Bagaimana jadinya jika dua badan seorang musuh tertukar selama 30 hari karena masing-masing merasa hidupnya lebih baik dari yang lain? Tamara yang memiliki kehidupan sempurna sebagai istri yang memiliki suami tampan dan kaya, anak yang lucu, karir yang cemerlang, merasa hidup Kirana yang belum menikah sangat menyedihkan. “Ternyata kehidupan gue lebih menyedihkan dari kehidupan lo.” Tamara yang berada ditubuh Kirana berkata pelan saat mereka bertemu. “Kehidupan kamu sempurna. Kamu cuma perlu menata hal-hal yang berantakkan.” Kirana melirik Tamara sendu. Dalam waktu 30 hari Tamara dan Kirana membuat kekacauan dan berusaha menyelesaikannya sebelum keajaiban badan mereka kembali tertukar. Apa saja kekacauan yang mereka lakukan hingga mereka enggan untuk kembali ke badan masing-masing karena terlanjur nyaman dengan badan baru mereka?
View MoreNamaku adalah Kanaya Meissa, seorang Ultimate Kagura Dancer. Aku suka menari karena aku memang hobi menari serta aku juga suka memasak masakan apa yang tunanganku sukai dan untungnya dia juga suka. Walaupun beberapa kali gagal dalam memasak, tapi aku terus berusaha untuk melakukannya dan akhirnya berhasil.
Disamping itu, aku orangnya gampang banget cemburu kalau dirinya kenal dengan seorang gadis. Maklum saja, mungkin karena aku sudah bersamanya sejak kami berumur 6 tahun. Kisah ini adalah kisahku yang mungkin menurut kalian sedikit aneh karena bagaimana bisa seorang penari bisa bersama dengan seorang penulis? Penulis puisi pula. Padahal kan yang namanya penulis puisi pasti dijauhin banyak orang.
Tetapi walaupun begitu, aku tetap mencintainya, Mengapa? Karena dirinya adalah lelaki yang akan menjadi pendamping hidupku. Oya, tunanganku ini disukai oleh banyak gadis disekolahku.
Sebagai tunangannya, kamu bisa bayangkan seperti apa rasanya menahan rasa cemburu. Memang dirinya selalu berbuat baik kepada setiap orang disekolah atau disekitar kami, tapi terkadang ada rasa sedikit tak suka ketika dia sering menolong seorang gadis.
Hingga saat ini, aku hanya ingin terus bersamanya karena orang tuaku sudah meninggal. Ayahku meninggal tatkala aku masih berumur 2 tahun, dan ibuku meninggal ketika aku kelas 1 SMP. Ini adalah kisahku, kisah yang menurutku adalah yang paling indah karena walau pahit ditinggal kedua orang tuaku, aku masih tetap memilikinya. Dan juga, dialah satu-satunya harapanku untuk hidup di dunia yang fana ini.
Ingin tahu bagaimana kisahku? Silahkan dibaca.
Di kuil inilah aku dilahirkan, di kuil ini aku dibesarkan, dan di kuil ini aku bertunangan dengannya. Begitulah kisahku yang mungkin hanya biasa saja menurutmu, namun hal terindah untukku. Aku dilahirkan tanggal 1 Januari yang bertepatan pada malam tahun baru, seketika itu ayah dan ibuku menyambutku dengan tangis dan senyum bahagia. Pekerjaan ayahku adalah pembuat kue dan manisan dan disamping itu juga ayahku sering melakukan tarian Obon. Ibuku juga bisa membuat kue dan manisan, jadinya bisa membantu ayah untuk membuatnya serta ibuku juga seorang penari Kagura. Jadi bisa kamu bayangkan kalau bakatku menurun dari ibuku.
Setiap hari, ibuku membantuku untuk berlatih menari namun yang namanya anak kecil yang masih belum mengerti, aku hanya menari sesuka hati yang bahkan ibuku juga tertawa serta mengikuti gerakanku menari.
Saat umurku 2 tahun
Suara sirine kebakaran terjadi di kota kecil kami, semua warga termasuk ayahku membantu warga yang kebakaran. Namun anak dari salah satu warga kami ketinggalan seekor kucing peliharaannya, ayahku melihatnya di dekat jendela kamar anak itu dan ayahku langsung menerobos kobaran api. Kucing tersebut selamat berkat ayahku. Namun, ayahku belum keluar dari kebakaran tersebut, ibuku dan aku berdoa dan berharap semoga beliau selamat.
