Share

2. hotel

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2025-05-24 10:45:21

*

Dengan rasa penasaran yang menggelora aku berpikir dan menimbang akankah aku ke sana dan memergoki kegiatan suamiku, jika benar dia ada urusan bisnis jatuhnya aku akan malu sendiri dan buang waktu. Sedangkan jika betul Mas Danu dan Erika sedang berkencan maka setidaknya butuh 25 menit untuk sampai ke sana dan memergoki mereka, apakah dalam 25 menit perjalananku mereka yidak akan meninggalkan tempat itu? jika sampai di sana tak kudapati mereka maka perjalananku akan sia-sia.

*

Dengan mengendap-endap aku menuju loby utama hotel yang saat  itu sedang lengang hanya ada beberapa pengunjung yang sedang asyik bercengkerama dengan keluarganya di sudut hotel berbintang lima itu sambil  menikmati udara sore.

Kutanyai resepsionist di mana restauran berada dan resepsionist  memberi tahu jika letak restoran itu berada di ujung kiri belakang hotel,  langsung menghadap laut.

Kulangkahkan kaki dengan dada bergemuruh, dan rasa penasaran yang membuncah ingin tahu apa saja yang sedang mereka lakukan di belakangku.

Di sana, di meja itu, dari jarak 15 meter, suamiku duduk berdua dengan Erika, berbagi canda dan sentuhan  fisik, sesekali janda seksi itu menyentuh tangan atau bahu Mas Danu sedang suamiku juga begitu, membalas perhatian wanita itu dan membenahi anak rambut yang tertiup angin menutupi wajahnya.

Wanita itu, ia tidak melewatkan satu kesempatan pun untuk merayu suami orang, mengenakan celana jeans putih, baju warna pink pastel dengan belahan dada rendah, yang mana isi dari belahan itu membusung dan tercetak jelas membuat lelaki mana pun yang melihat pasti akan menelan saliva.

Tak lama dari itu, dengan santai dan tak banyak bicara aku bergabung dan duduk di meja mereka, Mas Danu yang melihatku tiba-tiba hadir di sisinya langsung terkesiap dan salah tingkah.

"Sarah, apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya berusaha tetap tegas meski raut gugup yang berusaha ia netralisir masih terlihat.

"Aku kebetulan lewat sini, dan kulihat ada mobilmu, Mas. Jadi pikirku labih baik aku mampir untuk berkenalan dengan klien yang katamu peluang baru dan  keuntungan," bisikku sambil tersenyum.

"Eh, ak-aku ... ka-kami, anu ... kamu sudah lama di sini?" tanya wanita yang hampir dewasanya seumuran denganku itu.

"Gak kok, aku baru datang," balasku sambil memberi kode pada pelayan agar dia mendekat.

Tak lama pelayan datang menghampiriku.

"Ada yang bisa saya bantu? Ibu mau pesan apa Bu," sapa pelayan itu.

"Aku mau dibawakan segelas jus berry dengan tambahan buah bit," kataku.

"Oh baik, Bu." Pelayan itu berlalu.

"Kok minum itu?" Suamiku megernyit.

"Berkhasiat untuk menjaga awet muda dan kaya antioksidan Mas." Aku tersenyum padanya dan dia hanya menggeleng saja.

"Ehm, kalo begitu aku mau duluan ya,  ada urusan," cetus Erika sambil buru-buru bangkit dari tempat duduknya.

"Eh, jangan dulu, aku kan baru datang, masak kamu gak menghargaiku, bukannya aku istri kolegamu," ujarku pura-pura ramah dan menahannya.

"Ngomong-ngomong tasnya bagus," ucapku melirik tasnya.

"Oh, ini Hermes Birkin yang kubeli dari Prancis liburan tahun kemarin," jawabnya dengan sedikit bergaya sambil mengangkat tas berwarna putih yang senada jeans yang ia kenakan.

" Aku kagum sama kamu," imbuhku sambil mengedipkan mata. 

Suamiku melihat kami berbincang-bincang terlihat gusar dan tak nyaman, terbukti dari gesturnya yang terus membenahi posisinya dan terlihat tidak sabar.

