Lidah Menantu

Lidah Menantu

Oleh:  windaamel70  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
83Bab
5.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Mak Esah tidak menyangka, menantu yang dalam bayangannya adalah wanita yang baik ternyata memiliki lidah seperti pisau yang tajam. Setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak pernah ada perkataan baik. Mampukah Mak Esah menghadapi menantunya dan bertahan

Lihat lebih banyak
Lidah Menantu Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
default avatar
Inda_mel
Next next next
2022-04-12 19:11:00
1
83 Bab
Perintah Dini
  "Mak  … Mak, di mana?" Kudengar suara Dini, menantuku memanggil.    "Di belakang, Din," sahutku. Kulanjutkan pekerjaan membilas baju.   "Mak, kenapa, di tudung belum ada lauk? Dini laper!" tanya Dini ketus.    Aku menoleh kepadanya. Dini sudah berdiri di ambang pintu tempat cucian.    "Mak, belum masak! Baju kemarin numpuk, makanya, Mak nyuci dulu," jelasku.    "Tapi, ini udah jam sepuluh, Mak! Mak, kan tau kalau jam segitu, Dini makan lagi! Nyucinya tinggal aja, Mak masak dulu, gih!" perintah Dini padaku.    "Ta— tapi ini nanggung, Din."
Baca selengkapnya
Dini semakin menjadi
  Kulihat Dini memegang rantang urap tadi dan hampir menuangkan isinya, kedalam tong sampah.  Kurebut rantang dari tangan Dini, dan meletakkannya di atas meja.    "Kenapa, kamu mau buang urap dari Wita?" tanyaku kesal.    "Tadi, Dini coba cicip, ternyata gak enak, jadi Dini mau buang!" jawab Dini tanpa perasaan bersalah.    "Wita, kalau masak urap selalu enak. Lagipula itu, kan untuk mak. Kalau kamu dak suka, ya sudah, jangan main buang gitu!" ucapku kesal.    "Halah, timbang urap murahan gitu! Sudahlah!" ucap Dini akhirnya seraya berlalu dari dapur.    Tingkah Dini ta
Baca selengkapnya
Tamparan untuk Dini
  "Mak, yang apa-apaan! Coba liat gamis Dini, tuh! Itu gamis mahal dan favorit Dini, Mak! Kenapa, sampe kena luntur gitu?" tanya Dini murka.  Kuambil gamis yang dilempar Dini ke arahku dan memeriksa gamis tersebut. Hanya kena luntur sedikit di bagian bawah, itu pun tidak terlalu kelihatan.  "Sedikit cuma, Din. Lagipula ini bagian bawah, gak bakal keliatan juga," jawabku.  "Sedikit, kata Mak! Gamis itu mahal, Mak! Enak aja, Mak ngomong!" cecar Dini emosi.  Mm … Mak minta maaf, mak gak tau, sewaktu nyuci minggu lalu, kayaknya mak masuki ke mesin cuci. Gak tau kalau ada yang luntur." jawabku.  "Kan, sud
Baca selengkapnya
Bungkusan obat
 "Sebenarnya, apa Mak?" desak Imron.  "Mas, maaf, saya ikut campur!" Bagas menyela ucapan Imron.  "Ya, Gas. Bicaralah, mas juga sudah pusing ini." "Gini aja, Mas. Kita gak perlu lagi cari apa masalahnya. Yang jelas, itu sudah terjadi. Saya yakin, itu hanya salah paham saja. Sekarang ini, sebaiknya kita sudahi saja. Saya akan meminta Wita, minta maaf pada Mbak Dini dan saya janji, Wita gak akan mengulangi perbuatannya lagi," ucap Bagas lagi.  Wita mendelik ke arah Bagas tanda tak setuju. Yang ditatap terlihat santai.  "Huh, enak saja hanya minta maaf! Kamu gak tau, Gas, istrimu itu bar-b
Baca selengkapnya
Dini gosipin Wita
  Pagi ini, sengaja aku belanja di tukang sayur keliling. Kebetulan hanya sayur dan bumbu saja yang belum ada.  "Eh, Mak Esah. Udah lama, gak kelihatan belanja di sini? tanya Bu Leli, tetangga depan rumahku.  " Iya, Bu, cuma beli sayur aja," jawabku basa-basi.  Sebenarnya aku malas menanggapi omongan Bu Leli. Soalnya, dia terkenal akan gosipnya. Aku berusaha menghindar dengan orang yang satu ini. Bisa merusak iman dan ibadah kalau bergaul lama-lama dengan Bu Leli. Apalagi, aku ini sudah berumur.  "Eh, Mak Esah, mau nanya nih, kemarin lusa, saya ada dengar suara berantem di rumah Mak Esah. Siapa yang berantem, Mak?" tanya Bu Leli sam
