Bab 27
Obrolan
Pembicaraanku dan Elena terhenti sejenak karena seorang pelayan yang menghampiri meja kami, memberikan pesanan Elena, kopi dangdang dalam secawan cangkir putih.
Elena menyeruput kopi dangdang perlahan lalu meletakan kembali cangkir yang dipegangnya ke atas piring kecil. “Rasanya enak. Kamu udah pernah coba sebelumnya?” tanya Elena mengubah topic pembicaraan kami. Ia nampak berhasil mengontrol dirinya dengan baik.
“Hmm,” dehemku malas.
Elena menatap ke arah jendela yang berada di samping kami, lalu mendesah dengan kesal. “Hujan,” katanya pendek.
Aku melihat ke arah luar dan terdiam cukup lama. Hujan tiba-tiba deras dan mengguyur sekitar pemukiman Kafe Dangdang. Kulihat banyak orang berlalu lalang demi tidak terkena air hujan yang membasahi pakaian mereka.
“Aku kira hari ini bakal cerah. Sayang banget turun hujan,” kata Elena lagi, lalu melirikku. Kami
Happy Reading>>>***Bab 28Musuh dalam SelimutSetelah mendapatkan verifikasi akurat dari Elena, aku pun sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Fatiya. Alhasil setelah pertemuanku dan Elena selesai pukul 1 siang, aku pun sengaja segera menemui Fatiya.Aku menghubungi Fatiya melalui whatsapp karena ia sedang dalam mode online. Fatiya pun segera membalas pesanku.[Fatiya : Ada apa, Tita?]Aku segera membalasnya. [Aku mau ketemu sekarang. Kalau boleh tahu kamu ada di mana? Biar aku yang nyamperin kamu.][Fatiya : Urgent banget ya? Emang ada apa?][Enggak ada apa-apa kok. Kamu ada apa? Aku Cuma mau ngobrol sebentar sama kamu. bisa?][Fatiya : Bisa, Tita. Aku lagi ada Mall Popokrat. Di lantai 4, di restoran Kiorado.][Kamu sama siapa di sana? Apa aku bisa ngobrol berdua, nanti?]
Hari ini terasa begitu berat saat aku mengetahui semuanya secara jelas. Selama ini, aku sudah bersikap gegabah dan keras kepala. Seharusnya aku jauh lebih dewasa dengan mendengarkan penjelasan Reino lebih dulu. Ah, tidak … Reino juga sejak awal memang tidak bisa jujur padanya hingga kesalahpahaman ini lebih melingkar dan seolah tak berujung selain menjadi kesalahan Reino seutuhnya.Tak kusangka sebelumnya, ternyata dalang semua ini adalah teman dekatku. Orang yang kuanggap sangat baik dan kuanggap sebagai orang yang meginspirasi, malah menjadi penyebab kemarahanku. Pernikahanku yang baru kujalani sudah berada di ujung tanduk karena ulahnya.Bersyukur, aku mengetahui semuanya sebelum pernikahanku dan Reino benar-benar berakhir. Semua itu berkat Elena, karena ia mau dan berani speak up tentang kejahatan Fatiya.Suara pintu kamar terbuka dan kulihat Reino masuk dengan wajah yang memancar senyum tipis. “Gimana tadi obrolan kamu da
Setelah perjuangan panjang menahan kontraksi yang makin menjadi-jadi. Akhirnya putra kecilku terlahir dengan selamat. Seperti yang kubayangkan, ia mirip ayahnya.Reino sangat bersuka-cita dengan kelahirannya. Ia tidak berhenti menatap wajah lelap buah hati kami.“Udah deh jangan dilihatin terus,” cetusku membuat Reino menatapku dengan cengiran kudanya.“Habis dia kecil banget, lucu. Kayak miniatur.”“Ngaco!” Aku tertawa. Sekarang aku masih berada di rumah sakit setelah melakukan persalinan yang terjadi hingga 12 jam lamanya menahan sakit.“Makasih ya, Tit. Kamu udah berjuang melahirkan anakku.” Reino memelukku dari samping.“Anak kita, Rei,” ralatku.Reino berdehem. “Kita sekarang udah jadi orangtua. Tanggung jawabku pun sudah bertambah satu lagi. Semoga dalam masa kepemimpinanku sebagai kepala keluarga kalian bahagia ya.”“A