"Sarah, Ayo kota pulang," ajaknya.

"Nanti dulu, Mas." Aku baru ketemu Erika, dia juga teman arisan klub sosialita, jadi aku mau mengenalnya lebih dekat," balasku sambil pura pura menahan amarah dan tetap menyunggingkan senyum indah pada mereka.

"Aku beli ini 500.000 ribu dolar lho," katanya pamer.

 aku hanya berdecak kagum sambil menghitung dengan kurs rupiah tas ia banggakan, waw, luar biasa.

"Kamu pengusaha yag sukses ya, Er." 

 "Hu-uhm, alhamdulillah, ya," desahnya ala artis yang suka bergaya manja di  tivi swasta.

Pesananku  datang dan kupersilakan Erika dan suamiku untuk juga meminum minuman mereka.

"Mari minum," ucapku sambil mengangkat gelas mereka pun menyambut dan ikut mengambil gelasnya. 

Kunikmati jus berwarna warna merah pekat tersebut  sambil melirik dua orang di hadapanku yang kini juga saling melirik dan memberi kode.

Kubayangkan jika  Erika, suamiku, di tempat yang indah ini, mungkin mereka akan menikmati senja sambil saling memeluk dan bermesra, sedangkan aku di rumah tidak tahu apa-apa. 

Aku tahu saat ini dalam hati mereka merutuki kedatanganku yang merusak suasana kencan romantis mereka.

Aku yakin, seratus persen,mana mungkin sebatas kolega atau teman biasa berani berkontak fisik demikian hangat dan mesra selain punya hubungan rahasia. Benar bukan?

"Kalo gitu, aku permisi ya, aku harus jemput Elena dari les sore," pamit Erika sambil membenahi diri dan mengambil tasnya.

"Oh iya,. Terima kasih udah memesan cincin padaku," ucap suamiku yang segera bangkit dan seolah olah aku tak tahu kegiatannya tadi, ia mengulurkan tangan dan mereka pun saling berjabat dan mengangguk formal.

 Menyaksikan  itu membuatku ingin muntah.

Dengan sepatu hak tinggi ia mulai melangkah anggun namun ketika melewatimu, dengan sengaja kurempong kakinya sehingga tersandung dan jatuh terjerembab ke arah gelas milikku yang kugenggam di tangan kakanku, di waktu bersamaan juga ia menabrak jus buah bit dan tentu saja minuman itu seketika tumpah di dada, celana dan tas kesayangannya.

"Oh my God," pekiknya kesal dan semua orang melihatnya. Suamiku segera bangkit membantunya berdiri begitu aku.

"Aku minta maaf, Erika aku gak sengaja, astaga ...," lirihku dengan wajah pura-pura tidak berdosa.

Aku puas melihat pakaian seksinya kotor dengan tumpahan jus buah yang tidak  akan pernah hilang warna merahnya itu, juga tas senilai 7 miliar miliknya. 

"Duh, kasihannya, ck cK ck." Aku tertawa jahat dalam hati.

Ia mengibaskan tangannya yang juga berlumuran jus kental itu, "Ya ampun," gumamnya, "Tas aku kotor, gimana ini," serunya panik.

"Ini Erika," kataku sambil mecoba mengulurkan tisu.

"Ya Tuhan ini gak bakal bisa di bersihin," keluhnya sambil berkali kali menyeka warna merah yang jatuh di tas kulit buaya albino ekslusif itu.

"Gak bisa di laundry?" tanya Mas Danu juga ikut khawatir.

"Gak bisa Mas, ini mahal dan aduh ...." Ia memijiti keningnya frustrasi.

Sementara mereka berdua khawatir aku diam-diam tersenyum-senyum sendiri, "Ini baru permukaannya, tunggu hadiah selanjutnya."

*

"Apa maksud kamu numpahin jus di baju Erika," cecar suamiku di mobil dalam perjalanan pulang.

"Aku gak sengaja, Mas."

"Tapi barang yang dia kenalkan itu mahal dan kamu membuatku malu," desisnya marah.

"Ih, aku kan gak sengaja, aku minta maaf, Mas."

