Share

Janji Sebuah Rahasia

Author: Joya Janis
last update Huling Na-update: 2021-09-15 19:08:12

Ibu Asih mengusap-ngusap kepala putrinya yang sedang terbaring dengan bantuan selang oksigen di hidungnya. Terryn masih belum sadarkan diri karena asap kebakaran yang membuat paru-paru Terryn sedikit bermasalah. Ibu Imelda mendekat pada ibu Asih yang sudah menjaga Teryn, ini hari ketiga Terryn belum sadarkan diri.

“Asih, aku berhutang budi lagi pada putrimu yang pemberani ini. Dia sudah menyelamatkan hidup Deva untuk yang kedua kalinya. Aku meminta maaf jika Terryn harus sampai terbaring di sini Asih, dia sudah kuanggap putriku sendiri, aku menyayanginya.” Air mata ibu Imelda jatuh melihat Terryn yang tergolek lemah.

“Terryn hanya melakukan yang harus dia lakukan Kak, dia pasti tahu resikonya, dia tidak mungkin meninggalkan nak Deva di dalam sana celaka. Putriku pasti akan baik-baik saja.”

Ibu Asih menggenggam jemari ibu Imelda dengan erat. Air mata kedua ibu itu berlinangan.

“Bagaimana kondisi nak Deva sekarang Kak?”

“Deva juga belum sadarkan diri, tapi kalau saja Terryn tidak mengeluarkan Deva dari sana tepat waktu aku sudah tidak memilikinya lagi Asih.” Ibu Imelda terisak, entah bagaimana dia harus bersedih dan bersyukur dalam waktu yang bersamaan.

Sesaat kemudian Terryn bergerak, matanya mulai terbuka, dia sudah sadar dan meraih tangan ibunya.

“Ibu … Ibu ada di sini?” tanya Terryn dengan suara parau, tenggorokannya terasa perih dan dadanya masih terasa sakit.

“Iya Sayang, ibu Imelda menelpon Ibu dan menceritakan semuanya. Kamu anak yang pemberani Sayang.” ibu Asih membelai kepala Terryn dengan lembut.

“Kak Deva, kak Deva bagaimana Bu, apa kak Deva baik-baik saja?” Terryn kemudian teringat dengan kakak angkatnya itu atau lebih tepatnya tuan muda yang selalu bertingkah seperti majikan Terryn.

“Deva masih dirawat juga Sayang, Deva tidak apa-apa, dia baik-baik saja karena kamu Nak, terima kasih sudah menyelamatkan dia.” sambung ibu Imelda dengan cepat.

“Ibu gak tau lagi bagaimana cara ibu membalas hutang nyawa Deva sama kamu Terryn.” Ibu Imelda kembali menangis terisak.

“Tidak Bu, kak Deva tidak punya hutang apa-apa. Tapi kalau boleh Yin mau minta sesuatu,Bu.”

“Katakan Terryn, bilang sama Ibu, pasti Ibu akan penuhi apa yang kamu inginkan.”

“Tolong … tolong jangan kasih tau Kak Deva kalau ada Yin di saat kejadian. Jangan bilang ke kak Deva kalau Yin yang mengeluarkan kak Deva dari sana. Ibu janji?”

Ibu Imelda menatap sesaat pada ibu Asih dan kembali memandang ke arah Terryn yang masih terlihat kepayahan.

“Tapi kenapa Nak?” tanya ibu Imelda tidak mengerti.

“Kak Deva tidak suka jika urusan pribadinya dicampuri oleh orang lain. Aku tidak ingin kak Deva merasa berat karena sudah tertolong oleh Yin. Bilang saja kalau pemadam kebakaran yang menyelamatkannya. Katakan saja seperti itu.” Terryn kembali menarik napasnya yang berat, dia sangat kepayahan hanya untuk berkata seperti itu. Kondisinya memang masih lemah.

