“Semuanya udah lengkap kok, bu.”

Ibu menunjuk pipi kanannya, “Cium ibu.”

Tamara melongo. Kedua pipinya bersemu merah dan panas. Ternyata pipi memerah bukan hanya karena jatuh cinta pada lawan jenis. Ia menghampiri ibu dan mencium kedua pipinya gemas, “Aku sayang ibu, banget.”

“Ibu juga sayang Kirana, banget.”

Mendengar nama Kirana, ia lupa, bahwa ibu mencium dan menyayangi Kirana, bukan dirinya. Senyumnya luntur.

“Hati-hati ya anak kesayangan ibu.”

Tamara tersenyum getir. Kehangatan yang ia rasakan rasanya ingin sekali ia miliki. Kalau bisa ia ingin menukarkan hidupnya dengan Kirana. Ia akan merelakan Reno, ibu mertua dan anak semata wayangnya.

“Aku pergi ya, bu.”

“Iya.”

Tamara berjalan ke arah garasi untuk memanaskan mobil Kirana. Ia tidak mau kejadian kemarin terulang. Selagi memanaskan mobil ia meraih foto polaroid yang tergantung dekat kaca spion dalam. Itu adalah foto keluarga Kirana. Melihat fotonya saja sudah membuatnya cemburu maksimal. Ia belum bertemu ayahnya saja sudah bisa merasakan cinta yang diberikan pasti sebesar cinta ibu.

“Lo beruntung banget Kirana, punya orang tua kayak mereka.”

Setelah dirasa cukup, Tamara menstater mobil dan melajukannya dengan kecepatan penuh untuk bisa cepat sampai dirumahnya. Ia ingin sekali melihat Kirana yang terjebak dalam badannya, di teriaki dan di bentak Reno dan mamanya yang menyebalkan.

Di depan rumah keluarganya, dengan perasaan campur aduk antara kesal, marah dan bingung, Tamara berjalan cepat setelah memarkirkan mobilnya diluar pagar. Ia berharap Kirana masih ada disini dan belum berangkat ke kantor.

“Harusnya dia masih ada disini.”

Tamara berhenti melangkah saat melihat Kirana menahan lengan Reno did depan garasi, “Kita anterin Andin dulu aja, mas. Aku udah janji tadi sama dia.”

Reno melirik Kirana, “Kamu serius? Arah sekolah Andin beda sama arah ke kantor kita. Pasti bakal makan waktu yang lama di jalan.”

Kirana memegang lengan Reno, “Ayolah, mas, sekali ini aja. Karena hari ini kamu yang ngajak kita berangkat bareng, mau gak mau kamu pasti telat sampe kantornya. Aku janji, besok hal kayak gini gak akan terulang lagi.”

“Ada apa sih sama kamu? Tumben-tumbenan kamu mau nganterin Andin ke sekolah?”

Kirana mati kutu. Ia pikir itu adalah rutinitas harian Tamara, karena itu yang biasa Tamara katakan di sosial media.

“Kamu beneran kerasukan arwah baik?”

Kirana melepaskan tangan Reno, “Mas, kamu kok ngomong gitu?”

“Soalnya kamu aneh hari ini. Kamu tiba-tiba masak, tiba-tiba baik sama Andin. Bukan kamu banget.”

“Aku...” Kirana melirik ke samping kanannya. Ia mendapati Tamara berdiri menatap mereka. Matanya melotot, “Tamara?”

Reno mengikuti kemana mata Kirana melihat. Ia menatap Kirana yang berdiri mematung tak jauh dari tempat mereka bicara. Ia melirik Tamara yang berdiri disampingnya, “Kamu ‘kan yang Tamara, dia Kirana?”

Tamara dan Kinara melotot bersamaan.

Tamara menghampiri mereka, “Hai Na, eh Tamara, maaf gue kesini pagi-pagi. Mas Reno, maaf ganggu waktu kalian.”

Reno terpaku menatap Kirana, “Kamu ada perlu sama Tamara?”

Tamara mengangguk.

“Tumben. Aku pikir kalian... gak deket.”

Tamara memberi kode pada Kirana untuk bicara dengan Reno.

“Eum, aku... baru ketemu Ta, eh Kirana kemaren. Kita jadi sering komunikasi, mas.”

Reno mengangguk mengerti.

“Aku minta waktunya buat ngobrol sama Ta, eh Kirana sebentar.”

“Boleh. Aku ke dalem dulu.”

“Iya, mas.”

Tamara yang terjebak dalam tubuh Kirana menarik tubuh Kirana dan bersembunyi dibalik pohon bunga Asoka.

“Tamara?”

“Iya, ini gue.”

Kirana memegangi pipi dan lengan Tamara.

“Jangan pegang-pegang gue!” hardik Tamara.

