Share

06. ~BCSI~

Author: Himawarin
last update Last Updated: 2024-01-05 12:57:03

"Kau sungguh ingin tau alasannya?"

"Ya. Katakan!"

Karan terdiam, laki-laki itu malah betah memandangi wajah cantik Arcelia.

Kesal dengan tingkah Karan, Telapak tangan Arcelia lantas menutup kedua mata Karan secara kasar. Hingga kepala Karan membentur kepala ranjang.

"Aku bilang katakan, kamu pikir aku bisa mengerti bahasa kalbu? Hanya dengan melihat matamu yang melotot seperti itu!" Sewot Arcelia.

Lagi-lagi Karan dibuat tertawa. Ia meraih jemari Arcelia yang menutupi mata kemudian mengecupnya.

"Aku harus mencuci tanganku menggunakan disinfektan!" Sinis Arcelia usai menarik tangannya.

"Bukankah ini yang kamu mau? Diperlakukan dengan lembut?"

Arcelia menatap sinis, ia harus benar-benar waspada menghadapi seorang Karan yang memiliki jurus seribu muslihat.

"Bukan. Aku ingin cerai! Berhenti berbicara omong kosong, Karan!"

"Baiklah, tidak ada alasan tertentu mengapa aku memberikan neraka diawal untukmu. Tujuannya untuk menguji seberapa manusiawi dan seberapa layak kamu disebut gadis yang baik untuk dipercaya, menjadi istri seorang Karan tidak mudah," jelas Karan.

Shock? Tentu saja, bahkan bibir Arcelia tanpa sadar terbuka karena alasan yang sangat tidak masuk akal. "Kelakuanmu sungguh diluar semesta, Karan. Bagaimana mungkin menguji sementara kamu saja tidak seperti manusia." Arcelia berucap dengan kepala yang menggeleng pelan.

Karan tersenyum miring, ia mendekatkan wajahnya hendak melakukan sesuatu, namun, Arcelia lebih dulu mencegah, telapak tangannya mendorong wajah Karan.

"Mengapa harus aku? Apa salahku!" Bentak Arcelia. Menurutnya, Karan seperti memiliki dendam kesumat terhadap dirinya.

"Satu-satunya kesalahanmu adalah menerima lamaranku. Kamu sudah masuk ke dalam hidupku, maka tidak ada jalan keluar bagimu." Karan menampilkan ekspresi devil-nya.

Menggelengkan kepala, berkali-kali pun Arcelia mencoba mencerna alasan yang dikatakan oleh Karan tetap saja gadis itu tidak dapat memahaminya.

Karan menatap lekat wajah Arcelia yang terlihat sekali tidak terima alasannya.

"Sekarang giliranku bertanya, mengapa kamu mau menerima lamaranku?"

Karan tahu betul hubungan dekat antara Arcelia dengan Bryan. Bagaimana cara adiknya yang memandang Arcelia dengan tatapan penuh cinta. Dan begitu pula Arcelia yang kerap tersenyum senang ketika mengobrol dengan Bryan.

Hanya dilihat dari situ saja sudah jelas jika keduanya saing mencintai. Tidak ada yang namanya sahabat antara laki-laki dan perempuan. Pasti ada rasa diantara keduanya.

"Karena aku tertipu oleh wajah malaikatmu! Itu adalah kesialan terbesar dalam hidupku."

Dahulu, saking mengagumi Karan. Arcelia kerap menanyakan hal apa pun mengenai Karan terhadap Bryan. Dari kesukaan, hal yang paling dibenci hingga Arcelia tahu jika Karan alergi terhadap udang.

Apa lagi ketika Karan menolongnya, saat Arcelia hendak dilecehkan oleh teman Bryan. Bagaimana kerennya Karan melindungi dirinya hingga babak belur. Hal itu membuat Arcelia memandang Karan semakin baik bak seorang malaikat.

Kini baik Arcelia dan Karan, sama-sama terdiam. Mereka sama-sama tidak percaya dengan alasan yang diberikan.

"Hanya karena itu?" tanya Karan sangat tidak yakin.

"Ya, makanya cerai saja!"

"Kak! boleh aku masuk?" Suara Bryan terdengar.

Karan segera mengambil posisi, mendekap erat Arcelia.

"Lepaskan. Tidak seperti ini jika ingin membunuhku!" Arcelia meronta.

"Diamlah. Atau aku akan melakukannya sekarang supaya dilihat oleh Bryan," bisik Karan mengancam.

