Share

Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu
Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu
Penulis: Sarisha

Bab 1

Penulis: Sarisha
“Kak, karya fotografiku dapat medali emas internasional!”

Talia Lewis masuk ke kamar Tristan Howard dengan gembira. Berhubung terlalu bersemangat, dia langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Tristan, seperti bagaimana dia bermanja-manja dengan Tristan semasa kecil. Namun, pada detik selanjutnya, sebuah tamparan malah mendarat di wajahnya.

Seusai menampar Talia, Helena Barus yang baru keluar dari kamar mandi dengan berhanduk langsung mendorongnya dengan kuat dan marah.

“Tally, aku ini pacar Tristan dan masih ada di sini. Tapi, kamu malah melemparkan diri ke pelukannya. Apa maksudmu? Memangnya kamu begitu nggak tahu malu dan bersikeras mau merayu kakakmu?”

Talia yang merasa wajahnya perih pun berlinang air mata, tetapi berusaha menahan air matanya. Benar juga, kenapa dia bisa lupa? Tristan sudah memiliki pacar dan akan segera menikah.

Sejak kecil, Talia sudah kehilangan orang tuanya. Setelahnya, Keluarga Howard berbaik hati menampungnya. Tristan juga sangat memanjakannya selama ini. Jadi, dia sudah terbiasa lengket pada Tristan.

Talia menatap Tristan dengan mata penuh kesedihan dan harapan. Bagaimanapun juga, Tristan tidak mungkin membiarkan dirinya ditindas, ‘kan?

Namun, Tristan hanya menunjukkan ekspresi dingin dan berkata dengan lebih dingin lagi, “Talia, kamu seharusnya tahu batasannya!”

Batasan? Talia pun menertawakan dirinya sendiri dan berseru, “Maaf, aku yang terlalu gegabah!”

Seusai berbicara, Talia langsung berbalik dan berlari keluar dari kamar. Sebelum menutup pintu, dia mendengar Helena berkata, “Tristan, tadi aku bukan sengaja. Aku terlalu mencintaimu, makanya baru merasa cemburu.”

Tristan hanya menjawab dengan dingin, “Nggak apa-apa. Sudah saatnya dia sadar diri.”

Apa memang sudah saatnya dia sadar diri? Talia kembali ke kamar dan menelepon seseorang.

“Pak Gary, aku sudah putuskan mau pergi mencarimu dan merintis karier di luar negeri.”

Di ujung telepon, Gary menjawab dengan kegirangan, “Kamu sudah seharusnya datang dari dulu! Dengan kemampuanmu, kamu pasti sudah jadi fotografer internasional yang terkenal kalau datang lebih cepat. Kapan kamu akan datang?”

Setelah berpikir sejenak, Talia menjawab, “Sekitar setengah bulan lagi deh.”

Talia memerlukan sedikit waktu untuk mengucapkan selamat tinggal pada segala sesuatu yang ada di sini.

Sebenarnya, Helena adalah sekretaris Tristan. Dulu, Tristan membawa beberapa CV ke hadapannya dan berkata, “Tally, coba bantu aku pilih satu.”

Talia merasa agak serbasalah. “Aku kurang ngerti. Sebaiknya kamu suruh saja karyawan SDM yang lebih profesional untuk memilihnya.”

Namun, Tristan malah berkata, “Sekretarisku mungkin akan sering ketemu sama kamu. Pilih saja yang kamu suka, biar kelak kamu juga merasa nyaman berinteraksi dengannya.”

Helena adalah orang yang dipilih Talia secara pribadi untuk menjadi sekretaris Tristan. Tak disangka, dia yang awalnya mengira itu hanyalah pemilihan sekretaris ternyata adalah pemilihan “kakak ipar”.

Keesokan harinya, Helena bersikap seperti masalah kemarin tidak pernah terjadi dan bersikeras menyeret Talia pergi mencoba gaun pengantin.