“Yin mau pulang dulu ke rumah Ibu di kampung untuk dua tiga hari, nanti Yin akan kembali lagi kalau kak Deva akan keluar dari Rumah Sakit.”

“Tidak bisa Yin, kamu tidak boleh meninggalkan Rumah Sakit, kamu juga masih lemah. Biarkan dokter yang merawat kamu sampai kamu pulih.” Ibu Asih menatap anaknya dengan khawatir.

“Ibu janji tidak akan menceritakan ini pada Deva tapi kamu harus tetap di rumah sakit ini Yin, jangan pergi kemana-mana. Deva tidak akan tahu kamu ada di sini kecuali Aluna karena dia juga yang merawatmu di sini.” Ibu Imelda menggenggam jemari Terryn dan meyakinkannya jika rahasia itu akan dijaga dengan baik.

Terryn mengangguk lemah, dia kembali menutup matanya, paru-paru Terryn mengalami sedikit infeksi akibat asap yang terhirup olehnya. Dia hanya benar-benar memikirkan keselamatan Deva ketimbang dirinya sendiri.

Sesosok laki-laki berbadan tegap mengenakan jas hitam dengan dua orang pengawal berjalan menuju kamar perawatan Deva. Laki-laki yang tampan dan terlihat bukan orang sembarangan. Mereka masuk ke kamar Deva sehingga menghentikan langkah ibu Imelda yang akan masuk melihat putranya.

“Jadi ini laki-laki yang sudah tidur dengan Keke tunangan saya?”

“Iya Tuan Muda, laki-laki ini bernama Deva Danuarta dia seorang CEO dari perusahaan konstruksi yang baru-baru saja ini berdiri.”

“Jadi Keke memaksanya untuk menikah dengannya agar bisa menghindariku?”

“Mungkin seperti itu Tuan Muda, tidak ada yang tahu pasti apa yang dipikirkan Nona Keke.”

“Jadi siapa yang melakukan ini kepada dia?” tanya laki-laki muda itu sambil menunjuk Deva yang masih tak sadarkan diri.

“Nona Keke tampaknya marah karena laki-laki ini menolak untuk menikah dengannya. Nona Keke sedang membuat ulah untuk membangkang pada ayahnya sehingga dia kerap mencari masalah di luar.”

“Keterlaluan gadis itu. Tapi aku tidak akan membiarkan laki-laki ini berhubungan lagi dengan Keke, jika aku masih melihatnya bersama Keke maka akan kupastikan laki-laki ini akan kehilangan nyawanya.”

Ibu Imelda sangat terkejut mendengar ancaman laki-laki tunangan perempuan gila itu. Mereka sama-sama psikopat dan mudah sekali ingin menghilangkan nyawa orang lain. Ibu Imelda segera menyingkir dari pintu tempatnya menguping. Mereka terlihat meninggalkan kamar Deva dan dengan badannya yang gemetar ibu Imelda segera masuk meilhat putranya.

“Yaa Tuhan … ada apa ini? Mengapa putraku semakin terlibat hal yang menakutkan padahal anakku ini tidak bersalah?”

Deva menggeliat pelan, tampaknya dia juga sudah mulai tersadar, erangan kecil terdengar dari mulutnya.

“Deva, kau sudah sadar Nak? Deva ….” Ibu Imelda memeluk putranya dan mencium dahinya.

“Kau sudah buat Ibu ketakutan, Ibu hampir mengira akan kehilangan kamu kali ini. Untungnya Yin menolongmu tepat waktu.”

“Apa Terryn yang mengeluarkanku dari rumah kosong itu Bu?”

Ibu Imelda mendehem, dia hampir saja keceplosan tentang hal yang diminta oleh Terryn.

“Bukan, maksud Ibu andai Terryn tidak menelpon tepat waktu saat kamu diculik mungkin kami tidak tahu kalau kamu akan celaka.”

“Terryn mana Bu? Kenapa dia tidak ada di sini?” Deva mencari gadis cerewet itu. Entah apa halusinasinya atau dia sedang bermimpi jika Terryn datang menyelamatkan saat api sudah membesar.

“Terryn, dia tadi ada di sini, tapi dia harus pulang ke rumah ibunya untuk beberapa hari.”

“Kenapa dia pulang, Bu? Dia harus ada di sini temani aku, kalau aku butuh apa-apa bagaimana?”

“Astaga Devaaa … sakit begini kamu masih aja nyusahin dia? Dia bukan istri kamu yang seenaknya kamu mau suruh-suruh ini itu dia juga bukan babu yang harus melayani kamu dua puluh empat jam penuh.”

Deva terdiam, dia hanya merasa sedikit sunyi tanpa celotehan Terryn di telinganya.

“Kapan Terryn kembali ke sini Bu?”

“Kalau kamu sudah sembuh, sudah kuat untuk mengucapkan akad nikah kamu untuk Terryn. Ibu memutuskan kalau kamu akan Ibu nikahkan sekalian sama Terryn dan kamu tidak ada hak suara untuk mengganggu gugat atau membantah sedikit pun!”

Mata Deva membulat dan dia tersentak kaget dengan keputusan ibunya yang mendadak serta ultimatum tanpa boleh dibantah.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Babu Kumal VS CEO Kutub Utara   Takdir (Ending Season 1)

    Apapun bisa terjadi jika Tuhan berkehendak. Dalam kasus Terryn bisa saja dia tidak akan bisa punya bayi yang lucu dan sehat, kegigihannya untuk menjalani program hamil hanya butuh waktu yang singkat. Semua adalah kebesaran Tuhan yang tidak akan pernah berhenti disyukuri Terryn. Hidup dengan paru-paru baru juga merupakan kemurahan Tuhan lainnya, bahkan Deva suaminya yang sudah siap menjadi pendonor di detik-detik terakhir digantikan oleh pendonor lain. Manusia memang berencana dan rencana Tuhan yang akan tetap berlaku dalam hidup manusia. Terryn sedang memilihkan baju untuk Sheira, usianya kini enam bulan. Artinya sudah setengah tahun juga operasi besar yang dijalani Terryn sudah berlalu. Walaupun harus meminum obat seumur hidupnya, Terryn bisa beraktifitas seperti biasa. Hanya saja Deva mengawasi Terryn dengan ketat a

  • Babu Kumal VS CEO Kutub Utara   Papa Teladan

    Jantung Terryn berdegup kencang ketika mobil sudah terhenti tepat di halaman rumah, Deva membukakan pintu mobil untuknya dan membimbingnya keluar dari mobil. Ibu Asih dan ibu Imelda sudah menyambut kedatangannya dengan penuh sukacita. Dalam gendongan ibu Asih tampak bayi Sheira yang menatap ke arahnya. Mata Terryn berkaca-kaca ketika tangan Sheira bergerak-gerak seakan ingin menggapainya. “Hey … Baby Sheira, Mama kangen banget Sayang….” Terryn mengambil tangan mungil itu dan mengecupnya, apalah daya Terryn belum bisa menggendong Sheira karena bekas operasi di dadanya itu. “Selamat datang kembali, Nak.” sambut ibu Asih sambil membelai kepala Terryn lembut. Bergantian dengan Ibu Asih kini Ibu Imelda yang hati-hati memeluknya dan mencium dahi Terryn lembut. Deva masih sibuk membawakan barang-barang Terryn dan memasukkannya ke kamar mereka. Matanya hanya mampu membaca betapa bahagianya kedua ibunya menyambut kepulangan Terryn dan betapa berbahagianya pula Terryn melihat putrinya. “Y

  • Babu Kumal VS CEO Kutub Utara   Pulang Ke Rumah

    Terryn tertawa kecil mendengar lelucon Ashiqa sahabatnya, setelah melahirkan Sheira Terryn baru sekali saja melihatnya. Selebihnya Sheira dirawat di ruang khusus anak dan dirinya pun terkulai tak berdaya di kamar ini.“Jika jodoh mereka tak akan kemana.” Terryn menyunggingkan senyumnya.“Oh yaa Yin, aku dengar dari ibu Asih kalau kak Deva nyaris saja jadi pendonor paru untukmu, gak nyangka banget kalau perjuangan cinta kak Deva memang benar-benar total sama kamu. Untungnya kakak ipar kamu, mba Aluna menemukan donor yang tepat lebih cepat hingga dia meyakinkan adiknya kalau dia tidak perlu jadi donor.” Ashiqa memandang wajah Terryn yang tiba-tiba menegang. Tentunya Terryn tidak pernah tahu tentang rencana suaminya untuk menjadi pendonor baginya.

  • Babu Kumal VS CEO Kutub Utara   Menjelang Hari Baru Bahagia

    “Sudah berapa lama Deva tertidur, Bu?” Deva kembali memungut botol minuman yang terlepas dari tangannya. Dengan kegusaran dia menghela nafas berharap mimpinya tadi bukan pertanda buruk.“Sekitar hampir sejam, kau pastinya kelelahan, Nak. Tentang Terryn jangan khawatir, Aluna dan rekan dokter lainnya sedang mengusahakan yang terbaik untuk istrimu.” Ibu Imelda mengusap bahu anaknya dengan lembut. Deva mengangguk perlahan, dengan kekuatan yang tersisa di dalam dirinya dia berusaha untuk tetap tenang.Tak lama kemudian Aluna muncul dan Deva berdiri untuk menyambutnya serta bersiap mendengarkan apa kata kakak perempuannya itu.“Kak ….” Deva hanya mampu menyapanya pendek tak mampu untuk menanyakan lebih lanjut kondisi Te

  • Babu Kumal VS CEO Kutub Utara   Jangan Tinggalkan Aku, Yin

    Deva bergegas menyusuri lorong rumah sakit, jantungnya berdegup tidak karuan. Selain memikirkan operasi Terryn tentunya dia juga gugup dengan operasinya sendiri yang dimajukan lebih cepat dari jadwalnya. Willy tetap berusaha menenangkan Deva yang jelas terlihat cemas.Di ujung selasar matanya menangkap sosok perempuan yang sangat dikenalinya, Aluna. Kakak perempuan Deva itu merentangkan tangannya, jauh-jauh dia terbang dari San Fransisco untuk mendampingi adik dan adik iparnya yang tengah dalam masa sulit. Aluna memeluk erat Deva sambil terisak, dia tidak menyangka jika adik ipar kesayangannya itu akan terbaring dengan kondisi yang memprihatinkan.Aluna berbisik-bisik mengatakan sesuatu pada Deva yang membuatnya tersentak dan melepas pelukan Aluna sambil memandang heran.

  • Babu Kumal VS CEO Kutub Utara   Harapan Hidup Terryn

    Wanita itu tak pernah menduga jika suatu saat nanti putranya adalah seorang laki-laki luar biasa yang melakukan pengorbanan untuk perempuan yang dicintai oleh anaknya. Tidak ada pilihan terbaik selain menyerahkan keputusan kepada Deva sendiri untuk menjadi donor paru bagi Terryn. Ibu Imelda hanya sanggup memeluk putranya itu dan merapalkan doa-doa serta harapan terbaik untuk anak dan menantunya.Senyum Terryn mengembang ketika melihat Deva masuk ke kamarnya, tangannya terulur untuk memegang tangan Deva. Wajahnya pucat dengan bibir yang keunguan, terdengar berat di setiap tarikan nafasnya meski sudah dibantu dengan tabung oksigen.“Bagaimana kondisi anak kita, Kak? Apa dia baik-baik saja?” tanya Terryn dengan suaranya yang parau nyaris seperti tercekik.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status