Esme berusaha untuk melepaskan genggaman tangan Four tetapi Four sama sekali tidak memberinya celah sedikitpun untuk melepaskan tautan tangan mereka. Sebenarnya Esme bisa saja melepaskan tautan tangan mereka dengan cara yang lebih kasar, tapi apa boleh buat karena sebelum Esme ingin melakukan hal tersebut tiba tiba seorang pelayan yang berpakaian cukup rapi dan sepertinya sudah cukup umur datang menghampiri mereka berdua. Esme hanya menampilkan senyum kakunya ketika pelayan tersebut sedang melihat ke arahnya dnegan tatapan yang sayu.
“Buenas noches, señor Austin. La señora está en el comedor.” Ucap Pelayan itu memberi salam kepada Esme dan Four
(Selamat malam Tuan Austin. Madame berada di ruang makan saat ini)
Tapi detik selanjutnya Four sama sekali tidak membalas ucapan pelayan tersebut, Esme yang berada di sampingnya merasa shock sama sekali karena tidak mengira kalau ternyata bukan hanya sifat brengsek nya saja tetapi juga tid
"Jika kau berbicara denganku jangan sekali skali menggunakan bahasa Spain karena kau tau sendiri aku tidak mengerti banyak dengan Bahasa Spain, Jika ingin bertanya langsung saja katakan tidak perlu di tutupi begitu. Pengecut sekali." balas Esme sambil mendorong pelan badan Austin agar sedikit menjauh darinya "Apa kau tipikal perempuan yang menunggu saat menikah ?" tanya Austin cukup tergoda "Itu bukan urusanmu." jawab Esme sudah lelah "Aahh Hahaha sangat lugu sekali." balas Austin yang sepertinya sudah bisa menebak Esme segera menyudahi pembicaraan walaupun ia sangat ingin menimpali ucapan Austin dengan sangat tajam. Dan apa yang Austin bilang barusan ? Perempuan yang menjaga kehormatannya dibilang lugu ? Sungguh laki laki ini tidak tau diri sekali. Bahkan bagi Esme ia begitu bangga bisa menjaga kehormatannya agar tidak jatuh ke tangan orang yang salah apalagi sampai jatuh ke tangan Austin Ri
Esok pagi, Esme terbangun karena mendengar suara kicauan burung yang berada di luar ruangan serta sinar matahari yang mulai masuk menyusuri seluruh ruangan ini menjadikan ruangan ini lebih terang dari sebelumnya. Esme merasa tidurnya kali ini sangatlah nyenyak perihal tadi malam, ia bahkan bermimpi sedang berpesta pesta dengan temannya saking senang dan bangganya akan dirinya sendiri. Mungkin pesta merayakan perbuatan yang Esme lakukan tadi malam, bahkan ketika mengingatnya Esme jadi geli sendiri. Esme berbalik badan dan membuka matanya dengan perlahan tetapi yang ia lihat pertama kali adalah wajah kesal beserta lelahnya wajah Austin. Matanya terlihat cukup merah dan sangat sayu, Mungkin benar seperti dugaan Esme. Ia tidak tidur kemarin malam karena sibuk mengurusi anaknya yang tidak kunjung tidur ... "“Buenos días, señor Austin.” sapa Esme ceria dan menampilkan senyum indahnya (Selamat pagi, Tuan Austin)
"Kau mau lepaskan atau tidak aku akan --" ucap Esme terpotong dengan wajah kesalnya "Akan apa ? Menendangku ? Cobalah kalau kau memang berani." balas Austin tidak takut "Kau belum tahu rasa tendanganku yah. Kalau begitu rasakan saja jika memang kau penasaran." balas Esme terpancing masuk ke dalam perangkap Austin Sebelum Esme ingin meluncurkan aksinya ia sudah terlebih dahulu di gendong oleh Austin. Esme bagaikan butiran kapas bagi Austin, Esme hampir saja menjerit karena tiba tiba Austin langsung menggendongnya dengan sangat cepat dan sangat mudah. Hanya dengan menarik dan mengangkat tubuhnya, sekarang Esme sudah berada tepat di gendongan Austin. "Gunakan akal sehatmu Austin. Lepaskan Aku !!" ucap Esme terus bergeliat seperti cacin kepanasan saat digendong oleh Austin "Tidak." balas Austin singkat, jelas dan juga padat. Bahkan Austin sama sekali tidak merasa terkecoh a
