Beranda / Rumah Tangga / Anak Untuk Suamiku / Calon Anak Dari Selingkuhan

Share

Calon Anak Dari Selingkuhan

Penulis: Cristi Rottie
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-25 01:57:16

“Jadi kau ingin aku tinggal serumah dengan selingkuhanmu?!” Jeceline memelototi Kevin sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Hillary.

“Bukan seperti itu, Selin. Aku hanya memikirkan calon anak yang ada di dalam rahimnya.”

Hati Jeceline semakin sakit mendengar pernyataan Kevin yang memberikan kepastian kalau benih dalam kandungan Hillary benar-benar adalah milik sang suami. Sekarang dia tak tahu harus turut merasa senang atau kecewa karena anak pertama Kevin bukan dilahirkan olehnya.

“Baik! Kalau begitu kau tinggal memilih, aku atau calon anakmu di dalam rahim wanita ini!”

Pilihan yang diberikan Jeceline jelas membuat Kevin bingung sebab kedua hal ini sangat penting dan berarti bagi kehidupannya. Ada istri yang sangat dia cintai dan ada calon bayi yang selama ini dinanti-nantikannya.

“Tak perlu aku jawab, kau pasti sudah tahu pilihanku. Tapi Selin, bagaimana pun anak yang akan lahir ini bukan hanya anakku melainkan anakmu juga—”

“Aku tidak akan pernah mengakui anak yang dilahirkan oleh wanita penggoda ini sebagai anakku!” sela Jeceline dengan suara lantang. Kekecewaan di dalam hati membawa kebencian begitu mendengar penjelasan Kevin tentang status anak haram itu ketika lahir nanti. Bagaimana bisa dia menerima dua kenyataan pahit ini secara tiba-tiba dengan berlapang dada. Dikhianati oleh suami yang sangat dipercayai sudah menghancurkan semua kebahagiaan, apalagi harus bertambah dengan menerima anak dari wanita lain sebagai anaknya.

Penampungan kegeramannya telah penuh, tak bisa menampung lebih banyak kesabaran untuk tidak melepaskan semua rasa yang membara di dalam diri. Tak tahan lagi berargumen dengan Kevin, Jeceline mengambil vas bunga yang ada di atas meja lalu melempar kuat ke atas lantai.

Bunyi pecahan dari vas bunga mendenging ke telinga, membuat semua yang ada di dalam ruangan mengernyit seketika. Sementara Kevin malah tertegun melihat emosi Jeceline bisa meledak seperti itu, ini tindakan kasar pertama kali yang dia temui selama mengenalnya.

Sementara suasana menjadi hening setelah bunyi vas pecah di atas lantai, Jeceline menarik panjang napasnya, “kepercayaan yang aku berikan padamu selama ini, sama seperti vas bunga. Jika sudah pecah berkeping-keping, meski kau sudah berusaha memperbaiki kembali dan menjadikannya utuh, tetap saja tak akan menghilangkan bekas retaknya!”

“Julius, bawa pergi Hillary dari sini. Sediakan tempat yang terbaik untuknya, perhatikan apa yang dia konsumsi, dan perhatikan baik-baik kandungannya,” ucap Kevin menoleh ke arah Julius.

Hillary yang terkejut melihat adegan Jeceline melempar vas bunga tak berani berkata banyak lagi selain mengikuti Julius yang memberikan isyarat dengan tangannya ke arah pintu. Mereka berdua keluar dari dalam rumah dan pergi dari sana.

Sementara itu di dalam ruang tamu, Jeceline dan Kevin masih terdiam dalam pandangan masing-masing.

“Apa kekuranganku di matamu, Kev? Apa karena aku ini belum bisa memberimu seorang anak hingga kau mencarinya dengan wanita lain?”

“Selin dengarkan aku,” balas Kevin melangkah maju ke depan sambil mengarahkan kedua tangannya untuk meraih lengan Jeceline. Namun tindakan itu malah ditepis cepat oleh Jeceline dengan melangkah mundur.

“Kau sangat sempurna di mataku, Selin. Masalah ini sama sekali bukan keinginanku juga. Aku hanya khilaf sesaat ... wanita itu, maksudku Hillary, dia datang begitu saja dan membuatku tak berdaya.”

“Kau menyukainya atau mencintainya?” tanya Jeceline menatap mata Kevin, berharap jawaban yang akan dia dengarkan tidak akan terlalu mengecewakan.

