Paul Archer itu tampak sedikit salah tingkah ketika pria di depannya itu berbicara seolah mengetahui isi hatinya."Tentu saja bukan seperti itu.""Hanya saja aku ingin memastikan apakah kamu serius akan mendirikan perusahaan di kota Valley ini." kata Paul Archer membuat alasan."Baiklah, asal kamu tidak memintaku untuk melanggar hukum dan melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan hati nuraniku, maka aku siap bergabung denganmu." tambahnya dengan nada tegas."Baiklah kalau begitu, aku pasti akan menyetujui syarat darimu." jawab Dylan.Beberapa saat kemudian mereka berdua bahkan terlihat saling berjabat tangan."Ini adalah kartu namaku dan alamat kantor, silakan datang jika ada waktu." kata Notaris Paul sambil menyerahkan kartu namanya kepada Dylan."Itu juga ada nomor teleponnya, silakan hubungi aku kapan saja jika kamu membutuhkan bantuan." tambah Paul Archer.Dylan pun menerima kartu nama itu dengan santa
"Oh selamat datang bos Jerry.""Apa yang membuat anda datang ke sini?" tanya Tuan Davidson seolah telah mengenal mereka."Halo Davidson, apa kamu tahu sekarang tanggal berapa?" tanya bos Jerry mengingatkan.Terlihat jelas kesombongan di wajah pria itu seolah dia merasa sebagai penguasa tempat ini."Sekarang tanggal 20." jawab Tuan Davidson singkat."Berarti kamu sudah tahu bahwa hari ini adalah jatuh tempo utangmu kepadaku yang sebesar 1,5 miliar itu?" "Tentu saja aku ingat, tapi maaf karena penjualan di perusahaan ku sedang sepi, aku minta tempo dua minggu lagi ya." pinta Tuan Davidson."Tolong bantu aku, mengingat kerjasama kita sudah berlangsung cukup lama." tambahnya sedikit memohon.Meskipun Tuan Davidson memiliki perusahaan Sunrise namun dia belum bisa membayar hutangnya karena penjualan perusahaan itu memang sedang tidak terlalu lancar.Bos Jerry itu menatap Tuan Davidson dengan wajah mengh
"Aku disini untuk menagih hutang, tapi orang mu ini malah memukulku, apa kalian semua tidak takut pada hukum?" kata bos Jerry dengan nada mengancam."Aku perintahkan kamu untuk segera berlutut dan menampar pipimu sendiri sebanyak 10 kali, jika tidak maka aku tidak akan segan untuk menelepon polisi." tambah pria itu dengan wajah marahnya.Bos Jerry yang marah dan gusar karena tamparan Dylan mengancam mereka akan menyerah.Bagaimanapun juga dia yang merasa memberi hutang kepada pak tua pemilik perusahaan Sunrise itu membuatnya berpikir bahwa dia adalah penguasa di tempat itu.Akan tetapi Dylan tetap bersikap tenang seperti biasanya seolah tidak terintimidasi sama sekali."Kamu ingin menghubungi polisi?" "Silahkan saja." jawab Dylan dengan tenang."Menurutmu siapa yang akan lebih dipercaya? Kamu atau kami? Kamu bahkan menagih hutang sambil mengancam orang lain. Bahkan ada CCTV di ruangan ini.""Jika kamu tidak percaya silakan coba telepon polisi sekarang juga, biar kamu dibawa sekalian.