“Coba kamu bantu aku pilih, gimana gaun yang satu ini? Kakakmu benar-benar cuek. Nggak peduli aku coba yang mana, dia selalu bilang semuanya bagus. Dia sama sekali nggak bisa kasih pendapat.”

Talia menghela napas. “Itu gaun pengantinmu. Yang penting kamu merasa itu bagus.”

Helena memanyunkan bibirnya dan berkata dengan nada manja, “Tally, kamu tahu latar belakang keluargaku kurang bagus. Aku takut kalau seleraku kurang tinggi, kakakmu akan malu. Kamu kan beda. Kamu itu seorang fotografer terkenal! Seleramu pasti bagus banget!”

“Aku cuma bisa ambil foto dan nilai komposisi foto. Aku nggak pandai pilih gaun pengantin.”

Helena merasa agak sedih dan berkata dengan nada mengeluh, “Tally, kamu masih nggak bisa terima aku? Kemarin, aku yang bertindak terlalu gegabah. Aku minta maaf. Kamu jangan marah, ya?”

Talia membuka mulutnya dan hendak menjelaskan. Namun, dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya. Dia bukannya tidak menerima Helena, juga tidak terlalu marah. Dia hanya tidak mengerti kenapa Tristan yang begitu memanjakannya dari dulu bisa tiba-tiba jatuh cinta pada orang lain.

Helena melirik Tristan yang ada di samping dan berkata dengan pengertian, “Tristan, kalau nggak, pernikahan kita diundur saja dulu. Habis amarah Tally reda, kita baru diskusikan lagi.”

Tristan mengerutkan kening. “Mana mungkin pernikahan kita diundur hanya karena dia nggak senang?”

Helena menjawab dengan tampang kasihan, “Tapi, dia itu adikmu. Aku mau dapat restu darinya.”

Tristan berpikir sejenak, lalu menoleh ke arah Talia dan berkata dengan nada yang agak dingin, “Talia, kamu pengertian dikit! Jangan buat kakak iparmu nggak senang!”

Talia menoleh. “Aku nggak ngapa-ngapain.”

Saat melihat tatapan Tristan yang penuh tuduhan, Talia sontak berlinang air mata. Ketika Tristan masih memanjakannya dulu, Tristan hampir selalu lengket dengannya. Saat ada orang lain di tempat, dia selalu menjaga sedikit jarak dengan Tristan, tetapi Tristan selalu menariknya kembali ke sisinya.

Saat Talia pergi ke desa untuk mengambil gambar, Tristan mengikutinya. Ketika dia pergi mengambil foto migrasi hewan di luar negeri, Tristan juga mengikutinya.

Tristan sendiri yang mengatakan bahwa tidak peduli di mana dan kapan pun itu, dia akan selalu berdiri di belakang Talia. Selama Talia menoleh, Talia pasti akan bisa melihatnya.

Talia menghela napas dalam-dalam, lalu berkata secara perlahan, “Maaf, aku yang nggak tahu batasannya dan buat Kak Helena salah paham. Kelak, aku akan lebih perhatikan tindakan dan kata-kataku. Aku nggak akan mengulanginya lagi.”

Tristan mengangguk pelan. “Baguslah kalau kamu sadari kesalahanmu.”

Talia mengiakannya, lalu berujar, “Kalian lanjut pilih gaun pengantin saja. Aku merasa kurang enak badan, aku pulang dulu.”