Namun apalah daya ternyata takdir berkehendak lain, ayahku meninggal dunia dan meninggalkan aku serta ibuku. Aku menangis serta ibuku juga ikut menangis sambil memelukku, dan sejak saat itu aku trauma. Bukan karena ayahku meninggal, bukan karena benci kepada anak yang kehilangan kucing, tetapi pada kucing itu sendiri. Ya, karena kucing itu, ayahku yang aku cintai meninggal dan sejak saat itu, aku membenci kucing.
Sudah 4 tahun ayahku pergi meninggalkanku dan ibuku. Aku mulai sedikit terbiasa dengan keadaanku. Namun, setiap tahun aku selalu berdoa di kuburan ayahku agar arwahnya tenang disana. Aku terus berlatih menari dan membuat kue serta manisan walau umurku masih 6 tahun. Setiap hari selalu begitu, bahkan aku sendiri juga bosan kalau hanya begitu saja setiap hari, namun kubuang semua kebosanan itu dengan senyuman manis yang terlihat diwajahku. Senyuman manis yang mampu membuat ibuku hilang lelahnya ketika selesai membuat kue dan manisan untuk dijual.
Kami menjual kue dan manisan setiap hari sabtu dan minggu karena ibuku perlu membuat kue dan manisan setiap hari senin hingga jumat. Dan untungnya kue dan manisan yang dibuat ibuku selalu habis terjual bahkan banyak pembeli tidak kebagian karena larisnya.
Perjumpaan pertamaku
Saat itu, aku dan ibuku pergi membeli bahan masakan serta bahan untuk membuat kue dan manisan di kota. Sepulang dari membeli bahan tersebut kami melihat ada seorang anak lelaki terjatuh di halaman pekarangan rumah kami. Anak lelaki tersebut pingsan serta kelihatannya dia kurang terurus untuk anak seumurnya. Ibuku langsung menggendong anak itu dan aku membantu ibuku membawa bahan untuk memasak serta bahan untuk membuat kue dan manisan.
Aku pun harap-harap cemas melihat keadaannya. Dan aku berpikir apakah dia berlari dari tempat yang jauh atau bukan, namun pertanyaan itu nanti saja aku tanyakan hingga anak itu siuman.
"Bu, dia masih belum sadar ya?" tanyaku.
"Belum Mei-chan ... mungkin sebentar lagi," jawab ibuku dengan tersenyum.
Tak lama kemudian, anak lelaki itu pun siuman.
"Dimana aku?" dia bertanya lembut.
"Kamu berada di rumah kami nak," jawab ibuku.
Perlahan-lahan anak itu membuka matanya dan dia melihatku dan ibuku yang tersenyum bahwa dia tidak apa-apa.
"Darimana asalmu nak," tanya ibuku.
"Dari desa Yuma bi," jawab anak lelaki itu.
"Bu, desa Yuma itu dimana?" tanyaku.
"Desa Yuma itu letaknya 4 hari perjalanan dari sini," jawab ibuku dengan tersenyum.
"Wah, dia hebat ya selama itu berjalan sampai tempat ini," kagumku padanya.
"Oya, siapa namamu nak," tanya ibuku lagi.
"Namaku Danny AR, umurku 6 tahun," jawab anak itu
"Nama bibi, Kanaya Yuuko dan ini anak bibi Kanaya Meissa," ucap ibuku sambil tersenyum.
"Salam kenal Kanaya-san," ucapnya padaku.
"Panggil saja aku Mei," ucapku dengan wajah yang memerah.
Siapa sangka kalau pertemuan pertama kami adalah hal yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia sungguh tampan untuk anak yang seusia denganku. Dia bercerita bagaimana dia bisa sampai kesini, dan alangkah terkejutnya kami kalau dirinya melarikan diri karena dirinya mau dikorbankan untuk sesembahan iblis. Aku dan ibuku menangis karena tak menyangka bahwa anak seumurnya harus menghadapi situasi mengerikan seperti itu. Aku berdiskusi dengan ibuku bagaimana kalau kita merawat anak ini bersama-sama dan lagipula anak ini yatim piatu. Dan ibuku mengizinkan, namun dengan satu syarat kalau anak itu mesti membantu kami dan anak itu setuju sambil tersenyum dan berterima kasih pada ibuku.
