Share

BUKAN OB BIASA
BUKAN OB BIASA
Author: sutan sati

1. KELUAR DARI PENJARA

Seorang pria muda dengan tinggi 170an, berbadan tegap dengan kulit cerah, tampak keluar dari gerbang penjara. Ini adalah masa paling lama ketika ia berada dalam tahanan, sudah hampir sebulan Ia berada dalam penjara akibat memukuli salah seorang anak anggota dewan.

Masalahnya sederhana, karena pria tersebut menggoda wanitanya. Karakternya yang impulsif membuat sang pemuda langsung menghajar pria tersebut, sampai membuatnya harus kehilangan beberapa gigi dan juga menderita patah beberapa tulang rusuk. 

Tidak berhenti sampai disitu, pemuda yang dikeroyoknya ternyata memanggil bantuan teman-temannya. Pertarungan tidak seimbangpun pecah di antara kedua belah pihak, namun si pemuda yang sudah terlatih beladiri sejak kecil, berhasil mengalahkan sepuluh orang pengeroyoknya. Meski dengan begitu, Ia juga menderita beberapa luka setelah pertarungan.

Pria tersebut bernama Adam Eka Widjaja.

Ini bukan kali pertama Ia bertindak impulsif seperti itu. Beberapa bulan sebelumnya, Ia juga mengalami kasus yang hampir sama. Bedanya, Ia berhasil mengalahkan seorang pembalap amatir dalam sebuah pertandingan balap ilegal. 

Pria yang dikalahkannya tidak terima dengan kekalahannnya dan menolak untuk memberikan mobilnya sebagai hadiah untuk si pemenang. Lagi-lagi, Adam menunjukkan keberingasannya dengan menghajar pria tersebut tanpa ampun.

Banyak lagi kasus lainnya, baik itu yang berhubungan dengan kekerasan atau wanita.

Tapi sejauh ini, Adam tidak pernah menghuni sel tahanan lebih dari sehari dan bahkan hanya dalam hitungan jam, Ia sudah keluar dari penjara. Itu semua berkat pengaruh orang tuanya yang dikenal sebagai salah satu orang terkaya di Negeri ini.

Namun kali ini berbeda. 

Adam sudah hampir sebulan berada dalam penjara, orang tuanya sama sekali tidak mengirim pengacara keluarga atau memanfaatkan koneksi mereka sebagai upaya untuk mengeluarkannya. 

Adam yang tumbuh dengan egonya, merasa sangat kesal dengan keadaan ini. Ia sangat tidak cocok dengan kehidupan dalam penjara, sebulan berada disana membuatnya sangat bosan dan emosinya menjadi semakin tidak terkendali.

Begitu berada diluar, disana Ia hanya menemukan Pak Ali seorang yang sedang menunggunya. Pak Ali adalah kepala pelayan keluarga Widjaja. Mungkin di antara semua orang yang ada dirumahnya, hanya Pak Ali yang membuat Adam tidak berani bersikap sombong seperti biasanya. Karena disamping sebagai kepala pelayan keluarga, Pak Ali juga adalah guru silat yang melatih kemampuan beladiri Adam, sehingga bisa semahir sekarang.

Setelah menyapa pak Ali, Adam langsung masuk ke dalam mobil dan duduk dibangku penumpang dibagian belakang. Wajahnya terlihat kesal, karena orang tua yang diharapkannya untuk menjemputnya tidak datang hari itu.

Pak Ali hanya bisa geleng-geleng kepala dan menghela nafas dalam melihat sikap majikan mudanya. Tanpa banyak komentar, Pak Ali masuk dan duduk dibalik kemudi.

Namun Ia tidak serta merta menyalakan mobilnya, tujuannya menjemput Adam waktu itu karena Ia ingin bicara dengan pemuda tersebut sebelum membawanya pulang.

"Den, bisa duduk disebelah Bapak?" Tanya Pak Ali tenang namun terdengar begitu berwibawa.

Adam menatap Pak Ali dari balik kaca spion yang ada didepan dan menemukan keseriusan diwajah Pak Ali.

Sebenarnya, Adam bisa saja menolak permintaan Pak Ali. Tapi dia masih memiliki rasa hormat pada Pak Ali, karena itu meski dengan gayanya yang malas-malasan Ia beranjak keluar dan beralih duduk disamping pak Ali.

