Share

Lemparan Batu

"Kia yang tenang di sana, ya, Nak. Jangan ganggu siapa-siapa di sini. Mama udah ikhlas, Nak." 

Jantungku berdegup kencang sekali. Napasku tersengal. Sekilas, ada bayangan anak kecil di kamar Kia.

Tanganku memegang erat pintu. Menutup mata dengan satu tangan. Jujur saja, ini menakutkan. 

"Mama? Mama kenapa teriak-teriak?" 

Eh? Aku membuka mata. Mendapati Tifa yang berdiri di hadapanku. Depan kamar Kia. 

Aku mengusap dada. Langsung menggenggam tangan Tifa keluar dari kamar Kia. 

"Tifa ngapain ke kamar Kak Kia, Sayang?" 

Baru saja ditinggal sebentar ke ruang tamu, Tifa malah pergi ke kamar Kia. 

Harusnya, ada saudara yang menemaniku. Sayangnya, semua bilang pada sibuk. Banyak alasan, langsung pulang setelah Kia dimakamkan. 

Mas Dion juga harus menjaga Mamanya yang dirawat di rumah sakit, karena serangan jantung ringan. Mama langsung sakit, ketika mendengar kabar Kia meninggal. 

Jadinya, tidak ada yang membantuku di sini. Menjaga dan mengurus Tifa sendirian. 

"Ayo, Tifa tidur. Udah malam banget, Nak."

Tifa mengangguk. Dia menarik tanganku ke kamar. 

"Ma, lihat, deh."

Aku menoleh ke arah yang ditunjuk Tifa. Ah, tadi aku lupa menutup gorden kamar. 

"Mama lupa nutup gordennya, Sayang. Udah, jangan dilihatin lagi."

Anakku tidak memperbolehkan ketika aku berdiri, hendak menutup gorden. 

"Di sana, ada Kak Kia, Ma. Senyum sama kita. Tapi dia kelihatan kedinginan."

Aku menelan ludah, menutup mata Tifa dengan tangan kanan. "Gak ada siapa-siapa di sana. Tifa tidur."

Hampir setengah jam aku menunggu Tifa tidur. 

Ponselku berdering. Hampir saja ketiduran. Dari Mas Dion. 

"Halo, Sayang. Aku di luar rumah, nih. Kamu udah tidur, ya?"

Buru-buru aku beranjak dari tempat tidur. Berjalan ke ruang tamu. 

"Hampir ketiduran, Mas. Kamu malam banget pulangnya. Kenapa gak bermalam di rumah sakit aja?" 

"Enggaklah. Kasian kamu. Aku udah minta tolong ke suster jagain Mama, kok."

Aku tersenyum menatap Mas Dion yang berdiri di depan pintu. 

Namun, ketika Mas Dion masuk, bau tidak sedap tercium. Aku mengernyit. Menutup hidung. 

"Kamu habis dari rumah sakit atau darimana, Mas? Kok bau busuk?" 

Ekspresi Mas Dion berubah. Dia langsung menciumi bau tubuhnya sendiri. 

"Ah, aku tadi lewat tempat pembuangan limbah. Baunya jadi gini, deh."

Aku menggelengkan kepala. Langsung menutup pintu rumah. 

"Mandi buruan, Mas. Udah aku siapin air panas, tapi gak tau udah dingin atau belum."

Mas Dion mengangguk. Dia berjalan ke kamar. 

Entah kenapa, aku merasa ada yang disembunyikan Mas Dion. Dia terlihat aneh sekali. 

***

"Mas, bangun. Udah pagi."

Aku menggoyangkan tubuh Mas Dion. Tifa sudah bangun, sekalian mandi tadi. Menunggu Papanya untuk sarapan. 

Mas Dion berdeham. Beberapa detik kemudian, bangun. Dia berjalan ke kamar mandi. 

Ponsel Mas Dion berdering. Ada pesan masuk. Namun, aku tidak bisa membuka kata sandinya. 

[Gimana kerjaan tadi malam? Beres?]

Eh? Alisku bertaut melihat pesan itu. 

Bukankah tadi malam Mas Dion bersama Mama di rumah sakit? Lalu, apa maksud pesan ini?

Tanganku gatal sekali ingin melihat pesan yang masuk. Entah siapa pengirimnya. Tetap saja tidak bisa. 

Mas Dion baru satu bulan terakhir ini ganti kata sandi. Selama ponselnya aku lihat sebelum ganti kata sandi, tidak ada yang mencurigakan. 

Maka nya aku diam saja. Namun, pesan ini aneh. Mengandung misteri. 

"Sarapannya udah siap?" 

Aku menoleh. Mas Dion sudah keluar dari kamar mandi. 

"Udah, Mas."

Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, aku langsung pergi ke ruang makan. 

"Mas makan sama Tifa dulu, ya. Aku mau bukain jendela kamar Kia dulu."

Mas Dion menganggukkan kepala. Duduk di kursi meja makan. Aku sendiri langsung berjalan ke kamar Kia. 

Kia sudah kelas tiga SMP. Sebentar lagi kelulusan. Sayang sekali, kejadian ini terjadi. 

Aku merapikan tempat tidur, baru mematikan lampu kamar. Membuka gorden dan jendela. 

Terdengar batu di lempar. Aku menelan ludah. Jantungku mulai berdegup kencang. 

Itu bukan halusinasi. Aku mendekati jendela yang sudah dibuka sejak awal. Ada batu krikil di lantai. 

Siapa yang melempar batu ini?

"Mama?" 

Tubuhku menegang, ketika melihat sosok hitam di luar jendela kamar. 

"Ki—Kia?" 

***

Jangan lupa like dan komen, yaa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status