Dan aku sungguh takjub pada senyumannya, apakah dia benar-benar anak kecil atau bukan. Senyumannya itu kalau kubayangkan seperti malaikat di pagi hari yang memanggilku dengan cinta. Dan mulai saat ini, dirinya sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Serta siapa tahu aku yang akan menjadi istrinya kelak. Karena harus membiarkan Danny-kun beristirahat karena lelah, aku dan ibuku membiarkan Danny-kun tidur dan sungguh tak kusangka kalau ternyata anak lelaki itu kalau tidur seperti bayi. Ingin aku mengusap rambutnya namun aku takut dia akan terbangun dan ibuku akan memarahiku.
CHAPTER 1 - My Childhood And My First Meet
end
Tamara mengatur nafasnya yang terasa sesak. Ia berusaha tenang dan tak mencurigakan dihadapan Reno, “Oh iya, aku lupa, mas.”“Gak papa, waktu itu kamu lagi... berantakan banget. Karena omongan tante Ira ‘kan?"Tamara mendongak. Tante Ira itu siapa sih? Kenapa banyak orang yang membicarakannya? Ia menjadi sangat penasaran dengan sosok itu.Tamara mengangguk, “Iya, mas.”“Udah, jangan terlalu di ambil hati. Tante Ira gak tahu apa yang terjadi sama kamu.”Tamara membetulkan posisi duduknya, “Mas, aku boleh tanya sesuatu?”“Boleh, kenapa, Ki?”“Eum... menurut kamu perubahan penampilan aku gimana?”Reno diam. Ia hanya menatap manik Tamara datar.“Mas?”“Eum... perubahan kamu?”Tamara mengangguk. Ia begitu menunggu jawaban itu.“Aku agak kaget sih, tapi... ya kalo itu bisa bikin kamu nyaman dan merasa lebih percaya diri aku dukung. Lagian ‘kan kamu berniat mengubah penampilan dari dulu. Jadi aku gak terlalu terkejut. Kemaren waktu liat kamu tiba-tiba full makeup kayak Tamara, ak
Setelah mencari cara untuk tidak ikut liburan ke Bandung bersama ayah dan ibu yang sekalian akan bertemu sanak keluarga yang lain, Tamara memiliki waktu yang lebih leluasa untuk keluar rumah.Menjadi Kirana membuatnya seperti terkurung dalam kasih sayang yang berlebih. Bukan ia tidak suka, terkadang ia hanya jengah dan tak terbiasa. Aturan Reno dan mama saja dirumah sering ia abaikan, kenapa ia harus mengikuti semua aturan ayah dan ibu yang memintanya tidak sering keluar rumah?“Gue harus cari tahu sendiri apa yang sebenernya terjadi antara Kirana sama mas Reno. Kirana gak mungkin ngaku. Dia pasti gak akan pernah jawab pertanyaan gue. Harapan gue cuma sama mas Reno.” monolognya sambil menyetir dengan kecepatan tinggi menuju kantor advertising milik Reno.Tidak butuh waktu lama, karena jalanan tidak seramai biasanya, mobil Tamara cepat sampai di kantor Reno. Ia memarkirkan mobilnya dan berjalan kesal karena menahan amarah yang teramat pada Kirana.Begitu berada di lobbi, Tamara yan
Tamara tak berselera makan. Sepulangnya dari rumah bertemu Kirana dan mendapati ia sudah melakukan hal itu dengan Reno membuatnya enggan melakukan apapun termasuk makan bersama ibu dan ayah. Ia terus duduk termenung di dalam kamar.Ibu dan ayah yang mengintip dari celah pintu yang terbuka sedikit merasa keheranan. Tadi pagi anak semata wayangnya begitu bersemangat memberikan oleh-oleh untuk teman barunya, Tamara, kenapa kini jadi seperti ini?“Ayah gak salah denger, bu? Kirana temenan sama orang yang bully dia waktu kuliah?” ayah melotot kaget ketika ngobrol berdua dengan ibu setelah mengintip Tamara yang sedang sedih.Ibu mengangguk, “Yah, sekarang orangnya udah berubah. Dia udah tahu kesalahannya dan menyesal. Emang apa salahnya mereka jadi temen?”“Bu, kita sama-sama tahu sifat Kirana bagaimana. Kalau ternyata Kirana hanya dimanfaatkan sama yang namanya Tamara-Tamara itu gimana?”“Ayah jangan berprasangka buruk sama Tamara. Anakny