“Ra, aku—"

“Ini pasti gara-gara elo ‘kan! Elo pake ritual apa sampe badan kita bisa ketuker kayak gini? Hah?”

Kirana menangis, “Aku gak mungkin ngelakuin itu, Ra. Itu gak mungkin terjadi juga ‘kan?”

“Terus kenapa badan kita ketuker gini? Lo bisa jelasin?”

Kirana menggeleng, “Aku juga gak tahu.”

“Elo yang muji-muji gue ‘kan kemaren? Bilang kalo hidup gue sempurna. Elo pasti baca mantra-mantra aneh biar bisa ngerasain jadi gue!”

Kirana menatap Tamara nanar, “Kamu pikir aku pengen ini terjadi? Menurut kamu emang ada cara yang bisa bikin badan kita ketuker cuma karena aku pengen ngerasain hidup kamu yang sempurna?”

Tamara diam. Benar juga ucapan Kirana. Kalau sebuah harapan bisa menukarkan sebuah badan, sudah dari dulu hal seperti ini terjadi lumrah di dunia ini.

“Gue gak bisa jadi elo selamanya, Na! Cariin cara gimana kita bisa balik ke tubuh masing-masing.”

“Ya aku pasti cari caranya, tapi gimana? Yang bisa kita lakuin sekarang cuma jalanin kehidupan kita yang terjebak ini.”

Tamara mendecek, “Lo bilang gitu pasti karena seneng ‘kan bisa jadi gue?”

Kirana tertawa sumbang, “Kamu pikir aku seneng harus masak pagi-pagi buat suami dan mertua kamu yang rewel? Sedangkan kamu ngerasain hidup enak dimanjain ibu aku?”

Tamara melotot mendengar fakta yang Kirana sebutkan. Ia malu ketahuan memiliki kehidupan tidak sempurna yang sering ia sembunyikan dari siapapun.

“Ibu aku? Maksud kamu apa, Ra?” Reno tiba-tiba berdiri didekat mereka.

Tamara dan Kirana terlonjak kaget karena takut Reno mendengar semua obrolan mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 22 - Menggali Informasi

    Tamara mengatur nafasnya yang terasa sesak. Ia berusaha tenang dan tak mencurigakan dihadapan Reno, “Oh iya, aku lupa, mas.”“Gak papa, waktu itu kamu lagi... berantakan banget. Karena omongan tante Ira ‘kan?"Tamara mendongak. Tante Ira itu siapa sih? Kenapa banyak orang yang membicarakannya? Ia menjadi sangat penasaran dengan sosok itu.Tamara mengangguk, “Iya, mas.”“Udah, jangan terlalu di ambil hati. Tante Ira gak tahu apa yang terjadi sama kamu.”Tamara membetulkan posisi duduknya, “Mas, aku boleh tanya sesuatu?”“Boleh, kenapa, Ki?”“Eum... menurut kamu perubahan penampilan aku gimana?”Reno diam. Ia hanya menatap manik Tamara datar.“Mas?”“Eum... perubahan kamu?”Tamara mengangguk. Ia begitu menunggu jawaban itu.“Aku agak kaget sih, tapi... ya kalo itu bisa bikin kamu nyaman dan merasa lebih percaya diri aku dukung. Lagian ‘kan kamu berniat mengubah penampilan dari dulu. Jadi aku gak terlalu terkejut. Kemaren waktu liat kamu tiba-tiba full makeup kayak Tamara, ak

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 21 - Bertemu Reno

    Setelah mencari cara untuk tidak ikut liburan ke Bandung bersama ayah dan ibu yang sekalian akan bertemu sanak keluarga yang lain, Tamara memiliki waktu yang lebih leluasa untuk keluar rumah.Menjadi Kirana membuatnya seperti terkurung dalam kasih sayang yang berlebih. Bukan ia tidak suka, terkadang ia hanya jengah dan tak terbiasa. Aturan Reno dan mama saja dirumah sering ia abaikan, kenapa ia harus mengikuti semua aturan ayah dan ibu yang memintanya tidak sering keluar rumah?“Gue harus cari tahu sendiri apa yang sebenernya terjadi antara Kirana sama mas Reno. Kirana gak mungkin ngaku. Dia pasti gak akan pernah jawab pertanyaan gue. Harapan gue cuma sama mas Reno.” monolognya sambil menyetir dengan kecepatan tinggi menuju kantor advertising milik Reno.Tidak butuh waktu lama, karena jalanan tidak seramai biasanya, mobil Tamara cepat sampai di kantor Reno. Ia memarkirkan mobilnya dan berjalan kesal karena menahan amarah yang teramat pada Kirana.Begitu berada di lobbi, Tamara yan