"Untung wanita itu gak minta ganti, kalo seandainya minta ganti tekor aku, Sarah." Mas Danu membeliak sebal ke arahku.

"Ya udah lupakan aja," jawabku santai, "Ga usah dipikirin."

"Kamu ya ...." Suamiku gemas bukan main dan aku hanya diam, tapi dalam hatiku berpesta pora.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AKU ATAU KEKASIH (GELAPMU)   19

    Jadi menang aku atau Gundiknya? Aku bertanya pada diriku di depan kaca rias sambil membersihkan sisa sisa make up sore tadi.Selepas arisan dan sepulangnya para sahabat dan kolega akhirnya aku bisa berbenah lalu mengistirahatkan diri lepas dari sedikit masalah tentang Erika.Suamiku mendatangi ke tempat tidur dan merebahkan dirinya ke sampingku."Bagaimana, apakah hari ini hari yang panjang bagimu, Mas?""Aku cukup lelah Sarah, aku mohon untuk tak perlu membahasnya lagi," ucapnya sambil memejamkan mata."Aku juga lelah Mas, sebaiknya kita tak perlu bicara banyak," balasku lalu merebahkan diri dan memejamkan mata.***Kutemui putriku pagi ini meja makan dia terlihat bersemangat membenahi rambut dan tasnya."Kamu sudah siap ke sekolah Nak?""Iya, Ma.""Kamu gak apa-apa?"Ia terlihat membulatkan mata dan tersenyum tipis "Buat apa malu atau takut, Ma.""Oke sayang, kalo gitu mari makan," kataku.Suamiku bergabung bersama kami tak lama setelahnya."Oh ya, Pa, aku mau minta tambahan uang y

  • AKU ATAU KEKASIH (GELAPMU)   18

    "Lihat apa yang terjadi Sarah," ujar Mas Danu sambil menghempas tubuhnya dengan frustrasi di sofa selepas ia pulang kerja sore ini."Ada apa, Mas?""Erika membuat mereka yang tadinya ingin mengambil mutiara dengan nilai beli 700 juta akhirnya membatalkan kerja samanya," ucap Mas Danu kecewa."Benaran, Mas, Bisa secepat itu?" "Iya bisa dong, Erika punya banyak kolega dan relasinya menyebar di mana-mana, ia punya pengaruh." Mas Danu memijiti kepalanya."Andai tidak ada latar belakang dendam asmara, mungkin ia tak akan membatalkan kontrak tanpa sebab, wanita itu mudah baper dan tidak profesional sama sekali," celaku pada gundiknya."Bukan begitu ....""Kenapa? Memang kenyataannya kok," sergahku."Lagian Mas juga andai ga menjalin cinta, Mas tidak akan rugi," tudingku sambil menuangkan segelas air minum di meja makan yang tak jauh darinya.Ia hanya membuang napas kasar dan terlihat amat gusar."Kendalikan sikap dan emosimu Sarah.""Aku telah mengendalikannya dengan baik, Mas. Andai tidak

  • AKU ATAU KEKASIH (GELAPMU)   17

    "Kurang ajar!" Teriaknya yang lalu keluar dari mobilnya, suasana malam di komplek kami tidak ramai dan temaram membuat Etika berani keluar dari pintu mobilnya."Kamu kelewatan ya, aku bisa saja mematikan bisnis perhiasan dan mutiara suamimu," katanya dengan nada emosi."Kau pikir kau Tuhan yang bisa mematikan rezeki orang lain?" balasku."Kurang ajar," geramnya meradang lantas datang menghampiri dan mulai mendorong bahuku dengan kedua tangannya.Aku pun tak mau kalah membalas dan terjadilah saling dorong mendorong di antara kita berdua, ia mengenakan sepatu tinggi dan dress selutut sedangkan aku menggunakan sandal berbulu khusus di untuk di dalam rumah.Kami saling mobil, saking membenturkan badan ke mobil dan saling berjatuhan, bergulingan dan saling memukul dan mencakar."Dasar kepar**" teriaknya."Wanita murahan," balasku.Ia menampar wajahku keras hingga pipiku terasa sangat pedas, lantas kubalas dengan satu gerakan dan seketika wajahnya luka oleh bekas jari kukuku."Hei, ada apa