"Mau bicara apa Pak?" Tanya Adam dengan wajah datar. Seperti biasa, Pak Ali setiap menjemputnya selalu memberi wejangan agar dia dapat memperbaiki dirinya dan tidak terus-terusan bikin susah keluarganya.

Tapi, memang Adamnya yang keras kepala dan kadang suka bersikap impulsif. Meski begitu, Pak Ali tidak pernah bosan menasehatinya. Ia masih berharap tuan mudanya itu dapat berubah kelak dan tidak terus-terusan membuat orang tuanya susah dengan kelakuannya.

Pak Ali juga sudah menanggap Adam sebagai anaknya sendiri, karena Ia menghabiskan banyak waktunya bersama Adam untuk melatih pemuda tersebut ilmu silat.

Pak Ali tersenyum teduh, Ia dengan sikap penuh kebapakan berkata dengan tenang pada Adam, "Ingat kamu pernah bertanya pada Bapak, kenapa orang tuamu tidak pernah mau datang untuk menjemputmu ke Penjara?"

Adam yang saat itu sedang menyandarkan kepalanya dengan malas diatas jok kursi, melirik Pak Ali sekilas. Ia berkata dengan cuek, "Mereka malu kali punya anak kayak saya, Pak."

"Kalau mereka malu, seharusnya mereka akan membiarkanmu tetap berada dalam penjara selamanya. Mereka seharusnya tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membayar pengacara dan juga memanfaatkan pengaruh mereka untuk mengeluarkanmu." Balas Pak Ali membalikan ucapan Adam.

Adam tidak senang dengan topik itu dan sebisa mungkin menghindar untuk membahasnya, karena itu Ia dengan asal-asalan berkata, "Bisa saja karena mereka malu melihat anaknya berada dalam penjara, Pak."

Pak Ali tertawa mendengar kalimat Adam, "Kalau mereka malu, seharusnya mereka akan membiarkanmu berada didalam sana lebih lama, Nak. Dengan begitu, mereka tidak perlu repot-repot memikirkan anaknya yang akan membuat keributan lagi dimasa depan."

Jleb.

Ucapan Pak Ali tepat mengenai ulu hati Adam, namun karakternya yang keras kepala masih menolak untuk menerima penjelasan seperti itu. Dengan ekspresi tidak terima Adam berkata, "Buktinya sekarang saya dibiarkan sebulan berada dalam penjara."

Pak Ali tertawa kecil, Ia tidak kesal dengan Adam yang menunjukkan sikap seperti itu. Ia paling kenal dengan karakter Adam, "Selama sebulan ini, apa itu yang kamu simpulkan?"

Adam jelas kesal, dia tidak menjawab pertanyaan pak Ali dan hanya diam sebagai bentuk jawabannya.

Pak Ali menasehati Adam dengan sabar, "Nak, orang tuamu menaruh harapan besar terhadapmu. Kamu adalah pewaris mereka yang diharapkan dapat menggantikan mereka dimasa depan. Lihat dirimu yang sekarang!"

Adam sadar kemana arah pembicaraan ini. Jika saja Ia bisa meloncat keluar saat ini, Ia akan melakukannya. Atau jika yang bicara adalah ayahnya, Ia akan langsung membentaknya dan meminta diturunkan saat itu juga.

Namun, ini adalah pak Ali. Guru silatnya dan satu-satunya orang yang mendapat hormat darinya, Adam terpaksa diam dan memalingkan wajahnya keluar.

"Naik, jika saat ini ayahmu tiada dan kamu menjadi kepala keluarga Widjaja. Apa yang dapat kamu lakukan untuk keluargamu?"

Pertanyaan pak Ali tenang, namun menyimpan maksud yang dalam. Bahkan Adam pun sampai kembali memalingkan wajahnya dan melihat pak Ali, seolah sedang mempelajari maksud tersembunyi dibalik pertanyaan yang diajukan oleh Pak Ali.

Seolah tidak peduli dengan dengan ekspresi Adam, Pak Ali melanjutkan pertanyaan yang lain yang lebih jujur dari sebelumnya, "Dengan karakter dan kemampuanmu, apa kamu dapat membuat keluarga ini bertahan atau malah menghancurkannya?"

Untuk pertama kalinya, dada Adam serasa ditusuk oleh sembilu. Pertanyaan itu sangat sederhana namun mengenai dasar harga diri Adam.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nana Dhiana
masih mau di updet kah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status