Saat sampai di São Paulo International Airport Brazil tidak ada satupun dari Esme maupun Austin yang juga memulai perbincangan di antara mereka berdua. Dan sebenarnya Esme juga tidak mempermasalahkan Austin akan terus berdiam diri sampai satu minggu kedepan tetapi karena yang sedang Esme hadapi adalah untuk kelangsungan project yang ia kerjakan. Maka mau tidak mau ia tetap harus membuat Austin terus menginginkannya. Ketika sudah turun dari pesawat pribadi milik Austin, diluar pesawat sudah terdapat mobil sport yang sudah menjemput mereka."Kita akan kemana sekarang ?" tanya Esme ketika sudah berada di dalam mobil berduaan dengan Austin"Bukan urusanmu." jawab Austin yang terlihat masih menyimpang kekesalannya'Yasudah kalau memang tidak ingin berbicara denganku, toh aku juga tidak peduli' batin Esme berucap dalam hatinya"Kau diamlah di rumah dan jangan kemana mana ..." ucap Austin mengingatka
Esme langsung menyipitkan matanya dan langsung melihat ke salah bentuk tatto yang begitu ia ingat dan kenal dengan orang tersebut. Ia adalah Joseph Busto, salah satu mantan agent CIA bagian IT. Jangan ditanya mengenai kemampuannya ia adalah orang paling handal dalam memecahkan sebuah masalah yang berhubungan dengan IT. Ia sempat menjadi kepala utama di bagian IT tapi sayangnya entah ada angin dari mana, Esme langsung mendapat kabar kalau ia mengundurkan diri."‘Está borracho. Confías en este tipo que está tan borracho" ucap Austin ketika melihat Joseph masuk dengan keadaan yang hampir jatuh(Dia mabuk. Kau percayakan semua ini kepada orang yang Alcoholic seperti dia ?""Créeme, cuando veas sus habilidades. No tiene rival." ucap laki laki yang berpakaian trendy itu(Percayalah padaku bro, jika kau sudah melihat keahliannya maka kau akan tau kalau dia tiada tandingannya.)
Austin langsung menarik dagu Esme dan menatap manik mata Esme dengan begitu lekat hingga tidak mempedulikan hal lain melainkan hanya berpusat pada manik mata Violet nya. Esme rasanya seperti terbakar dengan tatapan Austin yang seperti ingin melahapnya habis habisan seperti hewan buas yang baru menemukan mangsa segarnya. Dalam hatinya Esme sedikit bergidik ngeri dengan tatapan Austin yang membakar seluruh tubuhnya ..."Bukankah harusnya kau mandi karena kau baru saja pulang dari luar." ucap Esme berusaha untuk menepiskan suasana hening dan sepi ini"Sepertinya tidak hanya aku saja yang belom mandi." ucap Austin yang ikut menyadari Esme masih menggunakan pakaian yang sama'Sialan aku juga belom lama sampai makanya belom mandi ...' batin Esme menggerutu ke dirinya sendiri"Kalau begitu aku pun akan segera mandi sekarang..." ucap Esme langsung beranjak pergi dari hadapan AustinTapi
Esme segera keluar dari ruangan kamar mandi setelah beberapa menit berada di dalam yang hanya berdiam diri menatapi dirinya sendiri di pantulan cermin. Esme sudah menduga kalau Austin pasti langsung menoleh dan menunggunya keluar, karena hal itu ketebak dari pertama kali Esme keluar. Tetapi detik setelahnya Esme menampilkan senyum miringnya ketika melihat reaksi yang ditunjukkan oleh Austin yang tampak tidak percaya ...'Aku tidak akan semudah itu melakukannya di depanmu' batin Esme berucap dalam hatinya"Aku yakin kau akan sakit setelah ini." ucap Austin yang masih melongoEsme sengaja keluar dari kamar mandi mengenakan bathrobe nya yang masih basah walaupun di dalamnya Esme sudah mengenakan lingerie tersebut. Esme memang sengaja dan ia sudah bertekad kalau ia akan mengenakan bathrobe basah ini selama semalam penuh dan berjanji untuk tidak akan melepaskannya."Aku akan lebih memilih untuk saki
Pagi harinya Esme terbangun dengan kondisi tubuhnya yang begitu sehat dan nyenyak karena kemarin malam Esme dapat tertidur pulas tanpa ada sebuah gangguan sedikitpun dari laki laki buaya kelas kakap yang entah tidur dimana ia kemarin malam. Esme segera turun dari kasurnya dan segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Esme juga sempat melihat jam yang baru menunjukkan pukul 5 pagi.Seharusnya Austin masih belom bangun untuk jam segini, batin Esme menebak nebak dalam hatinya. Setelah Esme selesai mandi ia langsung membereskan kembali sofa yang sempat ia dorong ke arah pintu agar pintunya tidak bisa terbuka lalu langsung membuka kuncinya. Suasana dirumah Austin begitu sepi, suram sekali di dalam. Esme tidak melihat ada orang yang berlalu lalang di koridor ruangannya berada. Dan seketika Esme mendapati Kiana yang sedang berjalan menaiki anak tangga ..."Morning Kiana..." sapa Lawrence tersenyum"Mornin