Pov KiranaSepulangnya mengantar Tamara pulang dan berbincang dengan ibu sebentar membuat Kirana memiliki energi lebih sore ini. Ia terus tersenyum bahagia karena kini ia punya cara untuk terus bertemu ibu.Reno yang baru bangun tidur melirik istrinya tanpa henti, “Sayang?"“Hm?"“Kamu kenapa senyum-senyum?”“Gak papa.”Reno bangkit dari posisi tidurannya, ia duduk disebalah Kirana, “Aku mau.”“Hm? Mau apa, mas?”Reno menggenggam tangan Kirana, “Andin ‘kan udah gede, udah saatnya kita kasih adek buat dia.”Kirana melotot, “Mas, jangan dulu.”“Kenapa?”“Eum... aku lagi banyak kerjaan. Aku harus beresin kerjaan aku.”“Sayang, ini ‘kan sabtu. Besok aja kelarinnya, oke?”Kirana tak punya alasan lagi. Ia diam saja saat Reno menciumi pipi dan lehernya. Ia tidak bisa menolak gejolak ini, apalagi ia sering membayangkan ini terjadi sedari dulu.Reno meremas kedua buah mochi Kirana, “Kita pindah ke kamar mandi yuk. Udah lama kita gak main disana.”Kirana tak menjawab, tapi ia ber
Tamara tak menyerah, ia terus mencari keberadaan nenek-nenek cantik namun aneh itu kemana-mana. Ia bahkan menghampiri dapur, barangkali nenek itu nyasar kesini.“Ada yang bisa kami bantu, mbak?” tanya pramusaji yang melihat Tamara kebingungan.“Eum...”“Mbak kehilangan anak mbak?”Tamara menggeleng, “Mbak, saya cari orang, tapi bukan anak saya. Saya cari... saya bisa lihat rekaman cctv dimana ya?”“Untuk itu mohon maaf, mbak, kami tidak bisa memberikan rekaman cctv sembarangan.”Tamara yang baru buka mulut melihat kedatangan manager kafe yang menghampiri mereka.“Ada apa ini?”Tamara menatap manager kafe yang seumuran dengan Reno itu, “Mas, saya lagi cari orang, dia... keluarga jauh saya, dia udah pikun. Saya takut dia... menghilang.’“Menghilang?”“Eum maksudnya.... dia nenek-nenek, umurnya sekitar tujuh puluh tahun. Neneknya udah agak pikun, jadi... mas ngerti ‘kan? Saya perlu cek c
Acara semalam berjalan dengan baik. Meskipun ada pertengakaran kecil antara Tamara dan Kirana karena lagi-lagi mereka membuat kesalahan di depan Erik dan Reno, setidaknya mereka bisa mengatasinya. Tamara sudah mengirimkan detail semua tentang dirinya pada Kirana, begitupun sebaliknya. Mereka terus berlatih sehingga sudah hari ke-empat akhirnya mereka terbiasa menjadi Tamara dan Kirana.Tamara kini tengah bersiap pergi bersama Kirana untuk membicarakan rencana mereka kedepannya.Tok-Tok-Tok“Sayang?”“Iya, bu?”“Itu temen kamu udah jemput.”Tamara mengernyit, “Temen gue ngejemput? Perasaan gue gak ada janji sama siapapun lagi deh."Dengan cepat Tamara membawa tasnya dan keluar dari kamar, “Siapa, bu?”“Namanya Tamara.”“Hah? Eum... oh, Tamara.”Ibu mengangguk, “Eum, sayang, sebelumnya ibu boleh tanya gak?”“Boleh, bu, kenapa?”“Tamara itu.. bukannya orang
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments