Aku tidak menyangka bahwa Lingga benar - benar mengikuti keinginanku. Sesaat tadi kupikir aku akan kehilangan segalanya malam ini. Aku terus melihat wajahnya yang sekarang menjadi sayu. Lingga menyadari bahwa aku melihatnya tapi dia tidak melihat ke arahku. Entah apa yang dia pikirkan sekarang.
Tiba - tiba saja Lingga menghampiriku dan memelukku dari belakang. Sekarang posisi kita adalah aku menghadap depan melihat langit sedangkan Lingga memelukku dari belakang. Menempelkan dagunya di atas kepalaku.
"Apakah sangat sakit? " tanyanya yang belum aku mengerti sepenuhnya.
"Di hatimu apakah itu sangat sakit? Karena yang aku lakukan tadi," sambungnya.
Aku terheran. Sudah berapa kali dia seperti ini. Ada apa gerangan dengan laki - laki ini.
"Sakit itu seperti apa? " tanyanya lagi semakin membuatku terheran. Laki - laki ini apakah benar - benar tidak tahu.
"Sakit itu ya sakit, seperti terluka karena jatuh tapi itu lebih sakit, sakitnya d
"Oh yaa.. Azalea, telfon Pak Hendry katakan padanya bahwa di lembah ada aliran sungai yang cukup deras, bangun air terjun buatan disana dan buat pusat listrik tenaga air, kita buat sendiri listriknya jadi kita tidak harus memakai listrik negara untuk real estate kita, karena kebutuhan listrik untuk real estate begitu besar dan sangat tidak efisien memasang kabel dan tiang listrik di jalan sepanjang itu!" perintah Lingga kepadaku."Baik Pak!" jawabku lalu segera aku menelepon Pak Hendry untuk menjelaskan apa yang Lingga katakan barusan."Azalea bekerja dengan baik ya, " puji Pak Pram."Ya begitulah Paman, lembah yang kita beli tempatnya begitu indah, aku sangat tenang berada disana, tapi wajah Azalea merusak pemandangannya, sungguh -sungguh membuat ketenanganku hilang, untung saja aku tidak menendangnya ke lembah!" sahut Lingga.Ada apa gerangan dengan manusia ini. Sekarang aku tidak harus melakukan kesalahan untuk dia mencaciku lagi. Beda disana bed
Azalea berbaring di kasur putihnya yang empuk. Memakai kaos dan celana pendek. Di rambutnya terpasang bando besar untuk menghalangi rambut mengenai wajahnya."Kenapa aku terus memikirkan Lingga?" gumamnya sendirian di dalam kamar.Kenapa dia begitu, kadang begitu baik kadang begitu jahat. Kenapa harus bersikap baik. Kenapa tidak jahat terus saja biar aku gak seperti ini. Benciku jadi nanggung - nanggung. Sukaku juga gak bisa seluruhnya. Dia menyentuhku tapi tidak berbuat yang lebih intim. Tadi malam dia juga berhenti saat aku memohon untuk berhenti. Tapi kenapa juga dia mengikatku dengan kontrak itu.Yaahhh... tentang mimpi mencuri ciuman, aku harus menyelidikinya, tapi mulai besok hari akan sangat sibuk karena proyek real estate. Biarlah, malam ini aku ingin tidur saja. Terlalu pusing memikirkan itu semua. Di rumah tubuhku ini milikku, di kantor tubuh ini milik Lingga.Kringg.. Kring.. Kring..Pagi telah tiba, saatnya memulai aktifitas. Azalea seger
"Duduk di sofa!" perintahnya lagi.Ternyata ini masih belum berakhir. Aku duduk di sofa seperti perintahnya. Lingga berjalan menghampiriku tidak berbicara apapun, menarik kuncir rambutku hingga terlepas dan langsung mendorongku hingga berbaring di sofa. Tangannya dengan cepat membuka kancing dressku yang berada di depan hingga memperlihatkan bagian atas gundukan indah yang ada disana."Apa seperti ini akan membuatmu sakit? " ucapnya kemudian mencium dan menggigit gundukan itu."Pak, jangan!" tangisku pecah seketika.Tanganku berusaha mendorongnya tapi tidak bisa."Jangan berusaha melawan, itu akan sia-sia!"Lingga menahan tubuhku dan terus menghisap dan sesekali menggigit kedua aset indahku itu hingga menghasilkan beberapa tanda merah."Jika aku menambah seperti ini, apakah disini akan lebih sakit? " ucapnya lagi sambil menunjuk dadaku. Kemudian tangannya masuk di dalam dress, meraba pahaku perlahan dan semakin lama semakin ke atas.
Memang benar tidak ada manusia yang sempurna. Bahkan manusia paling sempurna seperti Lingga ternyata juga memiliki hal seperti ini. Tidak terduga, selama ini dia dikenal begitu tersohornya akan ketampanan, kewibawaan, kecerdasan dan kekayaan ditambah dengan perbuatan baiknya yang selalu membantu orang lain, siapa sangka dia memiliki penyakit ini. Baru pertama ini aku melihat ada pasien gangguan kepribadian tapi melakukan hal baik seperti ini. Lingga itu manusia seperti apa? Pikiranku terbang semalaman hingga tidak terasa aku sudah tertidur lagi.Setelah siang hari.Perasaan buruk apa ini? Kenapa aku merasa tidak nyaman. Sesuatu yang gelap seolah terus melihatku. Hmmhh.. aku jadi merinding. Mulai aku membuka mata pelan - pelan."Astaga setan ganteng dari mana? " ucapku spontan saat melihat Lingga berbaring di sampingku.Untung saja Lingga tidak marah mendengar apa ya
Sudah aku siapkan makanan dan minuman di meja rapat. Setelah itu aku berdiri di dekat Lingga tanpa menghalangi layar proyektor. Membawa kertas - kertas berisi kajian yang akan di bahas dalam rapat.Lingga memulai dengan bentuk vila yang akan di bangun. Setelah selesai dengan vila aku merubah gambar menjadi restaurant dan seterusnya begitu hingga selesai.Pak Hendry sepertinya mengerti apa yang Lingga mau, kulihat dia sesekali mencoret - coret kertas dan sesekali bertanya."Bagaimana Pak? Apa ada yang perlu di koreksi dari arsitektur yang saya siapkan?" tanya Lingga."Tidak ada Pak Lingga, ini sungguh bagus, bagus vilanya di bangun seperti itu, tapi memang akan rumit membangun pusat listrik tenang air, untuk membangun itu akan sangat menghabiskan banyak biaya," jawab Pak Hendry."Kita sudah siap dengan biayanya, atur saja bangunanya selesai cepat dan kokoh, dan utamakan keselamatan pengunjung dan nanti siapkan alat save
Satu minggu kemudian. Peletakan batu pertama untuk pembangunan real estate akan di lakukan, jadi aku dan Lingga akan ke lembah untuk melakukan peletakan batu pertana. Kali ini Pak Pram ikut bersama kami, karena Pak Pram adalah orang kedua di KARTANEGARA GROUP sekaligus kerabat dekat Lingga jadi ia dan Lingga menjadi simbol dari keluarga Kertanagara dalam pembangunan real estate tersebut.Tin.. Tin.. Klakson mobil Lingga sudah berbunyi memanggil - manggilku untuk segera keluar dari rumah. Karena sebelumnya aku sudah pernah kesana dan tahu bahwa udara disana dingin, kunjungan kali ini aku memakai baju yang sedikit hangat. Celana kain berwarna hitam dengan blazer berwarna putih, kubiarkan rambutku tergerai agar udara dingin tidak langsung mengenai tengkuk leherku."Pagi Pak Lingga, Pagi Pak Pram!" sapaku semangat sambil membawa sekotak bekal yang sudah aku siapkan sebelumnya.Udara disana dingin, tidak ada makan di lembah kare
"Apa itu tadi ya? " pikir Azalea sembari berbaring di atas kasurnya yang empuk dan putih."Isshhh.. apa sebegitu sukanya aku sama Lingga, sampai - sampai muncul imajinasi aneh gitu di kepalaku, hahhh aku memang gila, suka pada orang yang begitu di luar jangkauan saja sudah gila apalagi ini ditambah suka pada orang yang memiliki gangguan kepribadian, apa coba yang aku pikirkan? Azaleaaaaa.. kenapa bisa? Kamu gila kamu gila!" gerutu Azalea pada dirinya sendiri."Sudahlah, sekarang tidur, besok kembali bekerja, perjalanan ke luar kota tadi sungguh melelahkan, belum lagi perubahan udara dari dingin ke panas, rasanya tubuhku pegal - pegal sampai ke tulang," gerutu Azalea sebelum akhirnya memejamkan matanya hingga terlelap.Di tempat lain, Lingga juga sedang memikirkan Azalea."Come on Lingga cepat tidur, besok akan ketemu Azalea lagi!" dalam pikiran Lingga."Haahhh.. kenapa setiap hari aku selalu ingin semakin dekat dengan Azalea? Lingga kam
Hari ini sangat tenang, tidak ada hal yang membuat jantungku berdetak kencang atau pun ketakutan. Sekarang sudah siang dan Lingga masih juga sibuk dengan pekerjaannya. Tidak berbicara denganku tidak pula melihatku."Pak, ini referensi vila yang Pak Lingga minta," ucapku pada Lingga."Oh ya taruh situ saja!" jawabnya singkat tanpa melihatku."Hmm.. Pak, ini sudah saatnya jam makan siang!" ingatku padanya."Ohh yaa??" jawabnya sambil melihat jam tangannya."Hmm.. aku akan pergi makan siang dengan Paman Pram, kamu bisa istirahat juga sampai aku kembali!" sambungnya kemudian pergi tanpa melihatku.Aku menatapnya aneh, ada apa dengan Lingga hari ini? Ada apa denganku hari ini? Aku berpikir seolah menunggu kapan Lingga menyentuhku. Haaisss.. bukan seperti itu, maksudnya tidak biasanya dia seperti ini. Apa aku melakukan kesalahan? Jika benar begitu pasti saat ini Lingga sudah menyiksaku, bukan membiarkanku tenang seperti ini.