Share

TEFLON SENJATA AMPUH.

Seorang pria berkepala plontos sedang membawa senjata masuk ke dapur. Pria itu tidak sengaja menangkap Davey duduk di lantai sambil merayu Luna.

Luna dan Mia terkejut melihat pria berkepala plontos tersebut. Mereka tidak pernah terpikirkan kalau dirinya terjebak. Bayangkan saja, saat sang Tuan mudanya sedang tidak baik-baik saja, musuh sudah berada di hadapannya. Ditambah lagi, pria berkepala plontos itu membawa banyak pengawal.

"Ini akak orangnya yang tadi merencanakan akan menangkap tuan muda." Mia sengaja mengeraskan suaranya.

"Wait?" Luna berdiri kemudian mendekati Mia.

"Oh jadi orang ini? Ya... Aku tahu itu." Luna semakin gelisah karena tuan mudanya tidak sadar-sadar.

"Serang mereka! Bawa Davey ke Tuan Bruno." Pria itu berteriak dengan kencang.

Luna hanya memutar bola matanya dengan malas. Gadis berambut panjang itu sudah mengetahui kebodohan pria berkepala plontas tersebut. Sebelum terjadi serangan, Luna memiliki informasi tentangnya.

"Serang! Serang! Enak saja kamu! Apa kamu nggak mikir kalau rumah ini rusak?" Luna berteriak balik hingga membuat pria berkepala plontos itu ketakutan.

Memang yang namanya makhluk terkuat di bumi ini adalah kaum hawa. Banyak sekali pria ataupun makhluk hidup lainnya tunduk saat kaum hawa sudah mengeluarkan taringnya. Apalagi kalau kaum hawa tersebut sedang datang bulan. Bisa-bisa emosinya meledak tidak terkontrol.

Mengingat bonus yang dijanjikan oleh Bruno sangat besar, pria berkepala plontos itu tidak memperdulikan Luna. Ia meminta para pengawalnya menyerang rumah yang disewa Luna. Penyerangan itu tidak dapat dihindarkan. Luna dan Mia benar-benar kebingungan. Disebabkan kedua kakak beradik itu, tidak membawa senjata apapun.

"Apa-apaan ini?" teriak Luna yang tidak terima dengan kedatangan mereka.

"Serahkan tuan mudamu! Kau kami lepaskan dengan selamat!" teriak pria berkepala peluntas itu dengan lantang.

Teringat ada sebuah teflon di atas kompor. Kebetulan teflon itu masih panas. Luna segera mengambil teflon sambil berteriak, "Bawa tuan muda! Aku segera menyusul kalian!"

Luna memerintahkan Mia segera membawa Davey. Dengan cepat Mia menarik tubuh Davey. Namun Davey malah asik dan tersenyum melihat penyerangan tersebut.

"Ayolah tuan muda, janganlah seperti ini. Kita harus pergi dari sini." Mia berjongkok sambil merayu Davey.

Bukannya berdiri, Davey malah asik melihat Luna siap-siap menyerang balik. Lebih kocaknya lagi, Davey mengomentari gaya bertarung para pengawal pria berkepala plontos itu. Alhasil Mia menjadi bingung dengan Tuan mudanya.

"Mereka dari mana asalnya? Bisa-bisanya ilmu bela diri mereka sangat payah!" Davey mengejek mereka secara terang-terangan.

Luna menyerang para pengawal tersebut. Meski dirinya memakai teflon, Luna dengan lihai bisa melayani mereka penuh senyum liciknya. Banyak jurus-jurus yang dikuasai Luna. Salah satunya adalah Misteri Teratai Di Lereng Gunung.

"Kalau kalian tidak mundur dalam waktu beberapa menit saja! Aku yakin kalian akan meregang nyawa sekarang juga!" Meski bertarung Luna mengancam mereka.

Mereka hanya tertawa terbahak-bahak. Mereka meremehkan senjata Luna. Akan tetapi mereka tidak tahu, kalau senjata tersebut sangat ampuh jika mengenai kepala.

Benar saja, Luna memukul salah satu pengawal tersebut mengenai kepala. Meski tidak cukup kuat, pengawal tersebut merasakan pusing berkunang-kunang. Bukan berarti sang pengawal tersebut tidak sarapan terlebih dahulu. Tak lama pengawal itu langsung pingsan dan menghembuskan nafas terakhirnya.

"Tuh kan, sudah kubilang apa? Sekarang lihatlah pengawalmu itu tewas!" Luna mengayunkan teflon tersebut. Lalu salah satu pengawalnya berteriak minta ampun.

"Ampun!" teriak pengawal itu karena sudah dari tadi sudah merasakan pukulan teflon maut tersebut.