Baca selengkapnya
Rahasia apa
 Sore itu, aku baru pulang dari pengajian. Kulihat motor Bagas ada di depan rumah. Aku pikir, mungkin, Wita dan cucu-cucuku ikut berkunjung dan sudah menungguku di dalam. Namun, baru saja kaki ini melangkah, lamat-lamat  terdengar suara Dini. Kuhentikan langkahku dan berdiri di ambang teras.  "Gas, kenapa, kamu gak seperti dulu lagi? Sikapmu juga sangat berubah," Dini bertanya.  "Maaf, Din. Kita bukan siapa-siapa lagi. Kamu, harusnya bisa menjaga kepercayaan suamimu. Mas Imron sangat menyayangimu. Seharusnya kamu bersyukur. Dia lelaki yang baik dan soleh," ucap Bagas.  Aku tercenung. Sebenarnya ada hubungan apa Bagas dan Dini. Kenapa, Bagas ngomong seperti itu. Apa mungkin sebelum ini mereka sudah saling mengenal.  
Baca selengkapnya
Pelajaran awal
 Keesokan paginya, aku baru saja selesai menyiapkan sarapan. Sarapan kali ini pun aku buat sesuai seleraku saja, tidak atas permintaan Dini, seperti biasanya. Kalau dia tidak mau, toh dia bisa beli sendiri. Setelah selesai membuat sarapan, aku berniat mencuci pakaian. Sesampai di pintu belakang, kulihat sudah teronggok sekeranjang penuh pakaian Dini. Kugeleng-gelengkan kepalaku. Saatnya memberi pelajaran pada menantu yang lidahnya tajam itu. Biar dia tau, aku selama ini bersabar, bukan karena aku takut, aku berharap dia akan berubah, namun sepertinya, aku salah langkah. Mungkin dengan jalan, bersikap sedikit tegas dan tidak memanjakannya, bisa membuat Dini sadar. Kusingkirkan keranjang pakaiannya dekat sudut pintu. Lalu kulanj
Baca selengkapnya
Kekuatiran Wita
  POV Wita Namaku Wita. Aku seorang ibu rumah tangga, dan mempunyai sepasang anak. Suamiku, mas Bagas seorang guru di salah satu sekolah dasar negeri di daerah kami. Selain itu, kami mempunyai toko kelontong kecil-kecilan di depan rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup kami. Walaupun seadanya, Alhamdulillah cukup untuk kami sekeluarga.    Aku mengenal mas Bagas, lima tahun yang lalu. Kala itu, aku mengajar di salah satu sekolah dasar swasta sebagai tenaga kontrak. Awal aku mengenal mas Bagas, karena kami bertemu disalah satu lomba cerdas cermat dan kami berdua sebagai guru pembimbing. Sejak saat itu, kami menjadi dekat dan memutuskan untuk menikah.    Alhamdulillah, tak lama kami menikah, aku hamil. Semenjak aku hamil, mas Bagas memintaku untuk resig
Baca selengkapnya
Kabar dari Bu Leli
  POV Wita 2Selesai membuatkan teh untuk mas Bagas, kutaruh di meja makan. Segera kusiapkan nasi goreng dan telur mata sapi untuk mas Bagas. Tak lama, kulihat Mas Bagas sudah rapi dengan seragamnya. Dia menuju ke meja makan. Mas Bagas menarik kursi dan duduk. "Wah … nasi goreng, makasih ya, Bun," ucap Mas Bagas. Dia memang selalu seperti itu. Berusaha menyenangkan hatiku apalagi kalau aku sedang galau. "Sama-sama, Yah," jawabku sembari duduk di hadapan Mas Bagas. Kuperhatikan wajah Mas Bagas. Aku ber
Baca selengkapnya
Dini Menggibah
Lidah Menantu 10 Pov Wita 3  Aku mengernyitkan dahi. Penasaran apa yang akan dikatakan Bu Leli. "Itu, Wit. Tentang kakak iparmu itu, Dini!"Hah, Dini, tentang Dini. Jadi tambah bingung. Masalah apa lagi ini. "Gini lho, Wit! Tempo hari, Dini ada belanja tuh ke tukang sayur keliling. Terus dia alih-alih ngomongin kamu," jelas Bu Leli. "Ngomongin gimana, Bu?" tanyaku penasaran."Iya, ngomongin kamu. Katanya dia sama kamu tuh gak akur, terus kamu itu kasar. Terus katanya lagi Bag
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status