Kevin terdiam sejenak memandang Jeceline lalu membuang wajahnya ke arah lain. Kali ini dia tak sanggup untuk menjawab dengan menatap manik sang istri. Rasa bersalah yang sangat besar membuat dia ingin menghukum diri sendiri sebagai permintaan maaf. Namun meski penjesalan dan tindakan dinyatakan, tetap saja tak akan mengembalikan lagi kepercayaan Jeceline terhadapnya.

“Aku hanya sekedar menyukai semua tentangnya hingga bisa terbawa suasana,” jelas Kevin memundurkan langkah kaki untuk menggapai sofa dan duduk di sana.

Awalnya semua sikap Hillary benar-benar membuatnya kagum. Selain sangat pandai dalam dunia pendidikan, Hillary juga pintar memasak dan sangat perhatian terhadapnya. Kevin sempat merasa nyaman dan meminta dia terus menerus untuk bertemu setiap kali merasa sangat lelah dengan semua pekerjaan hingga akhirnya timbul rasa suka dan sayang terhadap mahasiswi semester empat itu. Apalagi setelah mengetahui latar belakang Hillary, Kevin semakin menyayangi dan menjanjikan akan memberikan kehidupan yang bahagia untuknya.

Hubungan itu terus berlanjut sampai beberapa bulan hingga Kevin memutuskan untuk mengakhiri sebab Hillary terlalu berlebihan meminta sesuatu, bahkan mengusiknya ketika sedang bekerja. Semua kontak media sosial dan nomor telepon sudah diblokir Kevin setelah memberikan sejumlah uang yang begitu besar terhadap Hillary sebagai kompensasi. Namun tak menyangka hari ini tiba, satu pesan masuk dari nomor tak dikenal mengirimkan foto rumah mereka. Di saat itu dia tahu kalau Hillary sedang mengancamnya, tapi tak menyangka kalau itu bukan ancaman melainkan kebenaran.

Semua kata yang keluar dari mulut Kevin membuat hati Jeceline bagai tertusuk ribuan anak panah. Sekian banyak pertanyaan tak dapat diucapkan satu persatu, intinya kekecewaan telah mendasar dan menghancurkan segalanya.

Jeceline menarik napas panjangnya, “kita cerai saja!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Anak Untuk Suamiku   Kenangan Masa Lalu

    Tangan Jeceline bergetar.Sayang sekali semua adegan itu hanya dalam pikiran. Hatinya tak cukup kuat untuk bertindak jahat.Selang beberapa jam bel rumah berbunyi.Ting!Tong!Bunyi bel yang tak berhenti membangunkan Jeceline yang saat itu tengah tertidur.Tak mau Hillary mendahuluinya membukakan pintu, ia pun bergegas keluar dari kamar.Klek!“Paket Makanannya, Bu.”Jeceline menatap bingung ke arah tas belanjaan yang dijinjing lelaki pengantar pesanan.“Maaf, Pak. Tapi aku tidak memesan apapun.”Lelaki yang berdiri di depan Jeceline kembali lagi mengecek nama pengirim di ponselnya lalu menunjukkan riwayat pemesanan.Jeceline akhirnya sadar. Ia menerima pesanan dan membayarnya.“Apa itu pesananku?”Baru saja berbalik, Hillary telah berdiri di depannya.“Kau membeli sebanyak ini, apa bisa dihabiskan?”Hillary tersenyum menantang sambil mengelus perutnya, “ini bukan keinginanku. Aku juga tak mengerti dengan perasaan ini.”“Aku harap, Bu Selin bisa memakluminya,” tambahnya lagi lalu mera

  • Anak Untuk Suamiku   Seatap Dengan Hillary

    Rasanya seperti mimpi buruk yang berulang kali muncul dalam alam bawah sadar, seolah tak ingin membuatnya tersadar. Begitu masuk ke dalam rumah, bayangan seseorang yang dia kenali duduk bersandar di sofa tepat di ruang tamu. Rasa lelah bercampur dengan kekesalan mendesak langkah kaki Serafhine menuju ke ruang tamu. “Bagaimana kau bisa masuk?” Pertanyaan Jeceline tersela oleh suara yang sangat dikenali. Sontak dia menengok ke samping tepat dimana suara itu berasal. “Selin, kau sudah pulang? Maaf karena panik aku lupa memberitahukan hal ini padamu.” Lupa? Bagaimana mungkin hal sebesar ini bisa dilupakan. Pikiran Jeceline mulai mengada-ada dengan alasan yang kurang tepat dari Kevin. Bahkan ketika hendak berucap, kesabaran Jeceline diuji lagi sebab Kevin berjalan melewatinya dan justru memilih duduk di samping Hillary sambil memberikan segelas air minum. Berharap pemandangan yang ada di depan hanya mimpi. Kevin tidak mungkin

