Aku Bukan ART Keluargamu

Aku Bukan ART Keluargamu

last updateLast Updated : 2025-01-18
By:  May Hape Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
19Chapters
355views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Pernikahan yang indah adalah dambaan setiap pasangan pengantin baru. Apalagi mendapatkan suami seperti Zein--lelaki baik, pengertian, dan sayang keluarga adalah impian Risa. Namun, ternyata impian tak seindah kenyataan. Kebahagiaan yang baru dia rasakan selama dua puluh empat jam, kini berbalik menjadi kesedihan. Saat tinggal bersama keluarga Zein, semuanya baru terkuak. Kasih sayang mertua dan saudara ipar kepada Risa hanyalah palsu belaka. Risa hanya dibutuhkan tenaganya oleh keluarga Zein. Apakah pernikahan yang masih seumur jagung itu harus kandas di tengah jalan ataukah mereka tetap bertahan menjalani rumah tangga yang terasa berjalan di atas duri yang mampu menyakiti kedua belah pihak?

View More

Chapter 1

Omelan Mertua

"Ayo, bangun! Pengantin baru itu harusnya bangun pagi, beberes rumah, dan cuci piring di rumah mertua. Bukannya bermalas-malasan seperti ini. Sudah siang masih saja molor di kamar," ucap Narita--ibu Zein sambil menyibak tirai di kamar anak lelakinya.

"Ibu ini apa-apaan, sih!" jawab Zein sambil mengucek matanya yang masih sulit untuk dibuka.

"Zein, suruh istrimu itu segera ke dapur untuk cuci piring dan masak! Kita semua belum sarapan pagi!" titah Narita--ibunya Zein kemudian pergi meninggalkan kamar anak dan menantunya yang semalam baru saja melaksanakan resepsi pernikahan di rumah mempelai pria.

Sinar mentari pagi menyeruak masuk melalui kaca jendela kamar Zein. Narita tanpa permisi memasuki kamar pengantin anak pertamanya menggunakan kunci cadangan yang sudah biasa disimpannya. Semalam Narita baru saja melaksanakan acara ngunduh mantu di rumahnya.

"Mas, apa semalam kamu tidak mengunci pintu kamar ini. Bisa-bisanya lbu kamu nyelonong masuk kamar kita. Tidak sopan banget sih! Untung saja aku sudah mandi dan ganti baju lengkap. Bisa malu kalau misalnya masih memakai baju dinas malam yang kamu berikan," protes Risa.

"Memang itu sudah kebiasaan ibuku dari dulu. Setiap pagi membangunkan seisi rumah. Jadi jangan diambil hati atau kita lanjutkan saja pert3mpvr4n semalam?" ucap Zein tersenyum sambil mengecup pipi istrinya yang cantik.

"Jangan becanda kamu, Mas! Ibumu sudah ngomel-ngomel tuh! Suaranya sampai kedengaran dari sini," jawab Risa kemudian merapikan selimut dan tempat tidur yang tampak acak-acakan.

Setelah merapikan rambutnya yang masih b4s4h, Risa melangkah keluar kamar menuju dapur sesuai perintah mertua. Alangkah terkejutnya Risa, saat melihat dapur yang begitu berantakan. Masih banyak piring-piring kotor di sana sini. Belum lagi sampah bekas makanan yang sudah basi.

Dengan sigap Risa mulai mengerjakan pekerjaan rumah itu. Sesekali dia menoleh ke belakang, siapa tahu ada adik atau kerabat yang turun tangan membantunya. Ternyata setelah menunggu hampir setengah jam tak ada satupun manusia di rumah itu yang menunjukkan batang hidungnya di dapur.

Mertuanya yang sedari pagi ngomel-ngomel pada Risa dan suaminya, hanya terdengar suara tawanya yang sedang bercengkrama dengan saudara dan anak-anaknya yang lain di ruang tamu. Sedangkan Risa dibiarkan sendiri di dapur yang membutuhkan tenaga banyak untuk dapat menyulapnya menjadi bersih dan rapi.

Baru sehari berubah status sebagai istri Zein Prasetya, Risa harus menyingsingkan lengan bajunya untuk beberes rumah dan cuci piring di dapur.

Pyar ...!

Tanpa sengaja Risa memecahkan sebuah piring keramik di lantai yang penuh dengan percikan minyak goreng sisa acara semalam. Tangan Risa yang licin mengakibatkan piring itu meluncur dengan mudahnya dan pecah berhamburan di lantai dapur.

Dari arah depan terdengar langkah kaki yang berjalan tergesa-gesa menuju dapur. Tampak ibu mertuanya berkacak pinggang di depan pintu dengan mata melotot seperti hampir keluar dari kelopak matanya.

"Kalau bersih-bersih itu yang hati-hati, Risa! Rvg1 aku, kalau kamu pecahkan piring-piring yang kus3w4 itu. Pasti pemiliknya akan minta ganti rvg1 padaku!" teriak Narita kesal dengan tingkah laku menantunya.

"Bu, saya hanya memecahkan satu piring saja. Itupun karena tidak sengaja. Tangan saya licin karena terkena sabun cair, sehingga piringnya terlepas waktu saya pegang." Risa berusaha membela diri.

"Masih bisa protes kamu, Risa! Sudah salah masih ngeyel saja!" gerutu Narita.

"Ibu, Risa. Ada apa ini? Kenapa pagi-pagi sudah ribut? Apa tidak malu kalau terdengar saudara dan juga tetangga? Apa tidak bisa dibicarakan baik-baik tanpa harus berteriak?" Zein berusaha melerai perselisihan antara mertua dan menantu itu.