"Iya betul." jawab Dylan santai."Aku berkata apa adanya." tambahnya."Tidak, aku tidak bisa menerima hadiah darimu sebanyak ini." kata tuan Davidson menggelengkan sedikit kepalanya."Karena kamu sudah membantuku membayar hutangku sebanyak ini maka aku akan memberimu saham di perusahaan Sunrise ini.""Tidak hanya itu saja, jika kamu bersedia maka aku akan menjodohkanmu dengan putriku yang bernama Suzy, itu orangnya." tambah Tuan Davidson sambil menunjuk ke arah Suzy, wanita yang sedang duduk di kursi pojok ruangan itu.Dylan tidak menyangka akan mendapat tawaran seperti ini, tidak hanya saham perusahaan Sunrise saja akan tetapi dia juga mendapat tawaran untuk menjadi menantu dari pemilik perusahaan ini.Walaupun perusahaan Sunrise ini bukanlah perusahaan yang begitu besar namun ini bahkan terasa seperti mendapat durian runtuh.Pria biasa pasti akan segera menganggukkan kepalanya tanpa berpikir panjang sama sekali.Namun sebelum Dylan dapat merespon,"Gimana menurutmu Suzy?""Apa kamu
"Baiklah." jawab Dylan singkat."Bagaimana kalau lusa, apakah kamu memiliki kesibukan lain Suzy?" tanya Dylan tanpa basa-basi sambil menatap ke arah wanita calon istrinya itu."Tidak, aku tidak ada kegiatan lusa." jawab Suzy tampak masih sedikit malu-malu."Kalau begitu lusa aku akan menjemputmu." kata Dylan."Baiklah." jawab Suzy sambil menganggukan kepalanya.Entah kenapa wajah dari wanita itu tiba-tiba tampak begitu senang setelah mendapat ajakan dari pria yang baru saja dikenalnya tersebut.Sepertinya dia mulai benar-benar jatuh hati pada Dylan.Benih-benih cinta pun mulai tumbuh di hati mereka.Tiba-tiba saja...."Suzy, apa besok kamu ada kesibukan juga?""Kalau tidak ada, apa kamu bisa menemaniku pergi keluar sebentar? Aku harus mengunjungi suatu tempat dan memerlukan penilaian dari seorang wanita." tanya Dylan mendadak kepada Suzy."Besok siang bisa, karena paginya aku masih ada urusan yang perlu diselesaikan." jawab Suzy yang masih tampak malu-malu."Baiklah, besok siang kita k
Wanita SPG yang bernama Elina Burnett itu menatap Dylan dengan tatapan penuh kesombongan.Menurutnya walaupun dulu dia begitu bersemangat mengajar Dylan namun kali ini keadaan malah berbalik 180°."Sekarang aku sudah menjadi senior SPG di showroom ini, gaji bulananku juga tinggi." kata Elina dengan sedikit sombong di wajahnya."Jangan pernah bilang bahwa kamu sengaja datang ke sini untuk mengejarku karena aku tidak pernah ingin memiliki suami yang miskin." tambah wanita itu kepedean.Menurutnya Dylan sekarang hanyalah pria miskin.Dengan pakaiannya yang hanya kaos oblong seharga kurang dari 50 ribu rupiah membuatnya tidak layak untuk bisa mendekatinya."Terserah saja apa katamu." kata Dylan dengan cuek."Aku datang kesini tidak untuk mencarimu namun hanya untuk membeli sebuah mobil." tambahnya sambil menunjuk ke arah mobil Honda Jazz berwarna kuning paling ujung."Apakah mobil itu bisa ditest drive?" tanya Dylan mengkonfirmasi."Tidak ada test drive untuk pria miskin sepertimu." jawab
"Iya 2 unit." "Satu untukku yang berwarna putih dan satu lagi untuk temanku yang berwarna hitam." kata Dylan dengan ekspresi santai seolah itu bukan hal yang besar.SPG tersebut lebih syok lagi, mobil yang seharga ratusan juta rupiah hanya diberikan secara cuma-cuma.Azen yang dari tadi diam saja juga kaget seperti hendak batuk darah, dia tidak menyangka Dylan akan membelikannya mobil, bahkan dengan harga yang selangit.Mimpi pun tidak pernah sampai ke sana.Dari kejauhan terlihat beberapa SPG saling berbisik memandangi Dylan dan juga SPG Clara itu seolah iri dengan bonus yang akan didapatkan oleh Clara setelah menjual 2 unit kendaraan tersebut."Tentu saja tuan.""Kami akan menyiapkan dua unit kendaraan yang kamu inginkan." kata SPG Clara itu dengan senyum lebar di wajahnya.Wanita itu sudah dapat menghitung bonus dari penjualan dua mobil besar itu yang pasti lebih tinggi daripada gaji bulanannya.Bahkan sales manager juga mendekat ke tempat itu sambil tersenyum dengan ramah kepada
Wanita itu mengetuk pintu sebelum masuk.Tokkk tookk..."Silakan masuk." terdengar suara dari dalam ruangan.Elina Burnett pun segera masuk ke dalam ruangan sales manager itu, dia berjalan dengan sopan dan tampak anggun seolah dia adalah wanita paling sopan di dunia ini."Maaf tuan manager, saya dari showroom sebelah ditugaskan oleh manajer kami untuk memberikan sedikit hadiah ini kepada pelanggan VIP Black Diamond Card itu." kata Elina Burnett memberitahukan niatnya.Sebagai seorang sales manager senior dia bahkan merasa tidak segan sama sekali dengan semua orang yang berada di tempat itu."Aku tidak memiliki maksud lain, hanya ingin memberikan hadiah jam tangan limited edition ini kepada beliau dan...." namun sebelum wanita itu dapat menyelesaikan kalimatnya, matanya melirik ke arah Dylan yang tampak duduk santai sambil menyeruput secangkir kopi.Srupppp ..."Dylan, kamu ngapain di sini?" bentak Elina melihat pria mantan teman SMA nya itu.Di matanya, Dylan hanyalah orang miskin dan