  • Anak Untuk Suamiku   Rusaknya Suasana

    Bentakkan Leonora membuat semua terdiam. Kedua telapak tangannya yang masih menempel di meja kaca dikepalkan kuat bersamaan dengan tatapan kesal ke arah Bryan. “Lelaki tertua? Kau lupa perbuatan apa yang kau lakukan hingga membuat keluarga kita hancur!? Perlu aku mengingatkanmu lagi?!” Kedua lelaki yang tadinya begitu percaya diri kini memasang ekspresi berbeda. Bryan memilih diam dan pergi dari sana, sedangkan Kevin yang berusaha untuk menenangkan diri justru tak tahan dengan perkataan yang mengingatkan kembali tragedi yang terjadi pada ayahnya hingga dia terpaksa pergi meninggalkan Jeceline dan Leonora. Suasana makan malam yang dikira akan penuh dengan kehangatan, ternyata hanya membangkitkan dendam membara di masa lalu. Ditatapnya manik hitam milik dari wanita yang dikenal tegas dan tak pernah menunjukkan kelemahan. Kecanggungan Jeceline berubah saat melihat sepasang mata Leonora memerah. Meski sengaja disembunyikan, tapi sebagai seoran

  • Anak Untuk Suamiku   Makan Malam Keluarga

    Bryan melerai rangkulannya lalu tertawa kecil melihat Leanora, “apa Ibu sedang mengkhawatirkanku? Terima kasih! Aku sangat terharu. Kalau aku tidak di penjara hal semenarik ini tidak akan pernah aku nikmati.” “Apa maksudmu, Bryan? Kau adalah anakku juga—” “Sayang sekali,” sela Bryan memotong perkataan Leanora, “ucapanmu ini sedikit tak masuk akal. Diakui anak olehmu setelah keluar penjara membuatku merasa berada dalam mimpi.” “Tapi tak masalah, semua itu hanya masa lalu. Sekarang adalah lembaran baru bagiku, dan bagi keluarga besar kita, bukan?” “Baik! Kalau begitu lakukan saja sesukamu,” sambung Jeceline mengakhiri topik pembicaraan, “aku dan Ibu akan menyiapkan makan malam kita. Kevin, kau juga harus beristirahat.” Jeceline melirik Kevin sebelum menarik tangan Leanora untuk pergi meninggalkan mereka berdua. “Kau lihat, sikap anak itu sama sekali tidak berubah! Dia sama sekali tidak menghormatiku dan tidak mengan

  • Anak Untuk Suamiku   Menyambut Bryan

    “Lama tak jumpa, Selin. Bagaimana kabarmu?”!!! Mata Jeceline memaku melihat seorang pria yang tak asing berdiri di depan, menghalangi jalannya. “Bryan?—” “Sudah begitu lama, aku pikir kau telah melupakanku, Selin. Tak menyangka kau mengenaliku. Apa kau tak merindukanku?” Jeceline masih terpaku. Potongan rambut dan bentuk tubuh Bryan telah banyak berubah, tapi tetap saja cara berbicara dan tindakannya tidak berubah. “Berhenti di sana!” cegat Jeceline mengarahkan telapak tangannya ke depan hingga menghentikan langkah kaki Bryan yang sebentar lagi memposisikan begitu dekat jarak mereka berdua. “Kenapa? Apa Nyonya Andriko malu karena berbicara dengan seseorang sepertiku? Apa ini alasannya kalian tak menjemput kepulanganku?” “Bukan seperti itu, Bryan. Aku tak mau menimbulkan rumor buruk jika kita berdua bertemu di tempat umum seperti ini. Kevin dan Ibu baru-baru saja ke penjara tapi kau telah keluar sebelu