Arcelia berhenti meronta, ia tidak mau ambil resiko. Karan itu sangat berbahaya, ada kalanya ia harus pura-pura mengalah untuk menang.

"Aku sudah tidak minat membuatmu jadi gelandangan, membunuhmu sepertinya pilihan terbaik!"

Karan terkekeh mengejek. Ia semakin mengeratkan dekapannya.

"Masuk saja! Tidak dikunci!" Teriak Karan menjawab pertanyaan Bryan.

Bryan muncul dari balik pintu, pria itu memalingkan wajah saat melihat betapa mesranya pengantin baru itu. "Maaf, aku mengganggu, ya?"

"Tidak." Karan membalas dengan singkat.

"Katanya, Kakak kambuh alerginya, sekarang bagaimana kondisi, Kakak?" Bryan bertanya kondisi Karan. Namun fokus laki-laki itu tertuju pada Arcelia yang wajahnya tenggelam di dada Karan.

"Sudah membaik. Istriku sangat bisa diandalkan dalam merawatku."

Brayan mengangguk dengan senyum tipis. "Syukurlah. Oh, iya. Selain itu, aku disuruh kakek memanggil Arcelia-"

"Arcelia sekarang sudah menjadi istriku, kurang sopan jika kamu memanggil hanya dengan namanya, Bray." Karan memangkas ucapan Brayan.

"Maaf, maksudku, kakek menyuruh kakak ipar untuk sarapan bersama," tutur Brayan.

"Karan aku butuh sarapan, untuk melawanmu," kata Arcelia pelan.

"Baiklah, kita lihat seberapa kuat kamu bisa melawanku." Karan berbisik. Dari sudut pandang Bryan terlihat seperti Karan sedang mengecup Arcelia.

"Arcelia, akan turun sebentar lagi. Kamu ke ruang makan saja dulu," ucap Karan pada Bryan.

Mendengar pintu kamar tertutup. Arcelia segera menjauhkan dirinya. "Lihat saja, aku akan kabur. Tidak akan kembali ke kamar ini!"

"Lakukan saja, aku jamin, orang tuamu akan mengembalikanmu kemari," balas Karan percaya diri.

Arcelia mengabaikannya. Gadis itu pergi dengan langkah yang dihentakan, lalu menutup pintu dengan begitu keras.

"Arcelia!" Karan memegang dadanya karena terkejut. Laki-laki itu menarik napas dalam lalu menghembuskannya.

"Ya ampun, menghadapi satu gadis seperti menghadapi sepuluh harimau. Semoga tensiku tidak melonjak." Karan mengusap-usap dadanya.

Usai sarapan, Arcelia tidak kembali ke kamar. Gadis itu memilih keluar beralasan ingin melihat taman bunga yang ada di bagian samping rumah. Sebenarnya ia butuh waktu untuk mencari solusi menghadapi Karan.

Cukup lama Arcelia terdiam menatap bunga yang indah, namun ia belum menemukan solusi apa pun. Gadis itu menghela napas berat.

Satu kelopak bunga mawar tiba-tiba berada di depannya. Arcelia pun lantas menoleh. "Bryan?"

Sementara di dalam kamar. Karan duduk dengan perasaan resah. "Apa dia benar-benar kabur? Harusnya sudah kembali."

Mengabaikan rasa pusing yang masih tersisa. Karan lantas beranjak dari duduknya, ia keluar untuk mencari Arcelia.

Di beri tahu oleh salah satu ART. Karan lantas berjalan menuju taman. Namun langkahnya terhenti kala dari kaca besar yang menunjukkan pemandangan taman. Terlihat ada Bryan yang tengah berdiri di samping Arcelia.

"Apa maksudmu memberiku bunga? Apa ini belasungkawa?" Tanya Arcelia dengan sinis. Ia tidak menerima bunga itu.

Tersenyum tipis, Bryan menoleh menatap wajah Arcelia dengan tatapan begitu dalam. "Aku tidak menyangka kamu tiba-tiba jadi Kakak iparku." Suara Bryan terdengar lirih.

"Kamu salah satu orang yang harus disalahkan. Mengapa kamu tidak bilang jika Karan laki-laki yang seperti itu! Mengapa kamu membual tentang kebaikan Karan!"

Jika saja Bryan jujur mungkin Arcelia tidak akan menerima lamaran Karan. Sebab pusat informasi kebaikan Karan adalah dari Bryan.

"Kak Karan memang baik, Arcelia. Ada apa denganmu, bukankah ini yang kamu inginkan?" Bryan mencoba merelakan gadis yang ia cintai untuk sang kakak.

Arcelia tidak menjawab, gadis itu memalingkan wajah lalu berjalan cepat meninggalkan Bryan. Namun naas, kakinya tersandung hingga terjatuh. "Mengapa kesialanku masih berlanjut!" Racau Arcelia sembari memukul rumput.

Bryan segera menghampiri Arcelia. Laki-laki itu mengangkat Arcelia tanpa ijin. "Turunkan aku, Bry! Kau tidak boleh menyentuhku sembarangan!"

Melihat pemandangan seperti itu, Karan mengepalkan tangannya. Laki-laki itu berpaling berjalan kembali ke kamar. "Sudah aku duga. Arcelia pasti memiliki alasan lain mau menikah denganku. Bisa-bisanya dia berduaan dengan laki-laki lain."

Beberapa pun menit berlalu. Arcelia baru kembali ke kamar. Baru saja dia masuk disambut oleh Karan.

Byur.

Dengan tega Karan menyiramnya menggunakan satu ember air.

"Karan! Apa yang kamu lakukan apa kamu gila!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BELENGGU CINTA SUAMI IDAMAN    68. BCSI

    Perkelahian sengit pun terjadi, Aarav benar-benar serius setiap melayangkan serangannya.Kedua laki-laki dewasa itu sudah mendapat lebab di masing-masing bagian tubuh.'Untuk orang yang sangat sibuk mengurus perusahaan raksasa, dia cukup tangguh,' batin Karan.Buk! Karan lengah, wajahnya terkena tinju keras oleh Aarav."CK. Lemah begini jadi suami Arcelia," ejek Aarav mulai menyerang mental Karan.Mulai mengurangi rasa sopan, Karan pun membalasnya, "Meski lemah. Setiap aku pernah menjadi penyelamat istriku." Ingat mental Karan tidak selemah itu."Cih. Sudah lemah, sombong pula. Kau memang menyelamatkannya, tetapi tetap saja akulah hidupnya," ucap Aarav semakin menjadi-jadi.'Sepertinya dia memang tidak beres. Mana ada seorang kakak mengatakan hal seperti itu. Baiklah akan aku buat sadar dengan pukulan ini.'Karan pun berhasil memukul wajah Aarav. "Jelas posisi kita berbeda. Kamu kakaknya, dan aku suaminya yang sekarang bertahta dihati Arcelia. Kamu memiliki batasan, sementara aku ti

  • BELENGGU CINTA SUAMI IDAMAN    67. BCSI

    Dahi Arcelia berkerut karena mendengar pertanyaan Karan. "Mengapa bertanya seperti itu?""Tidak apa-apa. Hm. Dia sangat positif, ya?"Arcelia terkekeh. "Apa kamu cemburu dengan kakak iparmu sendiri?""Sedikit, kamu terlihat sangat manja padanya."Arcelia tidak habis pikir dengan apa yang Karan katakan, Karan terlalu berlebihan. "Karan. Kak Aarav itu kakak kandungku, kamu memiliki aliran darah yang sama, begitu juga dengan Azka.""Aku lega mendengarnya. Tapi, apa kalian memang sedekat itu?"Arcelia lantas mengangguk. "Jangan berpikir macam-macam. Kami benaran kakak beradik. Kak Aarav adalah malaikat dalam hidupku, aku harap kamu juga bisa dekatnya, layaknya kakak adik."'Tatapanya saja seperti laser padaku. Aku tidak yakin bisa menjadi ipar yang rukun dengannya.' Karan membatin."Dia melarang untuk tidak menggangu waktu kalian. Apa itu tidak terlalu kejam? Aku kan suamimu.""Kami jarang sekali bertemu. Apa lagi semenjak aku pindah ke sini, aku dan kak Aarav bertemu hanya sekitar setah

  • BELENGGU CINTA SUAMI IDAMAN    66. ~BCSI

    Kini semuanya berkumpul, duduk di ruang keluarga termasuk Azka.Semua rasa penasaran Karan telah terjawab. Ethan satu circle dengan kakak Arcelia yang bernama Aarav. Dan Karan yakin masih ada lagi orang-orang luar biasa yang mengenal bahkan dekat dengan Arcelia mengingat seorang Aarav adalah kakaknya.Dengan rumah yang bisa dibilang sederhana untuk ukuran konglomerat seperti orang tua Arcelia, orang di luar sana pasti tidak akan menyangka jika keluarga yang berada di dalamnya adalah sultan. Bahkan Karan sendiri sempat menganggap Arcelia kalangan biasa.'Mereka sangat pandai menyembunyikan jati diri. Tidak aku sangka ternyata aku telah menikahi seorang putri.'"Kalian akan menginap, kan?" Tanya Abbas, ayah Arcelia.Arcelia lantas menoleh, ia belum membicarakan ini dengan Karan. "Jika Arcelia menginginkannya. Kami akan menginap, Ayah," jawab Karan.Arcelia mengangguk. "Kita menginap."Abbas tersenyum senang. "Karan, kamu belum mengenal putra pertamaku. Saat kalian menikah dia tidak bis

  • BELENGGU CINTA SUAMI IDAMAN    65. ~BCSI

    "Aku benar-benar merindukanmu," katanya kemudian kembali memeluk Arcelia setelah mencium pucuk kepala gadia itu."Bukankah kamu sangat sibuk? Suatu keajaiban kamu pulang," ucap Arcelia.Laki-laki itu memasang wajah sedih. "Dari kata-katamu sepertinya kamu tidak meringankan aku, ya." Arcelia terkekeh pelan, ia kemudian membalas pelukan laki-laki itu. "Mana mungkin aku tidak merindukanmu."Di tempatnya, Noah menahan Karan sekuat tenaga. Laki-laki itu selalu melontarkan kata mutiara supaya Karan tenang."Lihat! Gunakan otak cerdasmu. Kali ini Arcelia memeluknya!" Geram Noah.Karan terdiam membantu, ia seakan dalam mimpi, kebahagiaan yang baru terjadi kini seakan lenyap begitu saja dengan pemandangan yang mengerikan di depan sana.Arcelia mengurai pelukannya, ia tatap laki-laki di depannya dengan senyum yang begitu lebar. "Sekarang mana hadiah untukku?"Laki-laki itu mencibir, kemudian berpura-pura merajuk. "Apa kamu hanya mengharap hadiah dariku?""Tidak sih. Tapi sepertinya kurang leng

  • BELENGGU CINTA SUAMI IDAMAN    64. ~BCSI

    Dari balik kaca besar lantai dua, tepatnya di dalam kamar. Mona berdiri,. pandangannya menatap ke bawah di mana ada Arcelia yang tengah mengobrol dengan kakek."Sayang sekali wanita itu tidak berada dipihakku. Keberaniannya akan sangat menguntungkan jika saja Bryan tidak terlambat menjeratnya."Mona akui, sisi berani dan tegas Arcelia sangat cocok untuknya. Akan tetapi karena di kubu yang berbeda dan selalu membuat dirinya naik pitam membuat Mona saat ini begitu geram pada Arcelia."Sekarang kamu masih bisa tertawa dengan pak tua itu. Tunggu saja tanggal mainnya," gumamnya dengan tatapan sinis dan kebencian.Sementara itu di taman bunga.Arcelia tengah menemani kakek meminum teh."Terimakasih Arcelia," ucap Kakek."Untuk apa, Kek? Aku tidak melakukan apa pun," kata Arcelia bingung.Tersenyum tipis, mata tua kakek menatap bunga yang bermekaran di depan mereka. "Kamu telah membuat Karan berwarna dan segar seperti bunga-bunga itu."Terkekeh pelan, Arcelia menggeleng. Dirinya tidak merasa

  • BELENGGU CINTA SUAMI IDAMAN    63. ~BCSI

    Arcelia terdiam, dalam benaknya menghitung beberapa teman serta mengingat semua sikap prilaku mereka terhadap dirinya.Sementara itu, Karan menunggu dengan penuh harap."Sepertinya tidak ada yang berlebihan. Diantara mereka memang Bryan yang bersikap sangat perhatian," ucap Arcelia.Karan menghela napas kecewa. Ia pikir akan mendengar cerita tentang malaikat. 'Kalau seperti itu. Apa si malaikat ini orang yang terobsesi dengan Arcelia. Apa mungkin seperti yang Noah bilang kalau yang dimaksud nama malaikat, malaikat pencabut nyawa?'---Esok hari.Arcelia yang suka dengan kegiatan memasak, pagi ini hendak membuat bekal untuk Karan.Dari ambang pintu dapur, ia melihat Mona yang tengah memberi tahu para pekerja untuk memasak."Kalau dilihat sih kayak orang bener, nggak taunya monster," batin Arcelia.Ia mempertahatikan setiap pergerakan Mona, siapa tahu wanita itu akan menyisipkan bubuk aneh ke dalam bahan makanan, sejenis r4cvn, mungkin?"Jangan pakai itu. Bryan tidak suka." Terdengar su