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 20 - Menahan Diri

    Tamara tak berselera makan. Sepulangnya dari rumah bertemu Kirana dan mendapati ia sudah melakukan hal itu dengan Reno membuatnya enggan melakukan apapun termasuk makan bersama ibu dan ayah. Ia terus duduk termenung di dalam kamar.Ibu dan ayah yang mengintip dari celah pintu yang terbuka sedikit merasa keheranan. Tadi pagi anak semata wayangnya begitu bersemangat memberikan oleh-oleh untuk teman barunya, Tamara, kenapa kini jadi seperti ini?“Ayah gak salah denger, bu? Kirana temenan sama orang yang bully dia waktu kuliah?” ayah melotot kaget ketika ngobrol berdua dengan ibu setelah mengintip Tamara yang sedang sedih.Ibu mengangguk, “Yah, sekarang orangnya udah berubah. Dia udah tahu kesalahannya dan menyesal. Emang apa salahnya mereka jadi temen?”“Bu, kita sama-sama tahu sifat Kirana bagaimana. Kalau ternyata Kirana hanya dimanfaatkan sama yang namanya Tamara-Tamara itu gimana?”“Ayah jangan berprasangka buruk sama Tamara. Anakny

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 19 - Enggan Kembali

    Pov KiranaSepulangnya mengantar Tamara pulang dan berbincang dengan ibu sebentar membuat Kirana memiliki energi lebih sore ini. Ia terus tersenyum bahagia karena kini ia punya cara untuk terus bertemu ibu.Reno yang baru bangun tidur melirik istrinya tanpa henti, “Sayang?"“Hm?"“Kamu kenapa senyum-senyum?”“Gak papa.”Reno bangkit dari posisi tidurannya, ia duduk disebalah Kirana, “Aku mau.”“Hm? Mau apa, mas?”Reno menggenggam tangan Kirana, “Andin ‘kan udah gede, udah saatnya kita kasih adek buat dia.”Kirana melotot, “Mas, jangan dulu.”“Kenapa?”“Eum... aku lagi banyak kerjaan. Aku harus beresin kerjaan aku.”“Sayang, ini ‘kan sabtu. Besok aja kelarinnya, oke?”Kirana tak punya alasan lagi. Ia diam saja saat Reno menciumi pipi dan lehernya. Ia tidak bisa menolak gejolak ini, apalagi ia sering membayangkan ini terjadi sedari dulu.Reno meremas kedua buah mochi Kirana, “Kita pindah ke kamar mandi yuk. Udah lama kita gak main disana.”Kirana tak menjawab, tapi ia ber

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 18 - Syarat Bertukar Kembali 1

    Tamara tak menyerah, ia terus mencari keberadaan nenek-nenek cantik namun aneh itu kemana-mana. Ia bahkan menghampiri dapur, barangkali nenek itu nyasar kesini.“Ada yang bisa kami bantu, mbak?” tanya pramusaji yang melihat Tamara kebingungan.“Eum...”“Mbak kehilangan anak mbak?”Tamara menggeleng, “Mbak, saya cari orang, tapi bukan anak saya. Saya cari... saya bisa lihat rekaman cctv dimana ya?”“Untuk itu mohon maaf, mbak, kami tidak bisa memberikan rekaman cctv sembarangan.”Tamara yang baru buka mulut melihat kedatangan manager kafe yang menghampiri mereka.“Ada apa ini?”Tamara menatap manager kafe yang seumuran dengan Reno itu, “Mas, saya lagi cari orang, dia... keluarga jauh saya, dia udah pikun. Saya takut dia... menghilang.’“Menghilang?”“Eum maksudnya.... dia nenek-nenek, umurnya sekitar tujuh puluh tahun. Neneknya udah agak pikun, jadi... mas ngerti ‘kan? Saya perlu cek c

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 17 - Nenek-Nenek Aneh

    Acara semalam berjalan dengan baik. Meskipun ada pertengakaran kecil antara Tamara dan Kirana karena lagi-lagi mereka membuat kesalahan di depan Erik dan Reno, setidaknya mereka bisa mengatasinya. Tamara sudah mengirimkan detail semua tentang dirinya pada Kirana, begitupun sebaliknya. Mereka terus berlatih sehingga sudah hari ke-empat akhirnya mereka terbiasa menjadi Tamara dan Kirana.Tamara kini tengah bersiap pergi bersama Kirana untuk membicarakan rencana mereka kedepannya.Tok-Tok-Tok“Sayang?”“Iya, bu?”“Itu temen kamu udah jemput.”Tamara mengernyit, “Temen gue ngejemput? Perasaan gue gak ada janji sama siapapun lagi deh."Dengan cepat Tamara membawa tasnya dan keluar dari kamar, “Siapa, bu?”“Namanya Tamara.”“Hah? Eum... oh, Tamara.”Ibu mengangguk, “Eum, sayang, sebelumnya ibu boleh tanya gak?”“Boleh, bu, kenapa?”“Tamara itu.. bukannya orang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status