Begitu berjalan keluar dari butik gaun pengantin, air mata Talia langsung mengalir. Dia menyeka air matanya dengan asal, lalu mengeluarkan ponselnya dan memesan tiket pesawat. Setengah bulan lagi, dia akan naik ke pesawat dan meninggalkan tempat ini, juga meninggalkan Tristan.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Chantiqa Chiqa
dalam cerita novel kenapa perempuan selalu menjadi jalang murahan dan gak tau malu. mengejar cinta laki2. kalau pun mau pergi hrs lama2 dulu. gak pernah gercep
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu   Bab 20

    Waktu adalah obat penyembuh luka yang terbaik.Pada Natal setahun kemudian, Tristan yang sudah pulang ke dalam negeri sekian lama akhirnya pergi ke rumah yang pernah ditinggali Talia dulu untuk yang pertama kalinya. Berhubung dia sudah memberi perintah, tetap ada orang yang membersihkan dan merawat rumah ini.Tristan tidak mengizinkan siapa pun mengubah bahkan hanya sebuah pajangan pun di rumah ini. Jadi, setiap sudut rumah ini masih sama seperti dulu, sama seperti sebelum Talia pergi.Tristan sudah meliburkan pembantu yang dibayar per jam itu. Dia mengambil peralatan menyapu dan berencana untuk membersihkan rumah secara pribadi.Pada saat ini, surat itu tiba. Kurir yang mengantar surat itu telah pergi. Hanya kata-kata di atas amplop yang dapat menunjukkan asal-usul surat itu.Tristan mengejar ke luar untuk mencari kurir itu dan mengonfirmasi informasi kontak pengirim. Namun, usahanya sia-sia. Dia hanya bisa kembali ke rumah dan membuka surat itu.Isi surat itu sangat sederhana. Itu ad

  • Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu   Bab 19

    Talia memandang ke arah bukit yang penuh dengan pohon berwarna-warni, lalu mengusulkan, “Sam, aku berencana mau daki gunung untuk ambil foto pemandangan musim gugur. Kamu mau ikut?”Samuel tentu saja setuju. “Oke. Nggak peduli kamu pergi ke mana, aku akan selalu temani kamu.”Talia tertawa lagi. “Aku mau tinggal di dekat Gunung Arpin untuk beberapa saat. Oke?”“Kalau begitu, aku akan kemas koper kita.” Samuel selalu memenuhi janjinya. “Kamu tidur saja dulu sebentar. Setelah beres-beres, aku akan bangunkan kamu.”Ketika Talia dan Samuel memutuskan lokasi perjalanan mereka selanjutnya, Tristan sedang duduk di dalam kamar yang gelap sambil membaca data di ponselnya. Hanya ada sebuah lampu tidur yang menyala dalam kamar. Lampu remang itu menyinari wajahnya dan membuatnya terlihat seperti seorang vampir yang tinggal di kastil tua.Asisten mengetuk pintu dan melapor, “Pak Tristan, sesuai permintaanmu, kami sudah temukan lagi beberapa orang yang memenuhi syarat.”Tristan baru menjawab, “Masuk

  • Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu   Bab 18

    Helena merasa sangat takut, tetapi juga tidak berani kabur. Utangnya begitu banyak. Jika dia tidak mendapatkan uang dari Tristan dan orang-orang itu menemukannya, dia pasti mati.Tristan mendengar pembantu melaporkan nama Helena. “Nona Helena yang sengaja oleskan lipstik ke tubuhnya dan buat Nona Tally salah paham.”Setelah mendengar sampai di sini, segala sesuatu sudah terungkap dengan jelas. Mereka semua adalah orang dewasa. Lipstik yang dioleskan di tubuh paling mirip dengan bekas ciuman.Helena melihat Tristan memutuskan sambungan telepon, lalu berbalik lagi dan mengisyaratkan sesuatu pada asistennya yang berada tidak jauh di sana. Tristan berkata, “Tangani hal ini. Aku nggak mau ketemu sama dia lagi.”Asisten itu langsung memahami maksud Tristan. Dia segera membawa orang untuk menyeret Helena pergi dan mencegah Helena yang menangis mendekati Tristan.Tristan naik ke mobil sendiri, lalu pergi ke tempat tinggal Talia secepat mungkin. Dia harus menemukan Talia dan mengklarifikasi sem

  • Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu   Bab 17

    Tristan melirik Talia dengan tidak percaya. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi polisi sama sekali tidak memberinya kesempatan itu.Talia masih berdiri di tempat dalam diam. Sampai dia memastikan Tristan sudah dibawa pergi polisi untuk diinterogasi dan tidak dapat mengganggunya lagi, dia baru menelepon Samuel. “Kamu bisa datang jemput aku?”“Kamu di mana? Aku ke sana sekarang juga.” Samuel sama sekali tidak menanyakan alasannya. Dia hanya pergi mencari Talia secepat mungkin.Talia berdiri sendiri di pinggir jalan. Dia terlihat sangat lemah dan rapuh, seolah-olah embusan angin ringan sudah bisa menerbangkannya. Setelah melihat Samuel, dia bertanya dengan pelan, “Pak Gary baik-baik saja?”“Dia baik-baik saja, cuma merasa agak bingung.” Samuel menghibur, “Jangan khawatir. Aku sudah jelaskan semuanya kepadanya.”Talia mengangguk. “Oke.”Samuel hendak bertanya kenapa Talia terlihat makin sedih, tetapi mengurungkan niatnya. Setelah tiba di rumah Talia, lalu menuangkan secangkir teh hangat

  • Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu   Bab 16

    “Meski kamu sudah dewasa, kamu tumbuh besar di sisiku. Orang tuamu sudah meninggal. Aku tentu saja harus menjagamu. Aku nggak akan biarkan kamu ditipu sama orang nggak jelas!”Tristan juga sudah marah dan menatap Samuel dengan sangat dingin.Talia mana mungkin lanjut bersabar. Dia akhirnya tidak peduli lagi dan berkata, “Aku bukan bersama Samuel karena ngambek sama kamu. Aku benar-benar merasa dia adalah orang yang baik. Selama aku menghabiskan waktu dengannya belakangan ini, aku merasa sangat gembira dan nyaman ....”“Kalau aku bilang nggak boleh, ya nggak boleh!” Tristan langsung menyela dengan marah. Dia bahkan membanting sumpitnya ke meja hingga menimbulkan suara yang nyaring. “Talia, ikut aku pulang.”Kali ini, Talia juga tidak lagi bersabar demi menjaga perasaan Gary. Dia bangkit dan menjawab, “Ini bukan kediaman Keluarga Howard, bukan tempat kamu bisa pamer kekuatan atau semua orang harus patuh padamu!”“Talia, aku khawatir kamu ditipu!”“Kamu nggak berhenti bilang kamu harus me

  • Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu   Bab 15

    Setiap patah kata yang diucapkan Jeff bagaikan pisau yang menyayat hati Tristan. Entah sejak kapan, ekspresi Tristan menjadi sangat suram dan sepertinya akan menjadi makin suram lagi. Sebelum Jeff selesai memperkenalkan pasangan serasi itu, Tristan menyela, “Aku ada urusan mendadak siang ini. Kita ganti jadwal makan siang hari ini ke lain hari saja.”“Oke. Kalau begitu, hati-hati di jalan, Pak Tristan.” Jeff hanya berpesan, “Kalau sudah nggak sibuk, jangan lupa kirimkan gambar pemotretan yang kamu inginkan padaku. Nanti, aku akan kirimkan ke Bu Talia.”Jeff mengira ini adalah pertemuan pertama Tristan dan Talia. Entah Tristan tidak mendengar ucapan itu atau memang sengaja tidak mau menjawab, dia langsung melangkah pergi dengan cepat tanpa menoleh lagi.Sebelumnya, Jeff dan Tristan termasuk dapat mengobrol dengan akrab. Sekarang, Tristan malah tiba-tiba seperti orang yang berbeda. Jeff pun merasa kebingungan. Jelas-jelas, tidak ada seorang pun di lokasi yang menyinggung Tristan.Pada

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status