Bab 1Kisah Masa LaluAku berlari dengan ransel besar berwarna merah marun dan tas jinjing besar berwarna hitam dengan motif hello kitty. Tas jinjing yang kubawa dengan motif hello kittynya ini adalah hadiah dari salah satu produk pembalut wanita yang pernah kubeli di salah satu marketplace online beberapa bulan yang lalu.Setelah sampai tujuan, aku melihat sekitarku dengan bingung. Aku merasa tidak yakin dengan hal yang akan kulakukan. Lari dari pria brengsek itu segera, secepatnya, dan sejauh mungkin.Hatiku kembali merasa tidak enak saat mengingat pria yang kucintai itu. Tidak, Demi Tuhan, aku berjanji tidak akan mencintainya lagi. Sudah cukup waktunya yang berharga ia sia-siakan dengan jatuh cinta pada sosok sepertinya.Aku menghampiri sebuah layar digital berukuran besar yang menampilkan informasi keberangkatan kereta. Aku membacanya dengan seksama dan mengetahui kereta Tirta Arum y
Bab 2 Kota CirebonPerjalanan menuju Cirebon terasa sangat menyedihkan saat ini. Meskipun sejak tadi banyak orang berlalu lalang, tapi hatiku rasanya sedang berada di tempat lain. Berharap kalau pelarianku saat ini hanya mimpi dan sekadar angan-angan burukku.Tapi lamunanku buyar saat mendapat pesan dari pria yang paling kubenci saat ini. Pria yang akhirnya mau melepasku sebagai istrinya. Lagipula mengapa aku harus sudi mendampinginya jika di hari pernikahan kami, ia justru bercumbu dengan wanita lain? Aku harus menahan kesabaranku berapa lama lagi untuk bersama dengannya dengan kebencianku ini? Jujur aku sudah tak sanggup.Reino : [Kamu pergi ke mana? Jangan tinggalin aku, Bee. Please. Ini semua kesalahpahaman.]Kesalahpahaman? Aku berdecak kesal membaca pesan dari Reino. Dasar laki-laki brengsek. Aku sudah bertanya langsung pada wanita sialan itu jika memang ia menggoda
Bab 3 FlashbackFlashback OnSetelah melakukan pendaftaran ulang yang dilakukan oleh staf tata usaha, aku dan beberapa kawan baruku pun bisa pulang.Kami bertiga berjalan bersama melewati koridor. Aku berjalan di tengah dua teman baruku. Di sebelah kanan, ada gadis cantik dengan tinggi semampai hingga 165cm. Namanya Bella Farasya, lulusan SMA 2 Cirebon. Ia sudah mulai tinggal di Kost Putri Adinda yang letaknya di belakang kampus dan hanya perlu menggunakan 1 kali jalur angkutan kota.Berbeda dengan Bella, di samping kirinya ada Fatiya Hanum, gadis kalem yang terlihat menawan saat memakai kerudung lebar berwarna olive. Tinggi Fatiya sama sepertiku, tidak terlalu tinggi, sekitar 154cm. Meskipun begitu, kami tetap percaya diri.Berbeda denganku dan Bella, rumah Fatiya masih terjangkau dari kampus. Hanya 2 kali jalur angkutan kota, atau sekali naik bus.
Bab 4Kedatangan ReinoKeesokan paginya aku terbangun dengan tubuh yang sedikit kaku. Bagaimana tidak, aku baru saja melakukan perjalanan jauh dari Jakarta ke Cirebon. Meskipun tidak terlalu jauh juga dengan memakan waktu sekitar 3 jam, tapi tetap saja badanku rasanya pegal.Kulihat jendela kamarku masih hanya tertutup kain kerudung seadanya dengan seberkas cahaya yang masuk. Aku sengaja merangkak dan menyibak kain itu sedikit, mengeluarkan kepalaku dan melihat kondisi di luar yang sudah pagi.Tidak terlalu lama berada di sana, aku pun bangkit berdiri. Mengambil handuk lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelah selesai berganti pakaian dan sholat shubuh yang nyaris terlambat itu, aku pun ke ke luar dari rumah untuk mencari sarapan.Baru saja ke luar dan memakai sandal rumah berwarna putih, kulihat tepat tetangga rumahku ternyata
Bab 5 Kedekatan KitaSuara ketukan pintu terdengar beberapa kali namun aku tetap mengabaikannya. Reino tidak pantas mendapatkan kesempatan, pria brengsek itu lebih pantas ditinggalkan.Setelah beberapa saat, aku tidak mendengar bunyi ketukan lagi. Pasti Reino sudah pergi. Entah ke mana aku tidak peduli.Kakiku ditekuk lalu kupeluk diriku sendiri dengan erat. Aku tidak mau bertemu dengannya lagi. Setidaknya aku tidak mau bertemu untuk sekarang ini, aku butuh waktu untuk menenangkan diri.Aku menangis perlahan saat mengingat wajah Reino dulu. Wajah tampannya yang sangat gagah. Suaranya hangat dan senyumannya menawan. Aku sungguh jatuh cinta padanya. Bagiku, Reino sangat istimewa. Kukira dia jodoh sempurna untukku, tapi ternyata diawal pernikahan kami, ia sudah mengecewakanku.***Flashback OnWajah tampan seorang