  • BELENGGU CINTA SUAMI IDAMAN    62. ~BCSI

    Arcelia masih terdiam di tempatnya, sementara Bryan mulai melangkah masuk ke dapur dengan sepasang mata yang menatap lurus pada Arcelia.Melihat pergerakannya Bryan yang sudah melewati pintu, Arcelia lantas membuang pandangan kemudian melangkah menuju pintu.Saat keduanya hendak saling melewati, Bryan berucap, "Arche, boleh minta waktunya sebentar?"Arcelia berhenti, namun gadis itu diam saja.Bryan berbalik memposisikan diri di depan Arcelia. Reflek Arcelia sedikit melangkah mundur.Pergerakan Arcelia yang menjauh darinya membuat hati Bryan yang masih terluka bagai disiram air jeruk nipis, perih, panas dan sakit sekali.Meski hal yang Arcelia lakukan sangat wajar tetapi rasanya sungguh sangat menyakitkan.Untuk memberi ruang, Bryan mengambil satu langkah mundur. Bryan tersenyum kecut, laki-laki itu pun berucap, "Kamu tidak perlu takut, Arche. Aku hanya ingin meminta maaf untuk hal yang sangat tidak pantas yang telah aku lakukan."Arcelia mengangguk pelan, dirinya bingung harus mengat

  • BELENGGU CINTA SUAMI IDAMAN    61. BCSI

    Karan menggeleng sangat pelan, laki-laki itu kemudian berbisik, "Ikuti saja alurnya, percaya pada Arcelia, kamu dengar, kan kalau ini menyangkut nyawa. Kesehatan orang itu memang buruk, aku tahu karena pernah melakukan kerja sama dengan beliau.'Noah nyaris berdecih. 'Percaya katanya? Tadi saja jika aku tidak masuk tepat waktu dia akan memukuli laki-laki itu,' gerutu Noah dalam hati.Pertemuan mendadak itu pun berakhir usai mereka mengobrol beberapa menit. Orang tua Irena pamit lebih dulu untuk ke rumah sakit.Sementara Irena saat ini lagi-lagi bersimpuh, kali ini menghadap pada Noah. "Maaf dan terimakasih banyak. Mas dokter sungguh mulia, aku sangat berterima kasih," kata Irena."Kak Noah, maaf. Ini beneran urgent. Kebetulan Kak Noah jomblo, jadi tidak ada salahnya jika mencoba berkenalan dengan temanku ini," ucap Arcelia sedikit terdengar tidak tahu diri di telinga Noah.'Sepertinya dia tertular Karan.' Noah membatin.Noah memijit pelipisnya, ia memang menginginkan pasangan. Tetapi

  • BELENGGU CINTA SUAMI IDAMAN    60. ~BCSI

    Napas Karan memburu saat dari sudut pandangnya melihat seorang laki-laki tengah mencium tangan Arcelia.Usai mendorong Dewa, Karan menarik tangan Arcelia. Menaruh sang istri di belakangnya."Karan, kamu salah paham," ucap Arcelia seraya menyentuh lengan laki-laki itu."Salah paham apanya? Dia sudah kurang ajar berani menyentuhmu!" Tekan Karan menggeram. Sepasang mata sipitnya menatap tajam pada Dewa.Sedari malam ia sudah dihantui rasa takut akan kehilangan Arcelia. Setelah tadi Arcelia panik dan terburu-buru datang hanya untuk laki-laki lancang yang baru saja mencium tangan sang istri."Karan, dia-""Teman macam apa yang mencium tangan temanya, Arche?" Potong Karan. Raut wajah laki-laki itu sudah tidak bisa didefinisikan.Kombinasi marah, khawatir, ingin mengamuk menjadi satu.Dewa yang baru saja bangun dari jatuhnya lantas mendekat pada Karan. "Maaf. Anda benar-benar salah paham. Aku tadi tidak mencium tangan Arcelia, hanya sedang memohon-""Memohon agar mau denganmu?" Lagi-lagi Kar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status