  • Anak Untuk Suamiku   Pilihan Jalan Keluar

    Leanora menundukkan wajahnya, “anggap saja Ibu tak pernah mengatakan hal ini. Dan tolong jangan memberitahukan pada Kevin kalau Ibu telah mengatakannya padamu. Dia akan marah besar pada Ibu.” ?? Apa hubungannya dengan dia? Rahasia keluarga apa lagi yang tersembunyi? “Aku justru akan mencari tahu lewat Kevin jika Ibu tidak mengatakannya dengan jelas.” Sorot mata Jeceline menjadi tegas. Diamnya mengartikan penantian penjelasan dari Leanora. Beberapa detik berlalu Leanora terlihat gelisah dengan tatapan Jeceline. Baru kali ini dia bimbang untuk mengatakan sesuatu. Biasanya dia tak pernah mementingkan perasaan orang lain dengan kata-kata menusuk, tapi sekarang seperti ada yang membungkam bibirnya agar tak berucap. “Karena Ibu sudah datang, apa salahnya jika memberitahukan semua padaku.” “Selin, sebenarnya….” Leanora menghentikan perkataannya, dia merogoh ke dalam tas lalu mengeluarkan map dan segera disodorkan ke arah Jeceline. Tanpa ragu-ragu, Jeceline yang ter

  • Anak Untuk Suamiku   Rahasia Kakaknya Kevin

    Jeceline mengangguk beberapa kali. Senyum muncul di wajahnya, “sangat puas dan sangat menikmatinya.” “Hmp!” dengus Kevin menyingkirkan tangan Jeceline yang masih merangkul tubuhnya, tapi tindakan itu tak berhasil sebab tangan Jeceline semakin erat. “Kevin, apa kau pikir kekhawatiranku terhadapnya karena alasan lain?” “Aku tahu, tapi tetap saja aku tak suka kau mengkhawatirkannya. Bagaimana pun kalian berdua pernah memiliki perasaan satu sama lain. Aku takut—” “Tidak lagi, Kev!” sela Jeceline meletakkan cepat jemari tangannya menempel di bibir Kevin. “Perasaanku terhadapnya telah menghilang sejak lama. Sejak aku memilihmu untuk menjadi pasangan hidupku.” Jeceline berucap pelan hingga terdengar suara serak lembutnya. “Aku mengkhawatirkannya karena aku takut dia melakukan kesalahan yang sama, mencelakaimu seperti dulu. Bagaimana pun aku masih mengingat apa yang dia katakan di saat terakhir, aku takut dia membalaskan semuanya pada kita.” Kira-kira hanya sep

  • Anak Untuk Suamiku   Kevin Cemburu?

    “Ibu, cukup!” gertak Kevin dengan suara lantang. Aura di dalam ruangan semakin dingin. Kedua orang ini selalu tak pernah akur setiap kali bertemu. Untung saja mereka berada dalam ruang VIP, jadi tak akan ada yang melihat atau pun mendengar seperti apa konflik di antara ibu dan anak ini. Jeceline menenangkan Kevin dengan menyentuh pahanya, “tenanglah. Jangan bicara terlalu kasar pada Ibu.” Bagi Jeceline singgungan ini sudah menjadi makanan sehari-hari setiap kali bertemu dengan Leanora. Jadi telinganya sudah kebal, perkataan itu tak akan berpengaruh lagi. “Kalau kamu mendengarkan perkataan Ibu untuk mengikuti program bayi tabung, pasti sudah ada seorang anak dalam keluarga kita … kamu juga, Selin! Sama sekali tidak bertanggung jawab menjadi seorang Istri! Sudah tujuh tahun mengerami telur, tapi belum bisa menetaskannya!” Seakan menipis oksigen di dalam ruangan hingga membuat napas Jeceline terasa sesak ketika mendengar bentakkan Leanora. Kesabaran juga telah hab

  • Anak Untuk Suamiku   Ada Apa dengan Tujuh Tahun?

    “Meskipun begitu, tapi bukan berarti dia bisa seenaknya menganggapmu sebagai mata pencariannya.” “Dia juga karena terpaksa, Selin,” protes Kevin menyela perkataan Jeceline. Tatapan tak senang itu muncul, “kalau aku tahu dia melakukan hal itu hanya demi mendapatkan uang untuk membiayai keluarga, tentu saja aku….” Kevin menjeda ucapannya, seolah tak ingin meneruskan pembicaraan. Jeceline masih memandang dalam diam, tapi saat dibantah emosinya memuncak lagi, “aku apa?” sorot mata tegas yang menyimpan kekecewaan tepat menuju ke manik Kevin. Jeceline masih menunggu jawaban, tapi bibir Kevin mengatup kaku. “Kau akan memberikannya uang yang sangat banyak begitu saja pada seorang gadis yang sama sekali tidak memberikan keuntungan terhadapmu? … atau kau akan menolak gadis secantik dia yang datang menjajahkan tubuhnya sendiri untuk kau nikmati?” lagi Jeceline melemparkan tumpukkan pertanyaan. Kevin menunduk penuh penyesalan. Dia menggelengkan kepala lalu meluruskan kembali w

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status