"Istrimu itu bisa cuci piring tidak sih, Zein? Rvg1 aku, kalau piring pada pecah seperti ini!" ucap Narita dengan wajah kesal.

"Sudah, Bu. Tolong maafkan Risa. Mungkin dia masih capek karena acara semalam," bela Zein.

"Bela terus istri kamu. Awas, kalau ada piring atau gelas yang pecah lagi seperti tadi! Kamu yang harus ganti rvg1!" Narita segera pergi dari tempat itu masih dengan perasaan kesal.

Di sisi lain, Risa begitu syok saat mendengar omelan mertuanya. Sebelum menikah, Risa sempat merasa begitu bersyukur karena akan mendapatkan calon mertua yang berbeda dengan apa yang selalu dibicarakan banyak orang. Dia mengira punya calon mertua yang baik, tidak cerewet, dan menganggapnya seperti anak sendiri. Ternyata semua itu hanya sandiwara belaka.

Baru hari ini berada di rumah mertuanya, aneka omelan dan svmp4h s3r4p4h keluar dari b1b1r Narita yang tipis. Tampak butiran bening menetes di kedua pipi Risa. Selama ini, di dalam keluarganya sendiri, ayah dan ibu tak pernah berkata begitu keras dan kasar sampai membuat gendang telinga berdenging.

"Sabar, Sayang. Kamu tidak perlu menangis seperti itu. Ibu memang agak cerewet, tapi hatinya sangat baik. Jangan pernah kamu ragukan itu," tutur Zein berusaha menenangkan hati istrinya yang sedang syok dan bersedih.

"Bukannya aku ingin melawan Ibumu, Mas. Perlakuannya kepadaku kali ini, sudah sangat keterlaluan. Aku baru jadi menantu satu hari di sini, tapi ibumu sudah memperlakukanku seperti asisten rumah tangga. Lihat, adik dan juga kerabatmu! Semuanya malah asyik bersenda gurau di ruang tamu. Sedangkan aku harus kerja keras membersihkan dapur yang keadaannya seperti kapal pecah. Apa kemarin keluargamu tidak meminta orang lain untuk bersih-bersih rumah setelah acara resepsi pernikahan kita? Kenapa menantunya yang harus mengerjakan ini semua, Mas?" Zein hanya menggelengkan kepalanya menanggapi kemarahan istrinya.

"Kemarin Ibu sempat bilang, kalau kegiatan bersih-bersih rumah setelah acara resepsi pernikahan kita selesai, bisa dikerjakan sendiri. Jadi bisa lebih hemat dan tidak perlu memb4y4r orang untuk beres-beres rumah. V4ngnya bisa digunakan untuk keperluan yang lain," lanjut Zein.

"Sungguh keterlaluan Ibumu itu, Mas Zein," gerutu Risa dengan d4d4 yang terasa bergemuruh.

"Ya sudah. Masalah sepele seperti ini jangan diperpanjang lagi. Ayo, sini aku bantu cuci piring dan bersih-bersih dapur dan rumah." Senyuman dan perlakuan Zein yang begitu lembut membuat Risa mampu meredam rasa amarahnya.

Setelah bekerja sama membersihkan dapur selama beberapa waktu. Akhirnya selesai sudah apa yang diperintahkan oleh sang mertua. Keduanya melakukan pekerjaan itu sambil bersenda gurau sehingga mereka tak merasa lelah, meskipun pekerjaan yang dilakukan begitu menguras tenaga.

Baru saja, Risa dan Zein duduk di kursi yang ada di pojok ruangan, untuk melepas kepenatan yang bersarang di badan mereka. Terdengar kembali suara langkah kaki seseorang menuju dapur. Tampak Salma berjalan dengan langkah tergesa ke tempat Risa dan Zein berada.

"Mbak Risa dan Mas Zein, ngapain saja kalian dari tadi berada di dapur? Jangan bilang kalau kalian berdua hanya bercanda di sini, ya!" ucap Salma sambil berkacak pinggang seperti seorang bos yang memerintah karyawannya.

"Apa kamu tidak lihat kalau sekarang dapur ini sudah bersih? Aku dan Kakak iparmu ini, baru saja selesai membersihkan dapur yang sangat kotor itu akibat pesta pernikahan semalam," cetus Zein, saat adik perempuannya mulai bertindak seperti penguasa di rumah orang tua mereka.

"Aku hanya melihat kalau saat ini kalian hanya sedang bercanda. Tapi benar juga kata kalian, dapur ini sudah bersih. Sekarang saatnya kalian masak, kami sudah lapar dan butuh makanan. Jadi, segeralah siapkan sarapan untuk kami dan saudara-saudara yang lain. Cepetan, jangan lelet! Awas saja, kalau pekerjaan kalian tidak selesai. Akan aku adukan semuanya pada Ibu. Biar kalian kena omelan Ibu lagi!" ancam Salma--adik perempuan Zein tanpa merasa bersalah.

"Mas Zein, apa aku gak salah dengar?" ucap Risa dengan d4d4 yang terasa sesak karena menahan amarah.

"Untuk kali ini, tolong mengalah, Sayang. Tidak baik kalau kamu dan Ibu bertengkar hanya karena soal mempersiapkan sarapan. Apalagi, sekarang banyak kerabat yang masih berada di rumah ini." Zein berusaha menasehati istrinya.

"Selalu saja, aku yang harus mengalah," gerutu Risa.

Bersambung

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
NityShu
Semangat nulisnya, Thor!
2024-12-17 06:58:48
1
19 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status