  • AKU ATAU KEKASIH (GELAPMU)   16

    "Laila buka pintunya Nak," bujukku sambil mengetuk pintu kamarnya."Aku gak lagi mau bicara dengan siapa pun Ma," jawabnya, " Biarkan Laila sendiri."Aku tak bisa memaksanya jika itu memang keinginan anakku, maka aku beranjak dari depan pintu kamarnya.Aku kembali ke bawah dan menemui asisten rumah tangga dan memintanya menyiapkan makan malam."Ina, tolong ini dimasak ya," kataku sambil menunjukkan kantong berisi cumi dan sayuran."Iya, Bu."Kemudian kutemui Mas Danu yang masih membisu di ruang tivi. Kuhempaskan diri di sampingnya lalu berkata,"Katanya Mas tidak akan bersama Erika lagi, nyatanya apa?"Ia masih membisu." Mas menyuruhku menyiapkan kebutuhan untuk ke luar kota tapi Mas malah pergi belanja dengan wanita lain, dan membeli kebutuhannya," ujarku marah."Tolong jangan menyalahkan aku.""Lho siapa yang mau disalahkan kalo bukan Mas, siapa?" lanjutku."Aku ... Aku minta maaf," katanya lirih."Maaf terus, seolah semua masalah kelar dengan kata maaf, tobatnya Mas, seperti tobat

  • AKU ATAU KEKASIH (GELAPMU)   15

    "Mama ... itu Papa dengan siapa?" ucap putriku dengan raut wajah kebingungan.Saat itu aku sendiri juga tak tahu harus mengatakan apa kepada Laila sedang suamiku berdiri terpaku juga wanita yang menjadi kekasihnya kehilangan kata-kata."Kenapa Papa bisa bersama dengan wanita itu?" Lanjut Laila."Papa menemaninya saja," ujar Mas Danu terhadap pertanyaan dan sangkaan putriku"Tapi kenapa dia sampai bergelayut di lengan Papa?" Pertanyaan itu membuat Mas Danu terkejut dan tidak bisa menjawab"D-Dia hanya teman Papa," balas Mas Danu.Belum selesai suamiku bicara, anakku telah mendekat menghampiri Erika, tanpa aba-aba ia menjambak wanita itu dengan keras."Laila ...," Seruku berusaha menghampirinya cepat untuk menghentikannya."Arggh ...." Wanita itu menggeram karena tidak sigap menerima gerakan Laila.Erika gelagapan karena rambut poninya yang ditarik dengan keras oleh anakku."Kamu pelakor hah?!" Laila mendesis sambil terus menjambaknya.Wanita itu tidak berusaha melawan melainnkan han

  • AKU ATAU KEKASIH (GELAPMU)   14

    Kubuka pintu rumah dengan santai melewati ruang tamu yang di sana sudah menunggu suamiku. Kulirik Jam dinding bergaya klasik berukuran besar yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam."Kamu dari mana, Ma?""Dari arisan Pa.""Kok lama banget," tanyanya."Udah biasa kan, Pa?""Apakah tidak terjadi keributan di sana?" tanyanya tiba-tiba, suaranya memantul dalam keheningan rumah seolah menginterogasi kesalahanku.Aku langsung menangkap, tampaknya wanita itu tak melewatkan sedikit hal pun untuk tidak disampaikan pada suamiku."Apa maksudmu, Mas?" tanyaku membalikkan badan."Kamu bertengkar lagi""Gak.""Tapi ...."Gumbrang ....Aku sudah muak, sebingga reflek kuhempas aksesoris yang terpajang di bufet depan."Selalu tentang Erika, tentang laporan wanita itu lagi!" Desisku marah.Ia memandang pecahan kaca itu dan berkata,"Tidak, bukan tentang itu," bantahnya cepat."Lantas?""Cincin."Kulirik benda cantik yang melingkari jari manis ku. Kuremas jemariku sendiri."Kenapa?","Katakan yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status