Melihat salah satu pengawalnya tewas, pria berkepala plontos tersebut bergegas menarik mereka. Pria tersebut tidak ingin ada mayat bergelimbangan. Mereka akhirnya pergi meninggalkan Luna.

"Eh, bawa dulu mayat temanmu itu! Aku nggak mau ngurusin mayat seperti ini! Bilang sama Bruno, jika sampai mengirim pengawal secara terus-menerus, Aku yang akan membakar markas terbesarnya itu!" Luna menatap tajam dengan penuh amarah.

Sebelum pergi mereka membawa mayat temannya itu. Luna hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia berpikir kalau orang suruhannya Bruno memang tidak berguna sama sekali.

"Kenapa mereka pergi?" Wajah Davey berubah memelas.

Sontak saja Mia terkejut. Mia tahu Kalau tuan mudanya tidak suka melihat orang-orang sedang bertengkar. Mia sendiri bingung kemudian matanya melihat ke arah Luna.

"Akak, tuan muda sekarang berubah! Tuan muda tidak mau pergi dari sini," ucap Mia sambil menunduk ketakutan.

Luna mengusap wajahnya dengan kasar. Dirinya frustasi sebab tuan mudanya tidak mau pergi dari sana. Ia takut mereka akan membawa Tuan mudanya ketika lengah.

"Tuan muda, kenapa kamu tidak ingin keluar dari sini?" Luna berubah menjadi lembut.

Davey mengacungkan jempol ke arahnya. Ia tersenyum bahagia melihat Luna berhasil mengusir orang-orang tersebut. Jujur, Luna tidak suka itu. Luna ingin sekali menghajar Tuan mudanya sekarang juga.

Tapi apa mau dikata? Sang Tuan mudanya tersebut berdiri dan mendekati Luna. Davey sedari dulu tidak menyukai Luna, tiba-tiba saja tangannya memegang tangan mungil Luna. Bahkan Davey ingin memeluk Luna saat ini juga.

"Oh ratuku, kamu tidak berubah ya? Kamu hanya berubah casing-nya saja." Davey memuji kehebatan Luna.

Luna kesal. Ingin marah percuma saja. Lagian kalau marah juga, Davey tidak pernah memperdulikannya. Yang lebih parahnya lagi, Davey memilih tidur atau memancing.

"Akak," seru Mia. "Kenapa dengan tuan muda?"

Luna menatap langit-langit. Ia bingung harus menjelaskan dari mana awalnya. Ia mulai mengingat ketika dirinya belum pergi ke warung. Namun ingatannya itu seakan hilang. Luna berusaha mencoba mengingatnya kembali.

"Aku kan tadi selesai memasak. Aku lupa kalau kopinya tuan muda habis. Terpaksa Aku tinggalkan pergi ke warung terlebih dahulu. Nasi goreng yang dibuat sengaja aku tinggalkan di meja. Sebelum pergi aku membaca mantra. Tanpa kusadari aku salah mantra. Aku ingin menambah kekuatan tubuhku. Beberapa hari yang lalu aku tidak mengikuti ritual bulan purnama. Saat pergi ke warung, aku teringat mantra tersebut. Aku terkejut dan berharap tidak ada orang yang memakannya. Setelah membayar belanjaanku semuanya, aku bergegas pulang ke rumah. Aku melihat tuan muda pingsan. Makanan di atas meja pun lenyap dimakan tuan muda." Luna menceritakan awal mula sang Tuan mudanya berubah total.

Mia matanya melotot ke arah Davey. Ia tidak percaya kalau Tuan mudanya berubah total. Mia berharap akan ada keajaiban supaya Davey cepat sembuh.

Tiba-tiba saja Davey bangkit kembali. Davey sangatlah marah terhadap penghuni baru di raganya itu. Davey meminta orang tersebut pergi dari raganya.

"Eh Tuan, pergilah dari tubuhku. Aku merasa sesak dengan ragaku ini," ujar Davey.

"Sebentar Kak, memangnya Kakak membaca mantra apa?" Mia tidak mendapatkan penjelasan dari Luna.

"Pemanggilan raja naga yang sudah disegel," jawab Luna.

Tubuh kedua gadis itu melemas. Masalah satu, Davey dikejar-kejar sama para pengawal Bruno belum selesai. Sekarang tambah lagi satu. Mereka pusing harus berbuat apa? Inilah yang membuat kedua gadis itu tidak bersemangat menjalani hari kedepan.

"Apakah kita akan seperti ini terus? Apakah kita akan terjebak dengan orang suruhannya Bruno? Apakah yang merasuki tubuh tuan muda adalah raja naga?" Mia bertanya bertubi-tubi hingga membuat kepala Luna pusing.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status